19. Telah Redup

877 106 24
                                    

Senja membawa kembali luka yang baru

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Senja membawa kembali luka yang baru. Bagi mereka yang tengah babak belur dan berusaha bangkit kembali setelah jatuh tersungkur berulang kali. Senja, lagi-lagi membawa kembali kenangan hampa yang berusaha di lupakan.

Tangan Jahan gemetar saat melihat Samasta hanya diam menatap kosong ke arah depan. Membiarkan semilir angin dan dedaunan jatuh yang menjadi saksi dari rasa takutnya saat ini. Jahan bergerak maju dua langkah, untuk mengamati netra sehitam jelaga milik sang kakak. Dua menit hasil dari mengamati itu, ternyata dia benar-benar di tampar oleh kenyataan paling pahit dan paling sakit.

"Kakak ...,"

"Makasih karena udah bawa Kakak ke sini. Makasih karena udah temenin Kakak melihat senja lagi. Indah, Jahan, walau cuma sementara, tapi Kakak bahagia banget. Makasih, ya." balas Samasta.

"Kakak ... nggak bisa lihat aku lagi?" Getar suara Jahan terdengar.

"Maaf, Jahan."

"Bajingan!! Aaarghhh!! Kenapa harus Kakak aku, Tuhan?!"

"Jahan! Hei, nggak boleh gitu." Samasta tahu, Jahan tidak berdiri jauh darinya. Buru-buru dia tarik anak itu ke dalam pelukan. "Enggak. Jangan menyalahkan Tuhan, Jahan. Ini takdir Kakak. Nggak pa-pa, ya, nggak pa-pa."

"Nggak adil!! Ini nggak adil buat kita!!"

"Ini adil, Jahan. Setidaknya sebelum Kakak bener-bener nggak bisa lihat apa-apa lagi, Kakak bisa lihat kamu untuk yang terakhir kali. Dan nggak cuma itu, kamu juga bakal selalu temenin Kakak, 'kan?" Sudah lama rasanya tidak melihat seorang Jahan menangis meraung seperti ini. Biasanya, adiknya ini akan selalu terlihat tegar. Namun kini, anak itu menangis sembari meremat kuat ujung kaos yang dia kenakan. Hatinya benar-benar terasa sakit.

"A-Aku nggak akan tinggalin Kakak. Nggak akan ...,"

"Nah, makasih, ya. Satu hal yang selalu Kakak syukuri adalah, karena masih punya kamu di sini. Kakak nggak takut kegelapan, Jahan. Kakak cuma takut sendirian, dan lebih takut lagi kalau kamu nggak ada di dekat Kakak."

Setelah cukup tenang, pelan-pelan Jahan melepaskan pelukan mereka. Lalu menatap wajah Samasta lekat-lekat. "Aku nggak akan pernah tinggalin Kakak sendirian mulai sekarang. Aku janji."

"Tolong, ya, Jahan."

"Aku janji, Kak."

"Ayo pulang?"

Jahan meraih tangan Samasta. Kemudian berjalan saling bersisian meninggalkan taman. Langit sudah hampir menggelap, menemani setiap langkah kedua anak manusia yang baru saja terluka ini. 

Sakura dan sang ibu sudah menunggu di depan pintu. Ketika melihat kedua remaja itu, Sakura buru-buru mendekat, dan memeluk kedua adik sepupunya sekaligus. "Makasih sudah pulang. Kakak khawatir banget tadi." ucap gadis itu.

"Maaf, ya, karena nggak bilang-bilang sama Kakak kalau mau pergi." Jahan berucap mewakili. "Tante, Jahan sama Kak Sam minta maaf juga, ya." Kemudian menatap satu lagi wanita paruh baya yang tersenyum teduh ke arahnya.

|✔| Blue Sky Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang