19. CINTA PERTAMA

108 63 3
                                    

Menurut kalian, apakah sosok cinta pertama akan terasa begitu berkesan? Lalu, apakah cinta yang terjadi saat kita kecil, dapat disebut dengan kata cinta? Sebenarnya, kapan waktu yang tepat untuk menyebut rasa suka sebagai rasa cinta? El juga tak m...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Menurut kalian, apakah sosok cinta pertama akan terasa begitu berkesan? Lalu, apakah cinta yang terjadi saat kita kecil, dapat disebut dengan kata cinta? Sebenarnya, kapan waktu yang tepat untuk menyebut rasa suka sebagai rasa cinta? El juga tak mengerti, mengapa ia bisa menganggap Jevian, sebagai cinta pertamanya. Mungkin, pasalnya, saat dengan Jevian, adalah kali pertama El mengatakan cinta, dan tidak pernah menyatakannya lagi, sampai dirinya bertemu dengan Rafa. Sebetulnya, tidak ada yang namanya kebetulan, sejak El pertama kali kembali bertemu dengan Jevian, semuanya sudah direncanakan olehnya.

Jevian adalah salah satu ketua organisasi yang Dewa ikuti di kampus, jadi tentu saja, saat ingin meminta bantuan El, Dewa harus lebih dulu melapor pada Jevian. Ketika El terlambat waktu itu, sebenarnya, Dewa yang ingin menyusul El, namun, ditahan oleh Jevian, dirinya menawarkan diri untuk menyusul El. Lalu, soal tim saat menjaga stand, tentu saja, Jevian juga sudah mengaturnya, sampai-sampai, Dewa berpikir jika ketua BEMnya ini, menyukai temannya.

El tengah sibuk berkutik dengan laptopnya, ditemani Dewa, di kafe biasanya.

“El, kelihatannya, ketua BEM di kampus gw, suka sama lo.“ Netra yang semula fokus dengan permainan online, tiba-tiba Dewa alihkan dengan  topik random di benaknya.

Si gadis menatap heran ke arah pemuda di hadapannya. “Ketua BEM lo, kenal gw?“

“Kayaknya— yang sempat jaga stand bareng lo itu, inget gak?“

“Oh, dia.“ Hanya tanggapan singkat, sebelum dirinya kembali fokus dengan tugas-tugasnya.

Netranya tak lepas dari tindakan kecil si gadis. “Waktu gw tunjukin informasi tentang lo, ke dia— dia langsung setuju gitu aja lo bantu acara. Padahal biasanya, susah banget dia milih orang luar kampus buat bantu.“ Hanya dengan satu tenggakan, ice kopi miliknya tandas.

Alih-alih membalas, El malah mengangguk-anggukkan kepalanya, seolah mendengarkan Dewa, nyatanya, tidak.

“Lo, kenal dia?“ Satu alis dewa terangkat.

“Enggak.“

Tubuh yang semula agak Dewa condongkan, kini kembali meluruh, bersandar pada punggung kursi. “Oh, gitu, kirain, lo kenal.“

Suasana kembali hening, hanya terdengar suara ketikan laptop yang berseteru, antara El dan Dewa.

“El.“ Suara Dewa kembali menjadi pemecah keheningan yang sudah berlangsung sejak 10 menit lalu.

Si gadis hanya berdeham, untuk menyahutinya.

Netranya menatap ponsel miliknya sekilas. “Temen gw, mau ikut gabung, boleh?“ 

Kumaha Anjeun Wéh" Mulutnya tetap menjawab, walau netranya entah ke mana.

-

Tak berselang lama, teman yang Dewa katakan akan ikut bergabung bersama mereka, sampai. El terkejut, kala mengetahui teman yang Dewa maksud adalah, Jevian.

ELEVEN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang