20. PERPUSTAKAAN

112 62 7
                                    

Belakangan ini, hari-hari El terasa senggang, kala sedang memasuki masa liburan sekolah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Belakangan ini, hari-hari El terasa senggang, kala sedang memasuki masa liburan sekolah. Selama berada di kota Bandung, El mempunyai kebiasaan baru, dimana, setiap sabtu sore, dirinya akan pergi ke perpustakaan yang tidak jauh dari kost-kostannya, dan akan kembali, saat waktu menunjukkan pukul 9 malam.

Selayaknya hari ini, ketika dirinya tiba di sana, El mulai mencari beberapa buku, yang nantinya akan ia baca. Namun, saat tengah berdiri di depan salah satu rak, netranya tak sengaja menangkap buku novel yang selama ini ia cari, sayangnya, novel itu berada di rak bagian atas.

“Ah, sial! Siapa, sih, yang taruh novel itu di atas sana!“ El mendengus kesal.

Si gadis berusaha keras untuk menggapainya, ia berjinjit, meloncat, namun, tetap saja jemarinya tak mampu meraihnya. Saat tengah meloncat, geruhnya pergelangan kakinya malah terkilir, lantaran saat itu, ia menggunakan sepatu yang agak tinggi. Syukurlah, dirinya tak jatuh, sebab ada yang menopang tubuhnya kala itu. Si gadis mendongakkan kepalanya, lantas mendapati orang yang menopang tubuhnya, ternyata adalah Jevian.

Mereka saling menatap cukup lama, hingga El memutusnya lebih dulu. Si gadis mencoba melepaskan tubuhnya dari rengkuhan pemuda itu.

Naasnya, kakinya benar-benar tak mampu menopang tubuhnya. "Awh!" Satu ringisan berhasil menguar dari mulutnya.

Dengan sigap, si pemuda kembali menopang tubuh El, memapahnya ke sebuah kursi yang berada tidak jauh dari mereka. Jevian merungguh di depan si gadis yang terduduk di atas kursi, lantas, dengan telaten ia lepas sepatu milik si gadis, tak lupa dengan  kaus kakinya. Kini, kaus kakinya ia lilitkan pada bagian yang cedera, si gadis sedikit merintih, kala sebuah lilitan bertengger di pergelangan kakinya.

Setelahnya, Jevian pergi begitu saja, meninggalkan si gadis, yang masih terduduk di sana, membuatnya menyernyit keheranan, merasa bingung akan tingkah si pemuda beberapa menit lalu. Akan tetapi, tak berselang lama, Jevian kembali, dirinya membawa sekotak susu coklat, yang sudah jelas akan ia berikan pada El.

Jevian menyodorkan sekotak susu coklat, sebelum dirinya ikut mendaratkan bokongnya pada bangku di sebelah El. "Nih, minum."

Si gadis merasa bingung, namun, ia tetap menerimanya. “Makasih.“ El menunduk, seakan dirinya enggan menatap sosok laki-laki di sampingnya.

Netranya tak terkecoh, ia tatap si gadis lamat-lamat. "Apa kabar, La? Harusnya, aku tanya ini di pertemuan pertama kita, tapi, nggak sempat, karena aku terlalu senang waktu itu.“ 
Jevian tertawa kikuk, mengingat dirinya yang tiba-tiba memeluk El pada saat pertemuan pertama.

“Baik, Kakak, sendiri?“ Bahkan, saat menjawab pun, dirinya tak menoleh.

“Aku, baik. Maaf—“ Ucapannya terjeda sesaat, disela oleh helaan nafas, yang hembusannya terasa begitu banyak penyesalan.

Membuat Si gadis, memutuskan untuk berpaling, menatap sosok pemuda, yang ada di sampingnya.

Jujur saja, ia sangat merindukan tatapan teduh yang khas, milik pemuda itu.

ELEVEN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang