Sudah terhitung 1 bulan sejak acara haul kematian jiddi ebrahim dipesantren. kini abiyan sudah kembali disibukan dengan banyaknya berkas-berkas yang membuatnya berkutat diruang kerjanya.
ditemani oleh william sang sekretaris diperusahaannya, abiyan meminta pada pria itu untuk ikut membantu menyelesaikan beberapa pekerjaannya.
william melirik sang atasan, ini sudah memasuki waktu ishoma (istirahat, sholat, makan). namun pria dengan stelan kemeja navy itu tetap terlihat sibuk dengan tugasnya.
wiliam pun dengan terpaksa kembali berkutat dengan laptopnya, ia menghela nafasnya pasrah padahal perutnya sudah keroncongan dari tadi. ingin sekali ia berbicara pada atasannya itu, namun tetap saja ia selalu tidak memiliki keberanian untuk mengusik abiyan jika sedang sibuk seperti sekarang.
'dah laper banget gue..' batin william.
brak!
tepat ketika william mengatakan hal itu dalam hatinya, seseorang tiba-tiba saja masuk ke dalam ruangan atasannya dengan tidak sopannya.
abiyan tersentak ketika pintu ruangannya terbuka karena dobrakan seseorang, ia menatap sinis wajah sang pelaku yang justru menatapnya dengan menyengir kuda seperti tidak memiliki salah apapun.
"hehe sorry, gue gak tau ada si william juga." ujarnya dengan kekehan garing.
mendengar itu abiyan menghela nafas panjang, kemudian kembali fokus pada aktivitas awalnya.
"utamakan ketuk pintu dulu za, ngucap salam. kamu itu muslim." tegur abiyan tanpa menatap lawan bicaranya.
"hehe afwan gus biyan, assalamualaikum.." ucapnya.
"waalaikumsalam.." jawab abiyan dan william bersamaan.
dia erza, salah satu sahabat abiyan yang terkenal dengan sifat predatornya. abiyan sudah beberapa kali menegur namun tetap tak didengarkan oleh laki-laki itu.
erza memilih duduk disofa pojok ruangan, niatnya datang ke perusahaan milik abiyan hanya karena ingin menghilangkan rasa bosan.
ia menatap abiyan dan william secara bergantian, terlihat dua orang disana benar-benar sangat sibuk.
"loh bi, ini udah waktu jam makan siang kok kalian masih kerja terus?" tanya erza dengan raut heran yang terpatri diwajahnya.
sontak abiyan langsung melirik jam tangannya yang melingkar dipergelangan tangan kanannya, ia mengusap istighfar beberapa kali sebelum menatap ke arah sekretarisnya.
"kenapa kamu tidak bilang wil?" tanya abiyan menatap sekretarisnya yang tengah merasa kikuk.
"saya gak enak hati pak, pak abiyan terlihat sibuk banget soalnya." ucap william memberi alasan membuat abiyan menghela nafasnya panjang.
"yasudah, kita sudahi dulu. perutmu pasti sudah sangat lapar bukan?" tanya abiyan membuat william mengangguk dan terkekeh kecil.
"baik pak, saya pamit. mari mas erza." ucap william yang hanya diangguki kepala oleh laki-laki yang tengah duduk santai disofa pojok ruangan.
setelah kepergian william, abiyan segera membereskan tugas-tugasnya. ia beranjak berjalan menuju toilet yang memang tersedia didalam ruangan pribadinya untuk mengambil wudhu.
"loh, mau kemana bi?" tanya erza, melihat abiyan yang tak menjawabnya membuat ia mendengus kesal. namun ketika matanya melihat ke arah ruangan yang dituju abiyan ia pun hanya ber-oh ria.
sebelum datang ke sini, erza sudah lebih dulu menunaikan ibadah sholat dzuhurnya dimasjid dekat kantor abiyan tadi. meskipun sifatnya yang belum begitu paham tentang ilmu agama, tetap saja pria itu tidak pernah meninggalkan kewajibannya sebagai seorang muslim.
KAMU SEDANG MEMBACA
PERANTARA SURGAKU
Teen Fiction(follow dulu sebelum membaca!!) "qobiltu nikahaha wa tazwijaha bil mahril madzkur haalan." kalimat sakral itu terdengar begitu lantang sebagai tanda janjinya seorang laki-laki yang akan menyempurnakan ibadahnya untuk membimbing calon istrinya menuj...