03. PENDEKATAN

214 92 42
                                    

Jika dilihat, makin hari Rafa semakin menarik di mata El

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jika dilihat, makin hari Rafa semakin menarik di mata El. Mungkin Rafa memang terkesan dingin, tapi jika diperhatikan lebih detail lagi, sebenarnya Rafa adalah orang yang hangat juga pendengar yang baik. Bagi beberapa orang, mungkin bingung di bagian mana sikap hangatnya sosok Rafa, namun di mata El, sikap itu terlihat begitu jelas, sangat amat jelas.

Setiap senin pagi tentu saja akan diadakan upacara bendera. Akan tetapi, semalam El tidur larut malam, sebab ia harus mengerjakan tugas untuk dipresentasikan hari ini, alhasil dirinya bangun sedikit telat dari biasanya. Saking terburu-burunya, ia sampai lupa untuk membawa topi miliknya. Saat El tiba di sekolah, bel masuk sudah berbunyi. Semua partisan sudah mulai bersiap untuk pergi baris di lapangan.

"Mampus! Gw lupa bawa topi!" El mengumpat frustrasi.

"Lagian, lo, tumben banget telat, El!" Cika ikut kelimpungan kala tak kunjung menemukan topi cadangan di dalam loker.

El membuang nafasnya kasar. "Gw, tidur kemaleman karena nugas, coba deh, gw, cari di UKS bentar, siapa tau ada topi yang ketinggalan di sana."

"Kalau gitu, gw, tunggu di depan, ya!"

El hanya mengangguk sembari membenahkan alat tulis yang sempat ia keluarkan, sebab mengira topinya terselip. Tanpa El sadari, sebenarnya sedari tadi Rafa menyimak percakapan antara dirinya dan Cika. Baru saja dirinya ingin beranjak ke ruang UKS, tangannya lebih dulu dicekal oleh Rafa.

"Nih, pakai aja." Tangannya terulur  menyodorkan topi miliknya pada El.

Lagi-lagi El dibuat tercengang akan sikap Rafa. Dirinya terpaku tak berkutik, menatap heran pemuda di hadapannya.

Si pemuda yang tak kunjung mendapat balasan, menepuk pelan pundak si gadis. "Malah bengong, ini!"

"Hah? Terus, lo, gimana?" El menyernyitkan keningnya.

"Gw, mau ke rooftop."

"Mau bolos upacara?" Satu alis El naik.

Rafa melangkahkan kakinya keluar kelas, meninggalkan El yang masih terpaku di tempat. "Iya. Buruan sana ke lapangan!" Serunya.

El lagi-lagi diam, tak menjawab mupun bergerak. Hingga sesaat kemudian, dirinya dikejutkan dengan seru suara Cika dari ambang pintu.

"Woi! Malah bengong, nggak jadi ambil topi, lo?"

Lamunan El buyar. "Ah! Enggak, udah ada." Lantas El segera berlari menghampiri sahabat yang sedari tadi sudah menunggunya.

Pada awalnya, upacara berjalan dengan lancar. Suasana terasa hikmat, sampai dari arah tangga, muncul seorang guru yang dikenal killer. Sebut saja Pak Tiar, tengah bersama dengan seorang siswa yang mengikutinya dari arah belakang. Alangkah terkejutnya El, kala melihat siswa yang bersama Pak Tiar saat itu adalah Rafa, padahal El sudah menduganya. Akan tetapi, mengapa ia masih membiarkan Rafa untuk  pergi melewatkan upacara. "Bodoh!" El merutuki dirinya sendiri.

ELEVEN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang