26. BACKSTREET

102 53 2
                                    

Terhitung satu minggu lalu, sejak Jevian dan El resmi menjadi sepasang kekasih

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Terhitung satu minggu lalu, sejak Jevian dan El resmi menjadi sepasang kekasih. Namun, mereka masih belum juga membicarakan mengenai hubungan mereka pada Dewa.

El yang meminta untuk merahasiakan hubungan mereka dari Dewa, entah apa alasannya, yang jelas, El meminta agar hubungan mereka dijalani secara backstreet saja.

Mereka bertiga, kini tengah mengerjakan tugas bersama, di kafe biasanya.

“Akhir-akhir ini, gw lihat, lo jarang ada di base camp.“ Dewa menyesap segelas es kopi miliknya.

“Belakangan ini, gw banyak urusan. Jadi, nggak sempat ke sana.“ Jevian menoleh sesaat, menatap gadis di sebelahnya.

Dewa merasa agak bingung, namun, ia mengangguk paham.

“Kalau lo, El? Gw lihat, sekarang lo jarang minta temenin, gw.“ Dewa mendengus kesal. Meski Dewa sering membuat El naik darah, ucapannya yang menganggap gadis itu sebagai adiknya, sungguh-sungguh.

Si gadis nampak berpikir. “Gw juga, banyak urusan.“ El hendak meminum kembali kopinya, namun, tangannya malah dicekal dari bawah meja.

El tahu betul itu ulah Jevian, jadi ia urungkan niatnya, untuk meminum es kopi yang menggugah selera.

Dewa menaikkan satu alisnya, menatap penuh curiga. “Urusan sama cowok tempo hari?“

Jevian terperangah, lantas menatap gadis di sampingnya.

Sedangkan El, menatap tajam ke arah Dewa.

Melihat ekspresi Jevian, tentu membuat Dewa tergelak, sebenarnya ia sengaja, ingin memanas-manasi sohibnya.

Pasalnya Dewa jengah akan pendekatan temannya ini, yang terasa tak ada kemajuan. Bagaimana ketua BEM-nya ini bisa kembali dekat dengan El, jika ia hanya berdiam diri.

Sial, Dewa tidak tahu, kalau temannya ini sudah mencuri start sejak awal. Bahkan, mereka kini tengah berkencan.

Setelah puas tergelak, Dewa beranjak dari duduknya.

“Mau kemana?“ Tanya El dan Jevian bersamaan.

Toilet, takut banget lo berdua, gw tinggalin.“

El dan Jevian reflek memutar bola matanya malas, malas menanggapi ucapan Dewa yang terkesan hiperbola.

Dirasa hanya ada mereka berdua, Jevian tentu tak menyiakan kesempatan itu.

Ia sandarkan kepalanya pada bahu El, lalu ia genggam juga jemari gadisnya.

“Cowok apa yang di maksud Dewa,
tadi?“ Bibir pemuda itu sudah mengerucut dengan sempurna.

“Nggak tahu, aku nggak kenal.“

“Masa, nggak kenal,tiba-tiba dibahas.“

El menyendokkan sepotong kue coklat ke dalam mulut Jevian. "Cowok random, yang sempat minta ig aku.“

ELEVEN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang