27. MODUS

96 55 4
                                    

Rabu pukul 14:00, Jevian membawa El pergi piknik ke sebuah taman yang berada di Jakarta Timur

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Rabu pukul 14:00, Jevian membawa El pergi piknik ke sebuah taman yang berada di Jakarta Timur. Kala gadisnya dapat melihat langit semaunya, sebab berada di tempat yang terbuka, sehingga tak ada penghalang yang akan menutupi cerahnya langit hari itu.

El sempat heran, mengapa Jevian membawanya pergi menggunakan kereta. Meski heran, El tetaplah, El, yang akan menurut. Sebab, Jevian ini sangat pandai untuk mengambil hatinya.

Saat sampai di sana, betapa terkejutnya El, kala tahu Jevian membawanya ke taman yang pernah mereka kunjungi bersama sewaktu kecil.

Baru saja tiba, si gadis sudah bersungut kesal. "Hah, kita piknik? Kenapa gak bilang, tau gitu, aku bawa cemilan, Kak.”

“Emang, kamu mau lama-lama di sini? Panas tau.”

“Lagian, kamu ngajak ke sini, tengah hari kayak gini, kenapa nggak sore sekalian?”

Jevian menggaruk tengkuknya yang tak gatal. “Kalau sore, aku mau ajak kamu, ke laut.”

El menarik nafasnya, lantas membuangnya begitu saja, netranya kini menatap sekeliling. “Duduk di sana aja, nggak panas, masih bisa lihat langit juga, walau di bawah pohon.” Si gadis menarik lengan Jevian, membawanya duduk di bawah pohon yang rindang.

-

Mungkin, sudah sekitar 20 menit berlalu. Akan tetapi, El hanya diam, netranya terus memandangi langit berwarna biru cerah, yang dihiasi bentuk-bentuk awan putih nan lucu.

Jevian dibuat geleng-geleng kepala, sebab merasa heran. “Baca ni, buku.” Pemuda itu tiba-tiba menyodorkan sebuah buku yang berjudul 'How to Respect Myself' ke arah si gadis.

Entah apa tujuannya, yang jelas, buku itu tampak terlihat seperti buku yang baru dibeli. Sampul bukunya masih terlihat bersih dan rapih, belum ada lipatan sama sekali.

El memutar bola matanya malas. ”Ih, ngeselin! Malah disuruh baca buku!”

“Baca dulu, sepuluh menit aja. Habis itu, kita jalan di sini sebentar, terus beli permen, gimana?” Lihat, pemuda itu nampak pakar untuk urusan rayu-merayu.

“Bener, ya, beli permen?” Sorot mata El, masih menyorot tajam ke arah Jevian.

Ia menautkan anak jarinya pada anak jari El. “Iya, janji! Baca dulu, tapinya.”

Tak menggubris lagi, si gadis segera membaca buku, yang pemuda itu berikan padanya tadi. Apapun, akan El lakukan, demi mendapatkan sejamak gula-gula kesukaannya.

Akan tetapi, baru 5 menit berlalu. El sudah merengek, meminta untuk disudahi saja kegiatan membaca kali ini. Sejujurnya, El lebih suka membaca buku-buku novel, dari pada buku motivasi seperti ini.

“Kak, udah, ah, bosan!” El menghela nafasnya, lantas beranjak dari duduknya.

Namun, dengan sigap Jevian mencekal lengannya, lalu menariknya, hingga si gadis terjatuh di pangkuannya.

Si pemuda menyunggingkan senyumnya, ia merasa gemas, saat melihat raut masam, gadis yang ada di pangkuannya saat ini.

“Kak, aku mau jalan-jalan, bukan baca buku!” Rengeknya.

“Lima menit lagi, ya, Sayang.” Jemari Jevian, terulur untuk menyisipkan beberapa surai yang menutupi wajah gemas si gadis.

El bersikukuh, seraya mengerucutkan bibirnya. “Nggak! Aku, mau jalan-jalan!”

Jevian kembali tergelak, sebab lagi-lagi merasa, sangat gemas dengan gadisnya.

“Peluk dulu.” Ia hanya berniat menggoda El.

Tanpa jeda waktu, El segera membawa Jevian masuk, ke dalam rengkuhannya. Tentu seutas senyuman, terukir jelas di wajah Jevian. Ia tak menyangka, jika gadisnya benar-benar memeluknya.

“Modus!” El melepas dekapan yang tertaut, lalu berlari dari sana.

Jevian kembali tergelak, lantas segera mengejar gadis, yang sudah berlari meninggalkannya.

“Enak aja, pacar sendiri, dibilang modus!” Seru pemuda itu.

Tak butuh waktu lama, untuk Jevian berhasil menangkap gadisnya. Secara, langkah miliknya, jauh lebih besar dari pada langkah si gadis.

“Ih, lepasin!” El mencoba melepaskan lengannya, dari cengkraman kuat kekasihnya.

Satu alis Jevian terangkat. “Coba ulangi, tadi ngomong apa?“

“M-O-D-U-S! Modus!” El tergelak kecil, saat mengatakannya.

“Kalau gitu, nggak akan, aku lepasin!”

“Yaudah! Pegang aja.” Ekspresi wajah El, seakan mengejek.

“Oke! Aku bakal bawa kamu lari, ke manapun yang aku mau!” Jevian berlari, membawa El pergi, ke sebuah rawa yang masih berada di area taman.

Kini, Jevian mengeluarkan sebuah kamera yang sedari tadi ia bawa. Dirinya mulai memotret spot-spot di area rawa, yang menurutnya terlihat cantik. Terlalu asik, ia sampai kelupaan dengan gadis, yang ia genggam tangannya tadi.

Saat menoleh, benar saja, gadisnya sudah memasang raut wajah masam.

“Aku mau ke kamar mandi!” Nadanya terdengar kesal.

“Iya, aku tunggu sini.” Nampaknya, Jevian memang tidak peka, akan situasi saat ini.

Tak menanggapi, El mulai melangkah, seraya menghentak- hentakkan kakinya, menuju bilik air yang berada tidak jauh dari sana. “Ngeselin!” Gerutunya.

Jevian sudah asik kembali dengan kegiatan memotretnya. Ah, ia masih tak sadar, jika gadisnya sedang kesal padanya sekarang.

Aku penasaran deh, gimana tanggapan kalian, soal karakter Jevian ini?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku penasaran deh, gimana tanggapan kalian, soal karakter Jevian ini?

Jangan lupa vote ya sayang-sayangku💋💋
Beri author dukungan dengan cara Vote dan Komen, satu dukungan dari kalian sangat berharga bagi aku. Enjoy yaa:3

ELEVEN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang