02. PERKENALAN

298 96 46
                                    

Mungkin sudah sekitar 3 minggu lamanya, sejak Rafa dan El berada di satu kelas yang sama

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mungkin sudah sekitar 3 minggu lamanya, sejak Rafa dan El berada di satu kelas yang sama. Tidak ada yang berbeda, Rafa tetaplah Rafa, manusia super duper cuek yang bahkan jarang sekali El melihat pemuda itu berinteraksi dengan anak-anak di kelasnya. Pasalnya karena wali kelas mereka diubah menjadi wali kelas yang memang sedari awal ingin Rafa hindari. 'Pak Wawan.' Namanya. Rafa juga jadi cukup sering menghindari pelajaran guru tersebut, dengan alasan pusing dan harus pergi ke UKS. Karena itu juga El jadi sering ikut melewatkan pelajaran wali kelas tersebut, sebab harus menemani Rafa di UKS.

"Dikira, anak PMR di sekolah ini cuma gw, apa?" El terus menggerutu ketika dirinya harus kembali lagi dan lagi menemani Rafa di UKS. Padahal di sana Rafa hanya tertidur, saat dites suhu badan dan lainnya juga tidak ada masalah. Bagaimana bisa wali kelas itu percaya akan akting bodoh ini.

Siang ini, panas sinar matahari terasa cukup terik. Rafa mulai melancarkan aksinya kembali, berniat untuk menghindari pelajaran wali kelas. Sebelum guru itu masuk, ia akan berdiri di tengah teriknya matahari beberapa menit, jadi saat Pak Guru masuk, dan memeriksa suhu tubuhnya, tentu saja akan panas.

El bedecak kesal. "Konyol." 

Seperti biasa, El akan kembali diperintahkan untuk membawanya ke ruang UKS, dan akan kembali saat jam pelajaran wali kelas itu berakhir.

Disela-sela sunyinya ruang UKS, El dengan sengaja memulai percakapan lebih dulu dengan Rafa. "Lo, bisa gak sih, sekali aja gak usah berakting bodoh? Gw, selalu lewatin jam pelajaran walkel kita, karena tingkah bodoh, lo, itu, tau gak!"

"Gw, nggak ada nyuruh, lo, buat tetap ada di ruangan ini." Dirinya fokus menatap layar ponsel yang tengah di genggamnya.

El memutar bola matanya malas. "Kalau, gw, bisa ke ruang kelas sekarang juga, gw, gak akan ada di sini!"

"Lo, berisik! gw, mau tidur."

Karena kepalang kesal, El lekas  keluar dari sana. Berjalan ke arah ruang musik, memasang earphone miliknya, lalu ia pejamkan matanya. Menikmati alunan musik yang ia putar saat itu, mengubah rasa kesal yang memuncak, menjadi rasa kantuk. Alhasil El benar-benar tertidur di sana.

-

Ketika El terbangun dari tidurnya, ia dibuat terkejut kala mendapati sesosok laki-laki yang tengah duduk sembari membaca sebuah buku di depannya. Entah mengapa Rafa berada di sana, terdiam tanpa membangunkan dirinya, padahal jam pulang sekolah sudah terlewat sejak tiga puluh menit lalu.

"Ngapain, lo?" Satu alis El naik.

"Baca buku, lo, gak liat?" Mulutnya menjawab, namun netranya tetap fokus pada tulisan di buku.

"Ngapain nggak pulang?"

Tangannya bergerak mengemas beberapa barangnya yang ia taruh di atas meja, lalu beranjak bangun dari duduknya. "Ini, gw, mau pulang." Lantas ia pergi begitu saja.

El terpaku, akan tetapi lamunannya dibuyarkan oleh Rafa yang kembali bersuara dari depan pintu.

"Buruan! Lo, mau tidur di sini?" Serunya.

Dengan sigap El beranjak, berjalan mengikuti langkah Rafa dari belakang.

Setibanya di parkiran, El kembali terdiam, melihat Rafa yang mulai menunggangi sepeda motornya. "Lo, mau naik, apa, gw, tinggal?" Tangannya bergerak menyodorkan helm miliknya.

Tentu saja El keheran saat mendengarnya, tak percaya akan ucapan Rafa barusan. "Hah?" Memastikan jika dirinya tak salah dengar.

"Kalau sampai hitungan tiga nggak naik, gw, tinggal! Satu, dua, ti—" Ucapannya terhenti, saat dengan cepat El memakai helm miliknya, lalu ikut mendudukan dirinya di atas jok sepeda motor miliknya.

Bibir Rafa terangkat sekilas, lantas segera ia lajukan sepeda motornya.
Sementara itu, El masih berkecamuk dengan pikirannya sendiri, mencoba memahami aksi Rafa barusan.

Di tengah perjalanan, lagi-lagi Rafa membuyarkan kembali lamunannya.

"Ini di mana?" Tanyanya.

"Hah?" El agak memajukan kepalanya, berharap ia dapat mendengar suara Rafa yang kabur terbawa angin.

"Rumah lo, di mana! Lo, pikir gw cenayang bisa tau di mana, lo, tinggal?" Gerutunya.

"Oh itu, dekat rumah, lo, kok!"

Tak menjawab lagi, kini Rafa menaikan kecepatan motornya, membawa El ke komplek tempat tinggalnya.

Saat tiba di pertigaan dekat rumah Rafa, kini giliran El yang lebih dulu bersuara. "Stop, turunin, gw, di sini!"

Mendengar itu, Rafa lantas meminggirkan sepeda motornya.

"Thanks ya, besok, gw traktir tekwan tambah es teh!" Senyum manis kini terukir di wajah El.

Rafa hanya mengangguk untuk menanggapi ucapan El barusan. Namun, bukannya kembali melajukan motornya, Rafa malah diam di sana. Membuat El keheranan, sehingga memutuskan untuk bertanya.

"Kenapa masih di sini?" Satu alis El naik.

"Helm gw, belum, lo, lepas" Index fingernya terangkat, menunjuk helmnya yang masih menempel di kepala si gadis.

Rasanya, El ingin sekali menghilang. Bagaimana bisa ia tidak menyadarinya? Karena kepalang malu El berniat untuk melepasnya.

"Sial! Kenapa tiba-tiba susah sekali untuk dibuka!" Umpatan itu timbul  di lubuk hati El.

Melihat tingkah si gadis, membuat Rafa terkekeh sesaat, kemudian membantu si gadis untuk membuka helm miliknya. Jantung El berdetak begitu cepat, hingga ingin meledak rasanya. Lantaran, jarak antara mereka berdua begitu dekat.

Setelah berhasil terbuka, dengan wajah yang super duper merah bak kepiting rebus, El segera pamit pergi.
"Sorry, gw lupa! Sekali lagi, makasih, ya!" Dirinya lantas berlari menuju rumahnya.

Kini tawa yang sedari tadi Rafa tahan benar-benar keluar. "Gadis yang lucu." Gumamnya.

Jangan lupa vote ya sayang-sayangku💋💋

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jangan lupa vote ya sayang-sayangku💋💋

Beri author dukungan dengan cara Vote dan Komen, satu dukungan dari kalian sangat berharga bagi aku. Enjoy yaa:3

ELEVEN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang