~Selamat Membacaaa~
Felix berjalan tergesa-tega memasuki cafe milik Rafka. Pagi tadi di kampus, dia mendapatkan pukulan maut dari Zahra. Perempuan itu bilang dirinya sudah melanggar janji pada Keisha. Dia yang tidak tahu menahu pun hanya bisa mengaduh kesakitan ketika perempuan galak itu terus menerus memukul dan mengutarakan semua kekesalanya. Sampai pada akhirnya Keisha dan Naira datang dan menjelaskan akar permasalahanya, barulah dia paham alasan mengapa perempuan itu sangat marah.
"Rafka mana?" tanya Felix pada salah satu pegawai Rafka.
"Diruanganya Mas Felix," jawab Tania gugup. Dua tahun dia bekerja disini, bukanya tertarik pada Rafka seperti karyawan perempuan yang lain, dia lebih tertarik pada sahabat dari bos nya itu.
Felix mengangguk, kemudian berjalan menuju ruangan Rafka tanpa mengucapkan sepatah kata apapun lagi pada Tania. Rahang laki-laki itu mengeras, tanda bahwa dirinya sedang marah.
"RAFKA!" sentak Felix membanting pintu ruangan sahabatnya.
Rafka menghentikan aktivitasnya yang sedang mengetik. Kepala yang tadinya menunduk, perlahan dia fokuskan menatap Felix dengan wajah datar andalanya. Laki-laki itu menaikan satu alisnya bingung. Bertanya lewat gestur yang dia berikan.
"Lo pecat Keisha?" tanya Felix dengan nafas yang menggebu-gebu.
"Hemm."
"Kenapa?"
Rafka menghembuskan nafasnya lelah. "Suruh Angga."
"Angga? Maksudnya?"
"Dia ngira gue suka sama Keisha. Gue jawab enggak dan dia minta bukti," balas Rafka santai.
"Dan lo iyain permintaan dia buat pecat Keisha tanpa sebab?" Felix sangat mengenal Rafka. Sesingkat apapun cerita yang Rafka jelaskan, dia selalu paham arah pembicaraanya.
"Ya."
Felix mengusap wajah nya kasar. "Bego! Ngapain bawa-bawa Keisha? Dia gatau apa-apa tapi malah kena getah nya?"
Rafka tidak menjawab. Dia juga bingung, mengapa Angga sangat suka sekali mencari masalah dengan dirinya.
"Gue bukan bingung sama Angga! Gue lebih bingung sama lo!" ucap Felix seakan tahu apa yang sedang sahabat nya itu pikirkan.
"Kenapa gue?"
"Lo kan bisa nego, minta bukti yang lain sama Angga. Bukan malah bawa-bawa orang lain di masalah kalian berdua. Lo tau gak kalo gue abis digebukin sama sahabat samson nya?"
"Siapa?"
"Zahra. Dia ngira gue yang udah semena-mena sama Keisha."
"Gak mungkin."
"Gak mungkin?" tanya Felix bingung.
"Zahra tau itu salah gue. Dia juga marah-marah sama gue tadi pagi."
Felix menganga tidak percaya. Jika gadis itu tau Rafka yang salah, mengapa gadis itu juga malah mengamuk pada dirinya yang tidak tahu akar masalah nya sama sekali?
"Lo cuman jadi samsak," ucap Rafka yang kini juga tahu apa yang sedang sahabatnya pikirkan.
"Si anjir emang! Cewek jadi-jadian. Bisa-bisanya dia akting doang mukulin gue. Udah mana tingkah nya kaya orang bener lagi!" kesal Felix mencak-mencak sendiri.
Rafka tidak memperdulikan kekesalan sahabat nya itu. Dia lebih memilih berjalan keluar. Salah satu karyawan nya bilang tadi, pengunjung sedang ramai-ramai nya saat ini. Dan mereka kekurangan pegawai untuk membantu. Yah, dia tau dirinya salah sudah memecat Keisha tanpa alasan. Makanya saat ini dia yang akan turun langsung membantu para pegawai nya selagi manajer nya itu mencari karyawan pengganti Keisha.

KAMU SEDANG MEMBACA
Semesta Merindu
Художественная проза"Kamu cemburu?" tanya pria itu jail. "Enggak!" Dia tidak cemburu. Hanya saja hatinya panas melihat lelaki itu berdekatan dengan perempuan lain. "Masa?" "Iya!" "Masa sih???" "IYA!" pekik gadis itu membuat lelaki di hadapanya terkejut. "Iya apa?" "...