31. DREAM DATE

85 50 5
                                    

Selesai latihan bersama temannya, El kini duduk di bangku depan sanggar tarinya, menunggu sekitar 10 menit, untuk Jevian sampai menjemputnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Selesai latihan bersama temannya, El kini duduk di bangku depan sanggar tarinya, menunggu sekitar 10 menit, untuk Jevian sampai menjemputnya.


Saat tiba, Jevian segera menghampiri gadisnya yang tengah duduk membelakangi dirinya, dengan pandangannya yang sudah terpacu pada antariksa malam.

“Dor!” Jevian sengaja, menjahili El.

El yang terkejut, tentu reflek memukul orang yang barusan mengagetinya.

“Aduh! Sakit, Sayang.” Ia mengusap lengannya yang terasa panas, sembari meringis kesakitan.

“Ya ampun, Kak. Maaf, lagian kamu ngapain sih, ngagetin aku!” Si gadis menarik lengan Jevian, untuk ikut duduk di sebelahnya.

Jevian terus merengek sembari mengerucutkan bibirnya layaknya seorang anak kecil. "Sakit."

“Maaf, ya?” El tergelak, sebab merasa gemas akan tingkah kekasihnya ini.

“Peluk, aku.”

Si gadis memutar bola matanya malas. “Ini, mah, modus namanya!"

“Kamu, pukul aku kenceng, loh, Sayang.” Bibirnya masih terus ia kerucutkan, mungkin agar terlihat gemas di mata gadisnya.

Tanpa menjawab lagi, dengan tubuh kecil miliknya, El segera membawa masuk Jevian ke dalam dekapannya. Meskipun tidak dapat mendekap seluruh bagian tubuh Jevian, namun bagi Jevian, dekapan El terasa sangat menghangatkan, layaknya mampu menepis angin malam Bandung yang terasa dingin.

Dirasa cukup, El melepaskan dekapannya, membuat sang empu tersenyum ke arahnya.

Tangannya terulur, menyisipkan beberapa helai surai gadisnya yang terkena terpaan angin. "Mau jalan sebentar, nggak?"

“Kamu, nggak jadi main sama, Kak Dewa?”

“Sebentar aja, aku masih kangen, kamu.” Tangannya kembali melingkar pada pinggang kecil gadisnya.

“Dasar!” Mulutnya mencibir, tapi El tetap membalas dekapannya dengan senang hati.

“Sayang, ada sesuatu yang lagi mau kamu lakuin, nggak?“ Tangannya semakin mendekap erat gadisnya.

“Tiba-tiba, banget?“ Tangan gadis itu digunakan untuk menepuk-nepuk lembut punggung kekasihnya.

“Ada, nggak? Dream Date kamu, gitu.“

“Eum— mungkin, Bar Date.“ Gelak tawa itu keluar dari mulut El, kala melihat raut wajah Jevian yang menganga tak percaya.

“Sayang, serius?“

El memutar bola matanya malas, bagaimana bisa, Jevian terlihat percaya akan omong kosong yang dilontarkannya. “Bercanda, lah!“

“Serius dulu, Sayang. Aku mau wujudin satu persatu Dream Date, kamu.“ Jemarinya ia tautkan pada jemari-jemari lentik gadisnya.

ELEVEN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang