⚠️CW/TW | Kekerasan!!!
Jay, Jantaka, Sakha, Jahan dan Niran, memutuskan untuk makan di kantin bersama-sama di jam istirahat pertama ini. Dan Jantaka serta Jahan adalah seseorang yang bertugas untuk memesan.
"Gue mau mie ayam, deh, Kak. Tapi nggak pake ayam, ya." ucap Niran.
Jantaka sontak menatap aneh pada Niran. "Mie ayam tapi nggak pake ayam? Lo jangan buat gue emosi, ya, cil?!"
"Siapa juga yang mau buat emosi, sih? Orang selama ini, setiap kali beli mie ayam, gue nggak pake ayam, kok." balas Niran agak sewot. "Oiya, jangan pake sayur nya juga, Kak. Terus mie nya jangan terlalu matang. Jangan pake kecap, cukup saos sama sambel nya aja. Sambel nya tiga sendok. Harus pass, nggak boleh kurang nggak boleh lebih. Kak Jan denger, nggak, sih?!"
Mendengar itu, Jantaka buru-buru mengalihkannya fokusnya dari handphone. "Iya, buset! Denger gue."
"Udah, ah, jangan ribut." Jahan menengahi. "Kalau Kak Jay sama Kak Sakha mau pesen apa?"
"Gue bakso, deh." balas Jay. "Lo harus makan nasi, Sak. Tadi pagi lo nggak sarapan." Kemudian berucap pada Sakha dengan tatapan dingin. Melihat anak itu hanya berdecak dan mengangguk pasrah, akhirnya Jay memesankan ayam geprek untuk Sakha. "Tapi minta ke si Ibu untuk pisahin sambel nya, ya."
"Kasian dong, Kak, kalau di suruh pisah. Kak Jay tega nih." Niran tahu-tahu menyahut. "Dasar Kak Jay nggak berperikesambelan."
"Serah lo bocah, serah lo!!" Kesabaran seorang Jay yang setipis tissue ini, selalu di uji oleh anak-anak setan seperti Sakha, Jantaka, dan Niran. Untung saja Samasta dan Jahan tidak seperti ketiganya. Jika tidak, mungkin Jay akan memiliki riwayat darah tinggi di usia muda.
Setelah itu, Jahan dan Jantaka berjalan pergi untuk memesan pesanan mereka. Ini pertama kalinya mereka berkumpul di satu meja yang sama, sehingga sejak tadi banyak siswa yang diam-diam melirik ke arah mereka. Jay tahu, namun cowok itu tidak peduli. Berbeda dengan Sakha yang nampak agak risih. Sejak dulu, Sakha memang tidak suka menjadi pusat perhatian.
"Mereka pada curi-curi pandang ke sini, tuh, kenapa ya, Kak? Gue se-ganteng itu kah?" ucap Niran dengan begitu percaya dirinya. Bahkan anak itu sudah menyugar surai hitam nya dengan sombong.
Jay membuat reaksi seperti ingin muntah. "Bocah belum puber kayak lo, jangan sok belaga paling ganteng, deh. Itu mereka ngeliatin gue sama Sakha. Nggak usah ke ge'eran lo, bocah!"
"Enak aja belum puber?!" Perkataan Jay tadi berhasil menyentuh titik rasa sakitnya. Niran mendelik tajam pada Jay yang duduk di depannya. "Gue udah puber dari umur tiga belas, ya!! Jangan sekata-kata!!"
KAMU SEDANG MEMBACA
|✔| Blue Sky
Fiksi RemajaSebuah kisah tentang permasalahan kompleks seorang Auriga Jayendra Wardana sebagai sulung dari kedua adik kembarnya, Akhilendra Jantaka Wardana dan Alsaki Shaka Wardana. Tentang si dewasa Heksa Adhrit Mahadevan yang selalu di tuntut untuk menjadi s...