18. Cerita yang Sama

925 135 29
                                    

Hari ini hanya Jay dan Sakha yang tidak berangkat sekolah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hari ini hanya Jay dan Sakha yang tidak berangkat sekolah. Semalam, Sakha demam tinggi tiba-tiba. Padahal saat makan malam, anak itu masih baik-baik saja. Awalnya Rola yang akan menunggu Sakha di rumah, namun Jay tahu, jika Mami nya tersebut akan menemani Papi terbang ke UK hari ini. Dan perjalanan itu tidak bisa di tunda, atau pun di batalkan. Karena Jay juga tahu, bahwa mereka berencana pergi sudah dari jauh-jauh hari.

Sebagai sulung, dia merasa memiliki tanggung jawab atas adik-adiknya saat Mami dan Papi tidak ada. Setelah melalui kesepakatan, akhirnya, Mami dan Papi tetap pergi, sedangkan dia di rumah menemani Sakha. Jantaka juga awalnya ingin tetap di rumah, namun Jay mengancam akan memasukkan Princess ke dalam mesin cuci jika saja Jantaka berani membolos.

Hanya ada mereka berdua di rumah, Jay menatap ruang tamu yang terlihat sepi. Samasta dan Jahan sudah kembali ke rumah om dan tante mereka pagi-pagi sekali. Jadi, di rumah ini hanya ada dirinya dan Sakha. Sedangkan beberapa orang yang bekerja tinggal di rumah belakang. Jika pekerjaan mereka telah selesai, mereka biasanya memang berada di sana.

"Buatin susu aja kali, ya?" Jay bergumam. Menimang-nimang keputusan nya untuk membuat susu atau langsung membawakan sarapan untuk Sakha. Subuh tadi, anak itu kembali muntah, dan baru bisa terlelap saat matahari sudah terbit.

Keputusan Jay akhirnya jatuh pada opsi pertama. Setelah selesai sarapan, Jay langsung membawa susu hangat tersebut kembali ke atas. Ketika masuk, dapat dilihat bahwa adiknya sudah bangun dan kini duduk bersandar pada kepala ranjang.

"Bangun dulu coba, biar gue tumpuk bantal nya." ucapnya.

Sakha menurut. Memaksa tubuh lemas nya untuk tegak, selagi menunggu Jay selesai menumpuk bantal untuk menyangga punggung nya. "Thanks," suaranya serak dan pelan, namun untungnya Jay masih bisa mendengar.

"Hmm. Tadi gue buatin susu hangat. Mau minum sekarang?"

"Enggak, Jay. Nanti aja, gue masih mual." Perutnya bahkan masih bergejolak, dan Sakha takut jika akan muntah lagi seandainya dia meminum susu tersebut.

"Oke, oke." Tanpa di minta, Jay kini memijat kaki Sakha yang terbungkus selimut. "Kalau pengin apa-apa, langsung bilang aja. Nanti gue buatin, atau gue beliin. Perut lo harus selalu di isi. Nggak boleh kosong."

"Iya," Menghela napas sejenak, Sakha melanjutkan. "Samasta sama Jahan udah pulang, ya?"

"Udah. Pagi tadi, sebelum Mami sama Papi berangkat. Mereka juga ke kamar lo, tapi nggak berani bangunin. Mungkin nanti sore, atau nanti malem, mereka dateng buat jenguk. Sekalian bawa si bocil kematian."

Mendengar itu, Sakha terkekeh kecil. "Niran maksud lo?"

"Ya, iya. Siapa lagi memang?"

"Thanks, ya, Jay."

"Hmm?"

"Thanks, karena udah jadi sulung yang hebat. Yang selalu mengalah buat gue sama Jantaka."

|✔| Blue Sky Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang