30. TANPA JUDUL

97 51 5
                                    

Sedari kemarin, El masih juga mengurung dirinya di dalam kamar, pikirannya terlalu kacau, kenangan-kenangan yang ia pendam selama ini kembali muncul

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sedari kemarin, El masih juga mengurung dirinya di dalam
kamar, pikirannya terlalu kacau, kenangan-kenangan yang ia pendam selama ini kembali muncul.

Rasa takut, trauma, serta rindu bercampur menjadi satu. Pikirannya terlalu kalu,t sampai tak sadar jika ia sudah menangis hampir seharian. Mata yang biasa terlihat berbinar, kini terlihat begitu menyedihkan, ia bahkan tak punya tenaga lagi untuk membuka matanya. Tubuhnya bergetar, sebab belum ada satu butir nasipun yang masuk ke dalam perutnya, di detik selanjutnya semua terasa gelap, El kehilangan kesadarannya.

-

Jevian terus menerus mengecek ponselnya, sesekali kembali mencoba menghubungi El, sebab sedari malam, ia belum juga mendapat balasan pesan dari gadisnya.

Dikarenakan rasa khawatirnya terus melonjak, Jevian memutuskan untuk menemui El, di kostnya. Setidaknya, ia harus memastikan jika gadisnya baik-baik saja.


Tak butuh waktu lama untuk Jevian sampai di sana, lantaran ia mengendarai sepeda motornya melebihi batas kecepatan.

Dengan tergesa, tangannya terulur mengetuk pintu kost si gadis. "El?"
Namun, tak juga ada jawaban dari dalam sana. Sungguh, rasa khawatir semakin mendesaknya. “Sayang?“ Tangannya tak berhenti mengetuk sedari tadi.

Jevian tak mampu lagi menyangkal pikiran buruknya. Lantas ia tarik daun pintunya ke bawah, mengakibatkan pintu kost gadisnya terbuka lebar.

Pandangannya segera ia edarkan ke seluruh penjuru ruangan. Namun, Jevian masih belum juga menemukan keberadaan El.

Lagi-lagi, Jevian kembali mencoba  untuk menghubungi ponsel si gadis. Membuat suara dering ponsel, terdengar dari dalam kamar. Dengan segera Jevian langkahkan kakinya mendekati pintu kamar yang bertuliskan, 'EL’S ROOM'.

“Sayang?“ Tangannya bergerak membuka pintu kamar gadisnya.

Betapa terkejutnya Jevian, kala hal yang pertama kali ia lihat saat membuka pintu, adalah gadisnya yang tak sadarkan diri.

“Sayang!“ Jevian dengan cepat memangku kepala si gadis, lalu menepuk pelan pipinya.

Suhu tubuh El, terasa begitu panas. Sangat berbeda dengan suhu tubuhnya yang normal.

-

Kini Jevian baringkan tubuh gadisnya ke atas ranjang, dengan telaten, tak lupa juga ia mengompres kening si gadis. Setelahnya ia genggam erat jemari-jemari El dengan perasaan gusar.


Selang 15 menit, El mulai sadar. Mata sayunya, bertemu dengan manik hitam legam milik Jevian. Hingga tanpa sadar, buliran bening itu kembali mengalir dari ujung netra El, ia sungguh tak mampu menahan tangisnya.

Hey, ada apa? Cerita sama aku.“ Usapannya terasa begitu lembut saat menyentuh surai hitam El yang tergerai.

Tangisannya semakin pecah. "Aku takut, Kak."

ELEVEN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang