Kalau seorang Auriga Jayendra Wardana yang tampan paripurna ini boleh jujur, sebenarnya, menjadi sulung dari kedua adik kembarnya benar-benar melelahkan. Menyita tenaga, juga pikiran. Apalagi saat harus meladeni setiap keanehan adik-adiknya yang di luar nalar.
Akan tetapi, apa boleh buat? Nyatanya, semesta menakdirkan dia menjadi sulung yang harus kuat dan selalu tabah. Meskipun terkadang selalu terbesit dalam pikirannya untuk membuang kedua adiknya untuk dijadikan tumbal proyek saja.
"Jay, jemput gue ya nanti."
"Ogah."
"Oh gitu? Oke—MAMI, ABANG NIH NGGAK MAU JEMPUT ADEK!!"
"ANAK SETAN! DIEM NGGAK LO?!"
"JAY!! JEMPUT ADEKNYA!!"
Dari kedua adik kembarnya, mungkin tingkah di bungsu yang paling bisa membuat kesabaran seorang Jay habis tanpa sisa. Anak manja yang hobby mengadu itu kerap kali membuat pusing kepala. Karena akan ada saja tingkahnya yang harus membuat Jay banyak-banyak mengelus dada.
"Hehe ...,"
"Kenapa lo haha hehe?" Kedua mata Jay sudah memicing menatap adik pertamanya.
"Motor gue di tilang polisi. Nanti lo yang bayar, ya? TAPI JANGAN SAMPE PAPI TAU. Please ...,"
Kalau saja memutilasi manusia itu tidak melanggar hukum, mungkin saat ini Jay akan mencincang tubuh adiknya menjadi seratus bagian, lalu Jay rebus menjadi sup daging.
"Kan gue udah bilang, jangan bawa motor! Hari ini ada razia, dan lo nggak pake helm! Dasar anak curut! Nyusahin aja!!"
"Sekali doang elah Jay. Ya, ya, please?"
"Hmm. Ini yang terakhir. Awas aja lo sampe di tilang lagi. Bakal gue aduin Papi, biar motor lo disita sekalian!"
Kendati demikian, sebenarnya Jay juga tahu, bahwa ada saat-saat dimana kedua anak setan itu takut padanya. Lebih ke segan kala melihatnya sudah hampir murka. Kata mereka, sih, wajahnya sangat menakutkan kala marah. Mirip seperti papi. Terserah mereka saja lah, Jay lelah.
Lain Jay, lain pula si anak tengah. Akhilendra Jantaka Wardana, yang lahir sepuluh menit setelah Jay. Sebagai anak tengah, menurut Jantaka tidak merepotkan. Justru sebaliknya. Dia senang memiliki kakak yang bisa diandalkan, dan dia senang memiliki adik yang bisa di suruh sesuka hati. Walaupun terkadang harus memberi sogokan yang cukup menguras dompet nya.
Selain itu, menjadi anak tengah, berarti Jantaka juga harus bisa mengimbangi kedua saudaranya yang lain. Biarpun mereka kembar, nyatanya mereka tetap individu yang berbeda. Ada perbedaan besar di antara mereka, yang mungkin tidak disadari oleh banyak orang.
Menjadi kembar bukan berarti semuanya harus terlihat sama tanpa cela. Justru terkadang ada beberapa hal yang juga menjadi perbedaan besar di antara mereka bertiga. Terutama dari cara berpikir mereka masing-masing, yang tentunya tidak bisa di samakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
|✔| Blue Sky
Teen FictionSebuah kisah tentang permasalahan kompleks seorang Auriga Jayendra Wardana sebagai sulung dari kedua adik kembarnya, Akhilendra Jantaka Wardana dan Alsaki Shaka Wardana. Tentang si dewasa Heksa Adhrit Mahadevan yang selalu di tuntut untuk menjadi s...