37. JIKALAU

88 46 13
                                    

Sudah sekitar 1 minggu lamanya mereka tak bertemu, padahal sebelumnya, mereka bertemu hampir setiap hari

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Sudah sekitar 1 minggu lamanya mereka tak bertemu, padahal sebelumnya, mereka bertemu hampir setiap hari. Sebenarnya, dalam 7 hari terakhir, mereka selalu berencana bertemu saat malam hari. Namun, El selalu kewalahan untuk mengatur waktu.

Malam ini, akhirnya El bisa meluangkan waktunya untuk bertemu dengan Jevian.

Tentu, Jevian senang bukan main. Lantas segera ia lajukan sepeda motornya, untuk menjemput gadis kecil yang tengah ia rindukan.
Bagaimana mungkin Jevian tak merasakan rindu yang menggebu-gebu. Biasanya, ia selalu melihat gadisnya setiap hari. Akan tetapi, ia hanya bisa menuntaskan rindu melalui telepon di 1 minggu terakhir.


Saat tiba di depan kost El, Jevian sudah disambut dengan seutas senyum manis milik gadisnya.

Matanya menyipit, sebab dirinya ikut menyiratkan senyum di wajahnya, senyum riang diselingi dimple yang tercetak jelas di pipinya.

“Mau ke mana, kita?” Senyuman itu masih melekat di wajah El, yang kini tengah berlari kecil menghampiri kekasihnya.

Jevian tak menjawab, dirinya malah mendekap erat gadisnya.

“Aku kangen banget, sama kamu.“ Kepalanya ia tumpukan pada pundak si gadis.

El terkekeh, karena merasa gemas akan tingkah kekasihnya yang sedang bermanja. Lantas, jemari El bergerak mengusap lembut surai hitam Jevian.

Cukup lama mereka saling mendekap, menyalurkan rasa rindu yang mereka tabung sejak lama.

-

El menyudahi dekapannya, lalu tersenyum, saat menatap sendunya manik hitam yang selalu membuat dirinya terpikat. “Ayok.“ Jemari El menggenggam sekilas jemari kekasihnya.

Senyum Jevian belum luntur sedari tiba, dirinya mengangguk, lalu tangannya bergerak memasangkan helm di kepala gadisnya.


Udara yang dingin, menciptakan dekapan hangat. Kala lengan El, melingkar erat di pinggang Jevian.

“Mau, ke mana?” Suara El memecahkan keheningan yang sempat terjadi sesaat.

“Katanya, kamu mau kitkat.”

“Beli kitkat, doang?” El agak memajukan kepalanya ke depan.

“Ya, nggak, lah. Yakali, kita udah nggak ketemu satu minggu, cuma beli kitkat.” Jevian sewot.

“Biasa aja kali mukanya, Kak. Sewot amat, aku liat-liat tu muka, di kaca.” El tergelak, saat melihat Jevian tengah mendengus kesal.

“Lagian, kamu ngeselin.” Si pemuda memutar bola matanya malas.

El tak membalas lagi, kini hanya terdengar gelak tawanya yang masuk ke telinga Jevian.

Beberapa saat kemudian, Jevian memberhentikan sepeda motornya tepat di depan minimarket. Lantas, meninggalkan El yang masih terduduk di atas jok sepeda motornya.

ELEVEN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang