5. Berdamai

1.1K 117 59
                                    

"Woi, woi, Jay!! Kata gue mah lo sekarang buruan sembunyi!!" Jantaka masuk ke kelas dengan napas tersengal, akibat berlari dari kantin ke lantai dua kelas nya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Woi, woi, Jay!! Kata gue mah lo sekarang buruan sembunyi!!" Jantaka masuk ke kelas dengan napas tersengal, akibat berlari dari kantin ke lantai dua kelas nya.

Jay yang tengah berkumpul di kursi barisan paling belakang bersama ketiga orang lainnya, hanya menatap sang adik malas. "Kenapa, anjir? Rusuh amat lo."

"Si Jahan lagi nyariin lo! Tadi gue denger dari anak-anak. Dia pasti masih belum puas ngehajar lo. Kata gue juga buruan lo sembunyi tolol!"

"Hah?!" Bukan hanya Jay yang terkejut, tapi ketiga temannya pun sama-sama terkejut. Bahkan langsung meletakkan ponsel mereka ke atas meja begitu saja.

"Aduh, aduh, gue harus sembunyi dimana ini woi?! Please bantuin gue, please!!" paniknya yang kini berjalan mondar-mandir sembari menggigit jari telunjuk.

"Ke toilet, Jay, ke toilet!! Buruan sono lari!!" timpal salah satu temannya memberi ide.

"Oiya bener!!" Dengan begitu, Jay langsung berlari menuju pintu kelas. Namun, belum saja kakinya melangkah melewati ambang pintu, sosok yang tengah Jay hindari sudah berdiri di sana. Seketika Jay merasa punggung nya berkeringat dingin.

"Mau ke mana, Kak?" tanya Jahan, mengernyit bingung.

"JANTAKA, TOLONGIN ABANG LO YANG GANTENG INI PLEASE!!!" pekik Jay sekeras mungkin. Sampai-sampai beberapa siswa terlonjak kaget akibat teriakannya tersebut.

Jantaka buru-buru mendekat, dan berdiri di depan Jay. Berdiri dengan sedikit takut untuk menghadapi singa kecil di depannya ini. "L-Lo jangan berani macem-macem sama Jay, ya!! Inget, lo lagi ada di kandang musuh! Jangan macem-macem!!" katanya memberi peringatan.

"Iya, lo jangan macem-macem!!" Sosok Jay yang tengah bersembunyi di balik punggung Jantaka itu sedikit melirik pada sang adik kelas. "Gue punya banyak temen di sini!" Lalu menoleh pada teman-temannya yang masih berdiri kikuk tak jauh darinya. "Iya 'kan, guys?!"

"I-Iya!!" sahut mereka kompak. Walaupun saling mendorong untuk berjalan mendekati Jay, Jantaka dan si singa kecil—Jahan.

"Kalian kenapa, sih? Lagi cacingan, ya?" Karena demi apa pun, Jahan tidak pernah melihat manusia-manusia aneh seperti mereka. Apalagi ini berkumpul menjadi satu dan saling mendorong. "Kenapa pada panik juga? Lagi kebelet buang air besar?"

"Enggak kok, hehe ...," Jantaka berdehem untuk melegakan tenggorokan nya yang terasa tercekat. "Anu ... itu ... lo ada perlu apa? Demi deh, sejak hari dimana lo banting Jay gitu aja, dia nggak pernah berulah, kok. Bahkan udah minta maaf juga sama korban-korban nya. Kalau lo nggak percaya, tanya aja sama mereka!"

Jay mengangguk berkali-kali di belakang Jantaka. "Sumpah, iya!! Gue beneran udah nggak berulah, nggak pernah gangguin mereka lagi! Please, jangan apa-apain gue." Sekarang rasanya Jay ingin menangis saja jika boleh. Takut jika si singa kecil ini akan mempermalukan nya lagi. Cukup sudah hari itu semua orang diam-diam menertawakan kesialannya, karena harus berhadapan dengan bocah kecil yang sayangnya pemegang sabuk hitam taekwondo.

|✔| Blue Sky Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang