Bulan demi bulan berlalu, shefa sudah mulai terbiasa dengan kehidupan barunya bersama abiyan. keduanya menjalani hidupnya dengan penuh kebahagiaan.
namun akhir-akhir ini shefa sering mengeluh karena ia harus menyiapkan segala tugas akhirnya untuk menyusun rencana detail demi sebuah skripsi agar bisa wisuda.
seperti sekarang, gadis itu rela tidak tidur demi menyelesaikan beberapa proyek pengembangan di bidang studinya. sementara abiyan sudah lebih dulu tidur karena kelelahan bekerja seharian penuh.
tak terasa diruang tengah shefa telah berkutat dengan laptopnya selama berjam-jam ditemani beberapa snack ringan yang sudah tinggal bungkusnya saja.
"ngantuk banget gue, no! semangat dikit lagi!!" ucap shefa menyemangati dirinya sendiri, gadis itu sesekali menguap.
gadis itu kembali fokus menggerakkan jari-jari diatas keyboard laptop miliknya, ia harus berjuang sedemikian besar demi sebuah gelar. shefa juga tidak ingin mengecewakan orang tua dan suaminya yang sudah mau membiayai dan mengurus hidupnya dengan cuma-cuma.
"sayang, kamu ga tidur ya?"
shefa menoleh ke arah sumber suara, disana ia mendapati abiyan yang sedang menuruni anak tangga. shefa mengalihkan pandangannya ke layar pojok laptopnya, sudah pukul 03:02 dini hari pasti suaminya habis menyelesaikan sholat tahajudnya.
abiyan berjalan mengikis jarak diantara mereka, ia mendudukkan tubuhnya disofa yang ada disana sementara istrinya duduk dibawah sofa dengan tatapan yang mengarah padanya.
"selamat pagi suamiku, abis tahajud ya?" tanya shefa pada abiyan yang sedang menatapnya datar.
"save dulu filenya, terus tidur. kamu juga harus ngebalance waktu, jangan semuanya di pake buat belajar. inget kesehatan kamu lebih mahal sama biaya kuliahmu itu." tutur abiyan dengan raut serius, menatap tajam wajah istrinya yang terlihat begitu kelelahan.
"iya aku tau abiyan, tapi ini dikit lagi selesai kok." jawab shefa.
"mana, sini aku aja yang lanjutin." shefa menggeleng cepat mendengar ucapan suaminya.
"no, kalo kamu yang lanjutin nanti aku gabisa presentasiin didepan temen kamu si michael itu." jelas shefa.
"kamu tinggal baca dulu sebelum presentasi sayang, apa susahnya si?!" kesal abiyan karena istrinya terus saja menolak untuk berhenti.
"engga abiyan, aku bi-" shefa menjeda ucapannya ketika tatapan mata abiyan terasa semakin menusuk dengan tajamnya.
"sheeren shefaya.." lirih abiyan namun penuh penekanan.
shefa semakin kesusahan menelan salivanya, ia tau jika abiyan sudah memanggil namanya seperti itu tandanya sedang tidak ingin dibantah.
"iya, aku istirahat.." cicit shefa dengan lirih, ia sangat takut jika suaminya sudah seperti ini padahal abiyan tidak akan kasar padanya namun tetap saja ia takut jika suaminya sudah menatapnya seperti itu.
mendengar itu abiyan menghela nafas lega, ia membantu istrinya berdiri dari duduknya.
"gendong.." dengan merentangkan kedua tangannya shefa menatap abiyan dengan tatapan puppy eyesnya.
tidak ada protesan apapun dari bibir abiyan, laki-laki itu langsung saja menggendong tubuh kecil istrinya ala koala dan membawanya menuju kamar mereka dilantai dua.
"istirahat sebentar buat ngilangin rasa lelah kamu, masih ada waktu sebelum adzan subuh." ucap abiyan yang tengah merebahkan tubuh istrinya diatas kasur dengan hati-hati.
shefa tidak menjawab ucapan suaminya, ia lebih memilih mencari posisi ternyamannya disana sebelum akhirnya mata itu tertutup dengan suara deru nafas yang mulai teratur.
KAMU SEDANG MEMBACA
PERANTARA SURGAKU
Teen Fiction(follow dulu sebelum membaca!!) "qobiltu nikahaha wa tazwijaha bil mahril madzkur haalan." kalimat sakral itu terdengar begitu lantang sebagai tanda janjinya seorang laki-laki yang akan menyempurnakan ibadahnya untuk membimbing calon istrinya menuj...