8. Hujan & Kenangan

879 114 25
                                    

Langit masih sedikit menumpahkan sisa-sisa air hujan, saat Jay dan Jantaka masih berlarian di lapangan basket belakang rumah mereka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Langit masih sedikit menumpahkan sisa-sisa air hujan, saat Jay dan Jantaka masih berlarian di lapangan basket belakang rumah mereka. Gamana memang sengaja menyedikan lapangan ini untuk Jay, karena tahu bahwa putranya yang satu itu sangat menyukai olahraga ini.

Sudah pukul 3 sore, namun langit masih agak gelap akibat hujan sejak dua jam yang lalu. Lapangan basket juga sedikit licin, bahkan tak jarang ada genangan air yang membuat Jay dan Jantaka semakin betah untuk bermain. Tawa keduanya terdengar bersahutan, biarpun tubuh sudah basah kuyup tak karuan.

"Itu dua curut belum selesai juga?" gumam Sakha yang baru saja datang. Dengan penampilan khas bangun tidur dan rambut acak-acakan, anak itu menatap datar ke arah kedua saudaranya. "Awas, ya, lo berdua. Bakal gue kasih pelajaran." katanya, kemudian berlalu masuk.

Masalahnya, Jay dan Jantaka itu bahkan sudah dia teriaki untuk berhenti sejak satu jam lalu. Sejak hujan masih cukup deras. Dan keduanya pun menyanggupi. Tetapi siapa yang sangka, bahkan saat dia bangun dari tidur pun, keduanya belum juga selesai.

"Halo, Mami. Mami, pulang sekarang dong. Tuh lihat anak-anak Mami dari tadi main hujan nggak mau udah. Iya, si Jay sama Jantaka, Mi, siapa lagi memangnya?" Bibir tipis itu mencebik tanpa sadar. "Oke, Mami hati-hati, ya." Setelah panggilan terputus, Sakha tertawa sarkas. Menunggu Mami dengan semangat menggebu. Tidak sabar untuk melihat kedua curut itu di hukum dan omeli habis-habisan.

Sebelum Mami datang, Sakha memiliki ide untuk menyediakan camilan. Jadi anak itu berlalu ke dapur, memanggil salah satu pekerja di rumah ini untuk membuatkannya susu cokelat hangat dan beberapa camilan kering. Kemudian itu sudah nyaman duduk di sofa, menghadap ke arah Jay dan Jantaka yang masih asik berebut bola di luar sana.

"Jay, udahan?" Jantaka berteriak, membuat Jay yang tengah menggiring bola berwarna oranye tersebut seketika berhenti.

"Sebentar lagi. Lo mau udahan?"

"Nanti, deh. Kapan lagi bisa gini, 'kan? Selagi Mami sama Papi nggak ada di rumah." Kedua alis Jantaka naik-turun dengan tatapan tengil.

Jay tersenyum dan mengangguk. "Yoi! Kapan lagi bisa main hujan, dan buat anak itu iri. Iya nggak?"

Tatapan Jantaka lantas mengarah ke arah ruangan yang paling dekat dengan halaman belakang. Dan sosok Sakha ternyata ada di sana. Duduk nyaman di atas sofa, dengan selimut tipis yang menutupi kedua kakinya. Bahkan di pangkuan anak itu sudah terdapat sebungkus snack berukuran sedang.

"WOI, CIL, JANGAN LUPA MINUM SUSU, YA! ANAK KECIL HARUS BANYAK-BANYAK MINUM SUSU!" ucap Jantaka mengejek. Lalu tertawa keras bersama Jay.

Jay menimpali, "NANTI JANGAN LUPA PAKAI KAUS KAKI, YA! TAKUT BAYI NYA MAMI KEDINGINAN TERUS MASUK ANGIN!"

Jahil sekali! Sakha mendengkus menatap keduanya. Hampir saja membalas, namun suara hentakan kaki seseorang membuatnya menoleh. Tak lama, Sakha tersenyum begitu lebar kala melihat sosok Mami sudah datang. Bahkan wanita itu hanya mengelus kepalanya sekilas, sebelum akhirnya berjalan menuju ke arah Jay dan Jantaka yang sudah gemetar di tempat.

|✔| Blue Sky Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang