~Selamat Membacaaa~
"Heran gue, wajib banget gitu ya hadir buat pemilihan BEM doang. Ganggu waktu libur gue aja."
"Lagian yah, satu suara gak ikut milih juga gak akan mempengaruhi apapun kan?"
"Apa-apa ancamannya nilai, nilai, nilai terus. Gak asik banget."
"Udah sayang ongkos, sayang waktu, sayang tenaga juga. Ini lagi yang mau jadi ketua, ribet amat hidupnya harus dipilih-pilih segala. BTS lo? Harus banget gue pilih?"
Perempuan itu terus menggerutu di sepanjang koridor kampusnya. Merasa kesal karena hari liburnya harus diganggu dengan acara kampus yang mewajibkan seluruh mahasiswa untuk ikut hadir. Seperti biasa, ancaman untuk mahasiswa yang tidak hadir adalah nilai. Sudah menjadi hal yang lumrah, tapi tetap saja dia juga merasa takut jika nilai nya benar akan bermasalah hanya karena dirinya yang tidak ikut menghadiri acara kampus.
Sebenarnya yang harus mereka hadiri bukan acara kampus pada umumnya. Tapi lebih tepatnya adalah pemilihan ketua BEM kampus yang mengharuskan mereka untuk memilih salah satu kandidat yang cocok untuk menjadi pemimpin.
"KEKEYIIII!!!"
Teriakan cempreng dari seseorang mampu mengalihkan beberapa tatapan mahasiswa yang sudah berkumpul di aula kampus. Sedangkan perempuan yang tadi namanya dipanggil, sedang memejamkan matanya kuat-kuat karena merasa malu menjadi pusat perhatian. Dengan memberikan senyuman canggung, diapun berjalan menghampiri dua sahabat nya yang sedari tadi sudah lama menunggu.
"Lama bener lo! Berangkat dari mekkah?" gurau salah satu perempuan yang bernama Malika Zahra Kirana.
"Udah berapa kali gue bilang jangan panggil nama gue Kekeyi! Lo pikir gue Kekey bukan boneka hah!" sewot perempuan tadi dengan mata yang menatap tajam sahabat laknatnya itu.
"Lagian nama Kekeyi, kaya gak ada nama lain aja," jawab Malika lagi tidak ada kapoknya.
"Nama gue Keisha! Keisha Aulia Rania!" kesal perempuan tadi menyebutkan nama legkapnya.
"Udah-udah jangan berantem terus, bentar lagi acaranya mau mulai tuh," ucap salah satu teman mereka yang bernama Naira Paramita, yang sudah biasa menjadi penengah antara dua sahabat nya itu.
"Ck! Kesel banget gue sama satu peliharaan ini."
"Siapa yang lo sebut peliharaan?" tanya Malika sensi.
"Lo lah. Malika si kedelai hitam," jawab Keisha santai.
"Sabar Ra sabar. Tarik nafas.... buang," ucap Naira langsung menenangkan Malika yang sudah bertanduk.
Zahra. Yah, Malika enggan dipanggil nama awalnya oleh siapapun. Itu karena nama awalnya selalu dijadikan bahan olokan oleh teman-temannya. Jadi setelah memasuki bangku kuliah, dia memutuskan untuk mengganti nama panggilannya menjadi Zahra. Dan hanya Keisha yang berani memanggil nama perempuan itu Malika jika sedang bertengkar denganya.
"Udah duduk anteng lo berdua, bentar lagi acara nya mulai tuh," lagi Naira menjadi yang paling dewasa diantara mereka.
Keisha tak acuh. Dia kembali duduk dengan tenang. Tentu dengan Naira yang berada ditengah-tengah antara dirinya dan Zahra. Bisa bahaya jika dua perempuan itu disatukan. Tidak akan ada yang mau mengalah karena dua-duanya sama-sama keras kepala.
Didepan sana terdapat 3 orang kandidat dengan masing-masing wakilnya sedang berdiri dengan tegap menunggu giliran untuk menyampaikan visi misi mereka. Namun, ada satu orang yang menjadi fokus Keisha saat ini.

KAMU SEDANG MEMBACA
Semesta Merindu
Fiction générale"Kamu cemburu?" tanya pria itu jail. "Enggak!" Dia tidak cemburu. Hanya saja hatinya panas melihat lelaki itu berdekatan dengan perempuan lain. "Masa?" "Iya!" "Masa sih???" "IYA!" pekik gadis itu membuat lelaki di hadapanya terkejut. "Iya apa?" "...