Part 22

1.7K 62 0
                                    

Hari ini tepat 1 minggu abiyan dan shefa menempati rumah baru mereka, sepasang suami istri itu sudah merencanakan dari beberapa hari yang lalu untuk mengadakan acara syukuran dirumahnya.

shefa kini terlihat sibuk menyiapkan acara syukuran yang akan diadakan malam ini juga dengan dibantu oleh umma salama juga umi aisyah yang sudah datang sejak pagi.

begitupun dengan abiyan yang sama sibuknya, laki-laki itu menggeser sofa dan beberapa perabotan rumah tangga lainnya sebelum digelarkan karpet disana.

"umma, umi, shefa minta maaf ya sudah merepotkan kalian." tutur shefa merasa tidak enak.

kedua wanita paruh baya itu tersenyum dengan tangan yang masih sibuk menata buah buahan untuk hidangan diacara nanti malam.

"kamu ini kaya sama siapa aja, umi kan malah seneng kalo bisa bantuin menantu umi ini." jawab umi aisyah membuat shefa tersenyum lega mendengarnya.

"anak manja umma ternyata sudah mulai dewasa ya hm?" goda umma salama ketika menyadari sedikit perubahan pada kepribadian putrinya. biasanya gadis itu sangat sulit untuk berkata maaf, tolong, dan terimakasih pada orang.

ibu dengan satu anak perempuan itu tersenyum haru melihat putrinya yang terkekeh kecil dengan menatapnya, ia sangat berterima kasih kepada menantunya karena sudah menjadikan shefa perempuan yang lebih baik dari kemarin.

"ohiya umma, kakek datang kan?" tanya shefa pada ummanya.

"datang sayang, kakekmu sedang dalam perjalanan kesini sama om dewa dan tante dewi." jelas umma, mendengar itu shefa tersenyum dan mengangguk kecil.

ia senang karena keluarganya berkumpul, padahal dulu ia sangat tidak menyukai hadir ditengah-tengah perkumpulan keluarga besarnya. namun entah mengapa setelah ia menikah dengan abiyan, rasanya berbeda. ia begitu menyukai kehangatan keluarga.

"umma, abi minta tolong buatkan kopi buat abudillah sama abiyan juga ya." ucap abi yang tiba-tiba muncul dibalik tirai pintu penghubung antara dapur dan ruang tengah.

setelah mengucapkan itu, abi kembali bergabung dengan besan dan menantunya yang sedang duduk santai dikursi teras.

saat hendak membuatkan kopi pesanan suaminya, shefa langsung menghentikan ummanya.

"biar shefa saja umma, umma disini saja sama umi." ucap shefa sebelum beranjak untuk membuatkan kopi pesanan abinya.

"untuk abimu jangan dikasih gula she, kamu tau sendiri abimu itu tidak suka manis." jelas umma pada putrinya yang sedang sibuk membuatkan kopi.

"iya umma, shefa tau." jawab shefa.

kedua wanita paruh baya itu terkekeh, mereka terlihat asik mengobrol dengan sesekali tertawa entah apa yang dibicarakannya. shefa bersyukur menatap kedua wanita itu yang terlihat sangat akrab.

jujur saja sebelum ia menikah, ia selalu merasakan takut pada dunia pernikahan. ia takut akan mendapat mertua yang toxic dan suami yang tidak bisa menerima keluarganya dengan baik.

namun setelah ia menikah dengan abiyan, gadis itu selalu mengucap syukur beribu-ribu kali. ketakutannya terhadap dunia pernikahan tiba-tiba saja hilang entah kemana.

setelah siap membuat kopinya, shefa berjalan keluar dari dapur menuju teras rumahnya. dengan tangan yang membawa nampan berisi tiga gelas kopi ia berjalan dengan begitu hati-hati.

"asik banget ngobrolnya." celentuk shefa ketika sampai disana dan langsung meletakkan gelas gelas kopi yang dibawanya ke atas meja.

ketiga laki-laki yang tadi sedang fokus berbincang pun menoleh, mereka menatap shefa.

PERANTARA SURGAKUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang