Abiyan terbangun sebelum alarm yang biasa disetting-nya berbunyi, jam masih menunjukkan pukul 02:30 wib dini hari. artinya masih ada beberapa menit lagi alarmnya akan berbunyi untuk membangunkan sepasang kekasih itu agar melaksanakan sholat tahajudnya.
ia tersenyum tipis dengan tatapan yang terus mengarah ke istrinya, dimana shefa masih terlelap dengan begitu damai.
"ya rabb, apa saya bisa terus memberinya rasa bahagia pada perempuan cantik ini?" gumam abiyan lirih.
tangan kanannya terulur pelan untuk merapihkan anak rambut yang menutupi wajah cantik milik shefa, ia usap lembut pipi mulusnya yang terasa begitu halus di kulitnya.
"entah apa yang akan terjadi dimasa depan kelak, saya harap perempuan cantik ini tetap menjadi pendamping saya." lirih abiyan lagi.
"enghh" merasa tidurnya sedikit terusik, shefa kini mengubah posisi tidur menjadi telentang.
"shhttt, sayang tidurnya jangan telentang nanti kamu sesak nafasnya." ucap abiyan yang tak didengarkan oleh shefa, gadis cantik itu masih terlelap dalam tidurnya.
dengan begitu telaten, abiyan kembali memiringkan tubuh shefa dengan hati-hati agar istrinya tidak terbangun. tidak lupa juga ia meletakkan bantal guling dibelakang punggung shefa agar istrinya itu merasa nyaman.
abiyan tersenyum haru melihat wajah damai istrinya yang masih tertidur, entah pikiran buruk yang datang dari mana membuat ia begitu merasa takut kehilangan wanita yang telah menyandang gelar sebagai istrinya itu.
tiba-tiba saja ia merasa takut jika suatu saat ia akan dipisahkan dengannya, entah karena ajal ataupun hal buruk lainnya. sungguh abiyan akan merasa hancur jika hal itu terjadi nanti.
rasa cintanya sudah begitu dalam pada perempuan cantik yang tengah tertidur itu, bahkan sebelum ia melihat wajahnya saja ia sudah merasa ada benih-benih asmara pada istrinya.
ting!
fokus abiyan langsung teralihkan ketika ia mendengar sebuah notifikasi dari ponsel miliknya yang berada diatas nakas.
ia mengernyit heran ketika nama seseorang yang ia kenali mengirimkan pesan padanya, dini hari ingat sekarang dini hari.
abiyan berjalan menuju pintu balkon kamarnya, tak lama setelah itu ia segera membuka pesan suara yang dikirimkan oleh seseorang itu.
"hai abiyan, kamu udah tidur kan pasti? aku gabisa tidur gara-gara mikirin kamu. emang kamu beneran gamau sama aku? kamu boleh minta apa aja sama aku abiyan, gak mungkin ada orang yang bisa menolak pesona seorang natasya. kalo kamu belum bisa ceraiin istri kamu karena dia hamil, aku bisa kok jadi selingkuhan kamu dulu, mau ya? oke deal ya sekarang kamu punya aku, titik! byebye!"
"astaghfirullahal'adzim.." ucap abiyan lirih setelah mendengarkan pesan suara dari patner kerjanya itu.
tak berniat membalas, abiyan mengusap wajahnya dengan kasar. ia benar-benar tidak akan mengira jika natasya akan begitu terobsesi padanya.
entah mengapa ia merasa sedikit was-was karena tingkah patner kerjanya yang sudah diluar batas.
abiyan terlihat mengetikan sesuatu diponselnya, laki-laki dengan piyama panjang berwarna cream itu tengah mengirimkan pesan pada orang terpercayanya.
***
"mas aku boleh ikut?" tanya shefa yang tengah berjalan menuju meja makan dengan membawa sepiring potongan buah-buahan.
pagi ini abiyan sudah bersiap untuk jadwalnya yang mengajar dipondok pesantren milik abahnya, memang biasanya ia membawa shefa ikut karena wanita itu selalu saja merengek padanya dengan alasan rindu umi dan abah.
KAMU SEDANG MEMBACA
PERANTARA SURGAKU
Fiksi Remaja(follow dulu sebelum membaca!!) "qobiltu nikahaha wa tazwijaha bil mahril madzkur haalan." kalimat sakral itu terdengar begitu lantang sebagai tanda janjinya seorang laki-laki yang akan menyempurnakan ibadahnya untuk membimbing calon istrinya menuj...