7. Makan Malam Berharga

871 109 29
                                    

⚠️CW/TW||adegan kekerasan & Kata-kata kasar!!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

⚠️CW/TW||adegan kekerasan & Kata-kata kasar!!

"Bagus. Sudah berani membangkang, ya, kamu Heksa?" Pagi-pagi sekali, saat bahkan matahari baru saja muncul, Pallav melihat sosok si sulung yang baru saja turun dari lantai dua. Dia dan Erisha baru saja sampai subuh tadi, dan ternyata menemukan jika Heksa sudah kembali ke rumah.

"Ayah, maaf. Handphone aku rusak, jadi kemarin sama sekali nggak bisa menyala. Makanya langsung aku service." balas Heksa dengan berbohong. Tidak dapat di pungkiri, jika saat ini jantung nya berdetak sangat kencang.

"Lagi mencoba bohong sama siapa kamu ini, Heksa? Kamu pikir Ayah percaya?"

Seharusnya Heksa memang tahu, bahwa Ayah tidak mudah untuk dibodohi dengan alasan sampahnya. "Maaf, Yah. Aku kemarin bolos tiga kelas, terus juga nggak datang ke kantor. Maaf."

"Bagus kalau kamu tau apa kesalahan kamu." Tatapan Pallav masih sedingin biasanya. Bahkan tidak menyadari wajah pucat dan tubuh bergetar Heksa. "Ikut Ayah. Kamu harus di kasih pengertian, supaya nggak melakukan hal-hal kurang ajar seperti kemarin. Jangan coba-coba untuk menjadi seperti adik kamu itu. Ikut, sekarang!!"

Ingin sekali melawan, namun Heksa merasa tubuhnya tidak bisa dia kendalikan. Saat Ayah menariknya ke sebuah ruangan, lalu mengunci pintu tersebut, dia hanya bisa pasrah. Menunggu dengan tatapan gusar kala melihat Ayah mulai menarik ikat pinggang nya.

Menghela napas dalam, Heksa memejamkan mata. Membiarkan rasa sakit itu kini mulai menghantam punggung dan juga bagian kaki serta tangan nya. Tidak ada suara yang keluar, karena Heksa menggigit bibir nya kuat-kuat. Tidak peduli jika bibir itu akan terluka nanti.

"Ini hukuman buat anak pembangkang seperti kamu!"

"Ini juga hukuman untuk anak yang sudah berani berbohong dengan orang tuanya!!"

"Masih mau lakuin hal seperti ini lagi, Heksa?!"

Lama sekali, saat Heksa akhirnya membalas ucapan Ayah. "Enggak, Y-Yah. Ampun ...,"

Tidak tahu itu berapa lama, yang pasti Heksa merasa bahwa gelap membawa kesadarannya pergi. Lantai yang dingin menjadi saksi dari runtuh nya pertahanan yang selama ini dia coba pertahankan. Pukulan Ayah bahkan tidak lagi bisa dia rasakan. Karena kali ini, lagi-lagi dia kalah pada lubang hitam penuh ketakutan.

Nasib tidak beruntung itu juga dialami oleh Samasta dan Jahan. Kedua anak itu kini tengah melindungi satu sama lain dari amukan seorang laki-laki. Tidak terhitung berapa kali sudah tubuh Jahan menjadi samsak dari pukulan dan tendangan, hanya untuk melindungi Samasta.

"Kakak jangan takut, aku di sini. Aku di sini." Bahkan saat tubuhnya terasa hampir mati rasa, Jahan masih berusaha menenangkan ketakutan yang lebih tua. Kedua tangannya menutup telinga Samasta se-erat mungkin.

"J-Jahan ...,"

"Aku di sini."

"Lari. Lari dari sini, Jahan. Pergi ke rumah Kak Sakura! Pergi, Jahan!"

|✔| Blue Sky Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang