Sinar mentari pagi menyinari lembut area perkampungan. Embun pagi masih menempel di dedaunan, berkilauan seperti berlian. Suara burung berkicau riang menyambut hari, menciptakan harmoni yang menenangkan. Rara membuka jendela kamarnya, menghirup udara segar pagi yang sejuk. Desa kecilnya, dengan sawah menghijau dan pepohonan rindang, selalu membuatnya merasa tenang. Setelah menyelesaikan ritual mandinya, Ia bersiap-siap, mengenakan dress selutut berwarna putih dan juga tas berwarna hitam yang ia kenakan
Hari ini, Rara berencana pergi ke pasar untuk berbelanja kebutuhan rumah, ia harus mempersiapkan semua kebutuhannya sendiri sebelum masuk sekolah tiba. Namun, Rey, harus menghadiri pertemuan penting terkait perkebunan mendiang om dan juga tantenya, meeting penting itu akan dihadiri oleh beberapa orang yang ditunjuk untuk mengelola perkebunan setelah kepergian orang tua Rara.
"Sherfan!" panggil Rara dari beranda rumahnya. Suara merdunya memecah keheningan pagi, membuat Sherfan yang saat itu tengah menyesap rokok langsung menoleh. "Ada apa, Ra?" Tanyanya pelan, menghampiri Rara yang saat ini juga berjalan kearahnya.
"Mau ikut ke pasar nggak? Kak Rey lagi sibuk, jadi aku butuh teman" ajak Rara.
"Boleh, ibu juga minta gue beli beberapa barang buat stock dirumah!" jawab Sherfan.Sherfan mengendarai motor maticnya dengan kecepatan sedang, membelah jalanan desa yang dipenuhi oleh orang-orang yang berlalu lalang menuju ladang mereka. Sepanjang jalan, mereka berbincang-bincang ringan, membahas hal-hal sepele namun membuat suasana semakin akrab. Sesampainya di pasar, mereka berdua langsung disambut oleh hiruk pikuk aktivitas jual beli. Rara dan Sherfan memilih beberapa bahan-bahan makanan, buah-buahan ranum, dan juga ikan segar hasil tangkapan nelayan.
Sementara itu, di sebuah ruangan pertemuan di perkebunan, Rey sedang berdiskusi serius dengan beberapa pria yang ditunjuk langsung untuk mengelola perkebunan oleh mendiang pamannya. Mereka membahas tentang rencana pengembangan perkebunan, masalah hama yang sedang menyerang tanaman, serta pemasaran hasil panen. Rey merasa bertanggung jawab untuk menjaga warisan keluarga sang gadis yang sangat ia cintai. Rey ingin memastikan bahwa perkebunan ini tetap produktif dan memberikan manfaat bagi banyak orang.
Setelah selesai berbelanja, Rara dan juga Sherfan memilih untuk mampir ke warung makan di dekat pasar. Mereka menikmati satu mangkuk mie dengan es teh sambil mengobrol santai.
"Gimana hubungan persahabatan kamu dengan Arka? Apa semuanya baik-baik saja?" Tanya Rara setelah mereka berdua menghabiskan makanannya. "Iya, semuanya baik-baik saja. Kita berdua hanya salah paham, Arka tak melakukan hal sebejat itu pada Dinda. Plot twistnya, kami semua yang tertipu dengan omongan Dinda yang menyudutkan seakan Arka memang benar menghamilinya. Masalah itu udah selesai, gue sama Arka kembali lagi seperti dulu.." Sherfan menjelaskan semua permasalahan yang pernah terjadi di antara persahabatannya dengan Arka. "Aku turut senang mendengarnya,kalian memang seharusnya berbaikan dari dulu. Memang dasarnya sama-sama gengsi aja!" Keduanya tertawa,saling meledek satu sama lain.Sore harinya,Rara memutuskan untuk mengunjungi Rey di perkebunan. Langkah kecil itu ia bawa perlahan,melewati beberapa kebun buah-buahan milik orang tuanya. Ia membawa bekal makanan untuk Rey. Sesampainya di sana,ia melihat Rey tengah duduk di teras rumah yang memang di dirikan di tengah-tengah perkebunan. Rumah sederhana itu sengaja dibuat oleh Bram untuk memudahkan dirinya beristirahat saat lelah memantau beberapa pekerjanya.
"Sudah selesai?" tanya Rara sambil tersenyum, ia duduk di sebelah Rey, menaruh bekal yang ia bawa ke atas meja. Angin sepoi-sepoi membawa aroma tanah yang basah dan dedaunan hijau, menciptakan suasana yang menenangkan. Rey tersenyum dan menyambut Rara dengan hangat, kecupan singkat ia berikan pada bibir ranum gadis itu. "Udah sayang, kamu kenapa dateng kesini?" suaranya sedikit serak, mungkin karena kelelahan seharian bekerja.
"Ish, kalau ada yang liat gimana?" Rara memukul bahu Rey pelan, tersipu malu karena sikap manja pria itu.
"Tak ada siapapun disini selain aku, beberapa pekerja sudah pulang ke rumahnya." Rey memijat pelipisnya yang terasa pening, ia masih memikirkan beberapa kesalahan fatal yang dibuat oleh pekerjanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sepupu Mesum
Teen FictionWarning! Cerita ini mengandung beberapa adegan 18+ Harap bijak dalam membaca ya guys!! Cinta memang selalu menyakitkan bukan?? tidak selamanya selalu di isi dengan kebahagiaan. Rara,gadis berusia 17 tahun yang masih duduk di bangku SMA itu,mencintai...