10. Hati yang Telah Patah

932 122 28
                                    

⚠️ CW/TW || kekerasan, kata-kata kasar!!!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

⚠️ CW/TW || kekerasan, kata-kata kasar!!!

ꔛꔛꔛ

Dengan gemetar, Jahan berusaha membuka pintu kamar Samasta. Melihat kakaknya yang meringkuk di pojok ruangan sembari memeluk dirinya sendiri, Jahan seketika merasa tenggorokan nya kering. Bahkan hanya untuk menelan air liurnya pun, terasa sangat sulit.

Pelan, Jahan berjalan mendekat. "Kakak," panggilnya lirih.

Samasta mendongak. "Jahan, gelap."

Kini Jahan mati-matian untuk menahan air matanya. "Ayo ke rumah sakit, Kak. Jahan antar."

"Nggak perlu, Jahan. Kakak tau, kok, kemungkinan sebentar lagi, Kakak nggak akan bisa lihat apa-apa."

Lidah Jahan kelu rasanya. Bahkan hanya sekadar membalas ucapan Samasta. Di luar, suara ribut-ribut barang yang di banting dan teriakan dari Davka pun tak kedua anak ini hiraukan. Mereka masih sibuk dengan luka masing-masing.

"Anak, sial! Turun kalian ke sini!!" pekikan dan suara langkah kaki yang semakin mendekat, membuat baik Jahan atau pun Semesta panik.

Ketika Jahan hendak berlari menutup pintu kamar Samasta, sebuah tangan dengan cepat menahan pintu tersebut dari luar. Di sana, berdiri Davka dengan penampilan kacau dan bau alkohol yang begitu menyengat. Mata merah laki-laki itu menatap tajam ke arah Jahan.

"Brengsek!! Anak sial!! Apa yang sudah kamu lakuin ke perempuan itu!!" Perempuan yang Davka maksud adalah selingkuhan nya. Semalam, perempuan itu masih tinggal di rumah ini. Namun entah bagaimana bisa, pagi-pagi sekali perempuan itu menelpon nya sembari menangis dan meminta untuk di antar pulang. Davka langsung menyimpulkan, jika semua berkat kelakuan dari kedua anak ini.

"Aku usir dia," balas Jahan tanpa ragu. "Dia nggak berhak nyentuh apa pun yang ada di rumah ini. Termasuk baju-baju Mama."

"Sialan!!" Tangan Davka lalu dengan ringannya menampar pipi kanan Jahan. "Mama lo itu udah mati! Percuma!"

"Jahan!!" Samasta bersuara panik. Berdiri kemudian berjalan sembari meraba sekitar. Pandangan nya belum sepenuhnya gelap, masih samar-samar bisa melihat sosok adiknya yang masih berdiri di depan iblis itu.

"Kakak, jangan ke sini." Sedangkan Jagan buru-buru menarik Samasta menjauh. Tetap berdiri di depan yang lebih tua untuk melindungi.

Davka mengalihkan pandangan. Kini menatap Samasta dengan sebenarnya melihat ke arahnya, namun bola mata itu nampak kosong—seperti tidak melihat apa pun. "Anak buta! Kamu buta sekarang, hm?! Ini karma. Karma karena kamu hampir buat saya di penjara!'

|✔| Blue Sky Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang