21. BRAGA

99 59 8
                                    

Malam ini El akan tampil dalam sebuah acara seni, di daerah Braga

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Malam ini El akan tampil dalam sebuah acara seni, di daerah Braga. Dengan persiapan yang matang, mereka berharap, penampilannya dapat berjalan lancar.

Jam sudah menunjukkan pukul 7 malam, hanya tersisa 1 jam lagi, sebelum gadis itu tampil. Si gadis sudah menunggu Dewa sedari tadi, namun, pemuda itu tak kunjung datang. Sudah muncul serentetan pesan masuk dari teman-temannya, meminta dirinya agar cepat datang, untuk bersiap gladi.

Si gadis merasa gusar, tak berhenti menatap jam yang melingkar di lengannya. Hingga tak lama kemudian, samar-samar dirinya menangkap bising sepeda motor yang berhenti tepat di depan kostnya. Dengan langkah cepat si gadis keluar, seolah sudah bersiap untuk mengocehi Dewa, yang telat menjemputnya. Namun, saat tangannya bergerak membuka pintu, Si gadis dibuat terperangah, kala yang menjemputnya saat ini adalah Jevian.

Jevian tersenyum ke arahnya, hingga menampakkan dimple di pipinya.
“Dewa bilang, dia ada urusan, jadi, nggak bisa jemput kamu.“ Tangannya bergerak, menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

Si gadis hanya ber-oh ria saat mendengar penjelasannya.

“Ayok, aku antar, kamu.“

“Nggak per—“ Ucapan El terpotong, saat Jevian menyelanya.

“La, izinin aku buat nebus semua kesalahanku di masa lalu, ya?“ Tatapan matanya terlihat sayu, seakan begitu banyak penyesalan di dalam sana.

El menghela napasnya sesaat, sebelum dirinya setuju atas permintaan si pemuda.

Ia bawa tubuhnya duduk, di atas sepeda motor milik Jevian. Lantas si pemuda, segera melajukan motornya ke daerah Braga.

Tidak ada interaksi antara mereka, hanya terdengar bisingnya kendaraan yang saling berseteru, seolah tak membiarkan keadaan sunyi. Jika mereka tak mau menciptakan kebisingan, biarlah kendaraan yang melakukannya.

Sesampainya di sana, El segera melepas helm milik Jevian, tak lupa untuk mengucapkan rasa terimakasihnya. “Makasih, Kak! Gw duluan, ya!“ Si gadis berlari kecil. Pasalnya, waktu sudah begitu mepet, bisa-bisa, ia diocehi oleh teman dan pelatih yang sudah menunggunya sedari tadi.

-


Acara berjalan lancar, sesuai harapan El dan teman-temannya. Tepukan tangan serta riakan yang bergejolak, sudah memastikan bahwa penampilan mereka memukau.

Terbukti pada pemuda yang tak melepas pandangannya sedari awal, bibirnya terus terangkat, mengulas senyum nan tak kalah indah dari gadis yang dipandangnya. Dirinya semakin dibuat jatuh cinta, kala melihat El kecilnya, tumbuh dengan sangat baik. Bahkan, jatungnya tergerak cepat, saat melihat El-nya, bersinar di atas panggung.

Jam sudah menunjukkan pukul 10 malam. Akan tetapi, terlihat si gadis masih menikmati acaranya. Jevian sadar, jika gadis kecilnya ini, belum sempat makan, jadi, ia berinisiatif untuk pergi ke minimarket sebentar.

ELEVEN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang