22. Aroma Melati

847 125 28
                                    

Jahan menghela napas sejenak, menatap ke arah gerbang rumah besar tersebut

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jahan menghela napas sejenak, menatap ke arah gerbang rumah besar tersebut. Dari jarak nya saat ini, dia bisa melihat ada banyak orang-orang yang tengah berkumpul. Setelah menenangkan diri, Jahan raih tangan Samasta kemudian menuntun nya masuk ke dalam. Di pintu depan, dia bertemu dengan Heksa dan Niran yang sudah tiba lebih dulu. Di samping keduanya ada seorang laki-laki yang berusia di awal tiga puluhan.

"Tante Rola, Kak Jay, Kak Jantaka sama Kak Sakha ada di dalem. Lo lihat mereka aja langsung." ucap Niran kepada Jahan. "Tapi ya, gitu, keadaan mereka nggak bisa di ajak bicara lama-lama. Apalagi Kak Jan ...," Niran menundukkan kepala setelah mengatakan kalimat itu.

Tanpa meminta penjelasan lebih lanjut, Jahan berlalu masuk. Ternyata di dalam hanya ada Jay. Sedangkan sosok wanita cantik yang pernah dirinya panggil sebagai Mami itu tidak terlihat. Juga dengan Jantaka dan Sakha.

"Kak Jay ...," panggilnya. Jay seketika menoleh. Kedua mata merah cowok itu menjadi pemandangan paling menyakitkan untuk di lihat. Jahan tahu, Jay pasti telah menahan semuanya sendirian.

"Makasih, ya, lo udah dateng. Samasta juga, makasih."

"Sama-sama, Kak." balas Jahan dan Samasta. "Kak, Mami ... dimana?" Lalu Samasta bertanya dengan ragu-ragu.

"Gue nggak tau. Tapi kayaknya ada di halaman samping." Karena Jay sendiri bahkan baru menyadari jika dirinya hanya seorang diri di sini. Sedangkan sosok Mami, Jantaka dan Sakha tidak terlihat lagi.

"Kamu temenin Kak Jay dulu. Biar Kakak yang cari Mami." Samasta berbisik kepada Jahan. Setelah meminta bantuan kepada orang lain, Samasta beranjak ke halaman samping untuk menemui Mami.

Ternyata tebakan Jay memang benar. Rola ada di sana, tepatnya tengah duduk di tepi kolam ikan buatan yang menjadi tempat paling favorit untuk Gamana. Laki-laki itu selalu menghabiskan waktu di sini. Memberi makan ikan-ikan peliharaan nya, lalu menatap mereka lama sekali.

"Makasih, ya, Tante." ucap Samasta pada seseorang yang membantunya ke sini. Merasakan seseorang itu sudah pergi, perlahan, dia berjalan ke depan. Karena Tante yang membantunya tadi mengatakan, dia hanya perlu berjalan sekitar lima langkah dari posisinya saat ini.

"Mami?"

Mendengar suara yang tak asing itu, Rola menoleh. "Astaga, Samasta? Kok bisa sampai di sini, Nak? Sama siapa?" Buru-buru dia bantu anak itu untuk duduk di sebelahnya.

"Tadi di bantu sama seseorang, Mami." Tangannya meraba tempat sekitar dia duduk. "Aku tebak, ini pasti kolam ikan buatan Papi. Iya, 'kan, Mi?"

"Bener," Rola tersenyum. "Ini tempat favorit Papi. Apalagi ikan-ikan kesayangan nya semuanya ada di sini. Mami baru aja kasih mereka makan. Kasihan, dari tadi pagi mereka belum sempat makan."

Hari sudah beranjak sore. Acara pemakaman sudah selesai. Namun tamu masih banyak yang berdatangan hingga sampai saat ini. Membuat Rola lupa, bahwa ikan peliharaan Gamana belum sempat diberi makan. Jika Gamana tahu, laki-laki itu pasti akan bersedih.

|✔| Blue Sky Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang