18. DI DAGO

104 64 5
                                    

Hari yang ditunggu telah tiba, pameran yang sudah dari satu minggu lalu El, Dewa, dan beberapa teman Dewa siapkan, kini akan segera digelar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hari yang ditunggu telah tiba, pameran yang sudah dari satu minggu lalu El, Dewa, dan beberapa teman Dewa siapkan, kini akan segera digelar. Di hari minggu, El baru sempat pulang ke kostnya pukul 4 pagi, dan akan kembali lagi ke sana pada pukul 8 pagi nanti. Niatnya, El hanya akan memejamkan matanya sekejap, namun, siapa sangka, ketika El membuka matanya, jam sudah menunjukkan pukul 9 pagi.

"Sial!" Si gadis reflek mengumpat, saat netranya menangkap jam wekker di atas nakas, lantas dengan tergesa dirinya beranjak dari ranjang, lekas bersiap.

Seusainya bersiap, El bergegas pergi menuju lokasi pameran, menggunakan salah satu ojek online. Apesnya, motor yang tengah El tumpangi, malah mogok, padahal, hanya tinggal sedikit lagi untuk ia sampai di lokasi. Mau tidak mau, dirinya terpaksa berlari dengan tergesa, mana kala itu, rintik-rintik air mulai turun dari langit.

"Ah, masa bodoh! Aku akan tetap menerobosnya!" Monolognya.

Sebab berlari, kini, tali-tali sepatu si gadis mulai terlepas dari ikatannya.

"Ada apa, sih, dengan hari ini? Kenapa aku, merasa begitu sial! Bisakah kau lepas, saat aku sudah tiba di sana? Sekarang itu sedang gerimis!" Sang empu terus menggerutu, saat mendapati tali sepatunya yang sudah mengurai.

Akhirnya, si gadis memutuskan untuk membenarkannya lebih dulu, dari pada ia jatuh karena tali sepatunya sendiri, bukan?

Ketika tengah mengikatnya, langit yang semula hanya gerimis, kini mulai menurunkan hujan yang deras. Bahkan, El sempat terguyur oleh derasnya hujan. Namun, didetik berikutnya, air hujan yang semula mengguyurnya, terhalang oleh sebuah payung milik seorang pemuda, yang El sendiri juga tidak mengenalnya. Si gadis tercengang. Akan tetapi, ketika dirinya sadar, ia segera berdiri, membawa laki-laki yang memayunginya meneduh di depan sepetak ruko yang tidak jauh dari sana. Begitu meneduh, mulanya mereka mengusap beberapa titik bagian yang tadi terkena air hujan, setelahnya, mereka saling menatap netra satu sama lain. Sosok laki-laki di depannya tersenyum, si gadis tentu keheranan.

"Apakah, orang ini mengenal ku?" Batinnya.

Dehaman pelan El, memutus kontak mata, lantas diubah menjadi percakapan. "Makasih, ya, A', udah mayungin saya tadi." Bibir si gadis tertarik, melukiskan senyum simpul yang menawan.

Si pemuda mengangguk untuk menanggapi ucapan El barusan, tak lupa dengan senyum yang belum kunjung memudar.

Setelahnya, tidak ada lagi percakapan yang terjadi di antara mereka berdua. Akan tetapi, El sadar, sosok laki-laki di sampingnya ini, terus menatapnya sedari tadi.

"Kenapa, sih, orang ini terus-menerus menatapku?" Lagi-lagi, dirinya hanya mampu menerka dalam benaknya.

-

Dirasa hujan sudah cukup reda, El memutuskan untuk melanjutkan langkahnya kembali. "Duluan, ya, A'." Setelah berpamitan, dirinya lekas beranjak pergi dari sana.

ELEVEN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang