TIGA PULUH [Bantuan!]

1 1 0
                                    


"Salahkah aku jika ingin
memilikimu selamanya?"

Agantha

🥀🥀🥀

"kalian istirahat aja ini minumnya, aduh kasian bener kalian masih kecil bukannya sekolah malah kerja" petugas kantin itu mengelus dadanya kasihan dengan nasib Meylian dan Satliam, Satliam yang sedang minum hampir tersedak.

"Emang ya dunia ini kejam, sebenarnya cita-cita ibu jadi artis cuma nggak kesampaian, jadinya artis kantin kantor" wanita paruh baya itu tertawa Meylian hanya tersenyum, sungguh cita-cita yang melenceng.

"Kita lanjut kerja, makasih minumannya ya Bu" ucap Meylian sopan lantas berdiri.

"Nggak istirahat sebentar lagi aja?" Tanya wanita itu memastikan.

"Nggak makasih masih ada kerjaan lain juga" Satliam tersenyum lantas membawa alat kebersihan itu.

"Sumpah nggak lucu hukuman nenek kali ini!" Ucap Satliam bersungut-sungut, rasanya ia di permalukan!, masa penerus perusahaan jadi OB?.

"Iya ih!" Wajah Meylian sudah tertekuk seperti kertas lipat tak berbentuk.

Satliam hendak melangkah menuju lift namun ada kaki yang menghalangi mereka.

"Eh!, kalian mau pake lift?, disini tuh OB nggak boleh pake lift tuh tangga!" Rahang Satliam mengeras, lagi-lagi wanita ini!, sudah seperti jelangkung, datang tak di undang pulang tak diantar!.

"Heh sejak kapan ada peraturan kaya gitu!" Meylian melotot kesal sekali.

"Ada dong lo kan anak baru jadi nggak ngerti!" Wanita tersebut tersenyum miring.

"Hah apa?, asal lo tau aja perusahaan ini milik keluarga gue ya, otomatis perusahaan ini punya gue!" Cerca Meylian dengan nada naik satu oktaf.

" Ya ampun,, hayalan-nya nggak ketinggian neng?, awas jatuh sakit loh. Hahahaha" wanita tersebut tertawa terbahak-bahak, Meylian sudah mengepalkan tangannya bersiap menonjok wajah dengan make-up setebal baja itu.

"Jangan Mey!" Peringatan Satliam ia menarik tangan adiknya agar menjauh.

"Hus-hus, jauh-jauh sana dasar GILA!" Wanita itu tertawa senang mengerjai anak baru.

"Lo tuh kenapa sih bang!, emang lo nggak kesel apa?!" Bentak Meylian, rasanya amarah sudah di puncak ubun-ubun-nya dan siap meledak kapan saja.

"Biarin aja, nanti kita bales!" Satliam tersenyum licik, dan Meylian juga terpikir suatu hal yang sama.

"Tapi gue nggak mau lewat tangga!" Rengek Meylian, pasalnya ia harus melewati lima lantai untuk sampai di ruang meeting.

"Nggak pa-pa sekalian olahraga" Satliam menyemangati.

"Pala kau olahraga!, bisa-bisa encok nih pinggang jompo gue!" Meylian melirik kejam Satliam, sebenarnya Satliam juga tidak mau melakukan ini tapi apalah daya.

Mereka berjalan ngos-ngosan menaiki satu anak tangga ke anak tangga lainnya.

"Huh akhirnya!" Meylian terduduk di lantai, rasanya ia akan pingsan saja.

"Kita belum bersih-bersih aja udah cape!" Ucap Satliam sambil mengatur nafas.

"Emang anjing tuh jablay!, awas aja gue aduin ke ayah!" Meylian manyun kesal sekali.

"Iya awas aja!" Satliam menyeka dahinya yang berkeringat.

Mereka masuk ke ruang meeting yang baru saja digunakan beberapa menit yang lalu andai saja mereka tidak lewat tangga pasti bertemu dengan Sam.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 2 days ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Dia Agantha | [Seutas Benang Merah]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang