11. Rumah

901 124 28
                                    

"Lho, Jantaka mana? Kok nggak pulang sama kalian?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Lho, Jantaka mana? Kok nggak pulang sama kalian?"

Baru saja, Jay dan Sakha melangkahkan kaki ke dalam rumah, pertanyaan Mami semakin membuat mereka bingung. Lantas, Jay menjawab. "Nah, itu, Mi. Tadi dia tuh izin buat anterin Bagas pulang ke rumah, karena sakit. Tapi nggak balik ke sekolah lagi. Aku pikir dia bolos, dan langsung pulang. Makanya ini Jay bawa tas dia."

"Nggak ada, Jay. Mami udah pulang dari jam satu tadi. Tapi di rumah masih sepi. Belum ada siapa-siapa kecuali Mbak." balas Rola.

"Kemana dong itu anak?" gumam Sakha yang kini saling menatap dengan Jay. "Perasaan gue nggak enak, Jay."

"Udah, udah, jangan mikir aneh-aneh dulu. Biar Mami telepon Papi, siapa tau Jantaka main ke kantor Papi kalian." Setelah itu, Rola beranjak pergi ke kamar untuk mengambil handphone sekaligus mengubungi Gamana.

"Jay, coba telepon Jantaka lagi." Buru-buru Sakha berkata demikian. "Nggak biasanya tuh anak pergi nggak ngomong-ngomong kayak gini."

"Sebentar," Dua kali Jay melakukan panggilan, namun sambungan telepon tersebut tidak juga mendapat sahutan. Cowok berhidung mancung itu sontak berdecak kesal. "Nggak di angkat." katanya pada Sakha.

"Aduh, ini gimana? Tadi Mami udah telepon Papi, kata Papi juga Jantaka nggak ke kantor. Kalian udah coba telepon dia?" Rola kembali dengan wajah yang terlihat panik.

"Enggak di angkat, Mi. Kita bahkan telepon dia dari tadi." Sakha menjawab. "Mami tenang, ya, jangan panik. Kita usaha untuk telepon temen-temen yang lain. Siapa tau mereka lihat Jantaka."

"Iya, iya, coba dulu. Aduuhh, anak itu kemana, sih?" Kejadian bertahun-tahun lalu kembali membuat Rola ketakutan. Penculikan yang dialami anak itu, nyatanya bukan hanya menyebabkan trauma untuk Jantaka, tetapi juga untuk semua orang. Terutama Rola. Sebagai seorang ibu, ketakutan itu akan selalu menghantuinya.

"Hellow!! Jantaka pulang!! Hai, Mami!!"

Mendengar gema suara itu, Rola, Jay dan Sakha langsung menoleh ke pintu utama. Terlihat Jantaka berjalan santai ke arah mereka, dengan senyum merekah. Melihat itu, Rola merasa lega sekaligus kesal. "Anak nakal! Dari mana aja?! Kenapa di hubungi nggak bisa-bisa?! Mami panik, tau!!"

"Eh, eh, tenang Mami, tenang. Sebentar ...," Jantaka meraih handphone nya yang berada di saku celana, dan seketika meringis kecil kala melihat banyaknya panggilan tak terjawab dari Jay, Sakha, Mami bahkan Papi. "Hehe anu ... itu ... apa namanya, Mi, aku nggak denger."

"Nggak denger?!" Rola sudah melangkah maju, kemudian menarik telinga Jantaka. "Bisa-bisanya nggak denger?! Telinga kamu ini terbuat dari apa, hah?!" Dan omelan panjang dari Rola pun masih terus berlanjut.

Jay dan Sakha sendiri hanya menatap tanpa minat, apalagi berniat membantu Jantaka yang sudah memohon sejak tadi. Biarkan saja. Biarkan menjadi pelajaran untuk Jantaka, karena sudah membuat mereka panik dan ketakutan. Diam-diam Sakha bahkan meraba dadanya sendiri, merasa dimana jantungnya masih berdetak cukup kencang sejak tadi.

|✔| Blue Sky Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang