Chapter 9

1K 78 54
                                    

~Selamat Membacaaa~

Keisha sedang asik bergumam menyanyikan lagu kesukaanya sambil mencuci piring dirumah. Dia tidak lagi bekerja, menjadi pengangguran dirumah dan kebetulan hari ini kuliah nya diliburkan karena sang Dosen sedang sakit. Asik dengan dunianya sendiri sampai-sampai dia tidak sadar bahwa diruang keluarga sedang ada perbincangan harmonis dari kaluarga yang tidak pernah berlaku adil pada hidupnya.

"Seneng banget kayanya anak Mamah ini. Liat tuh Pah, biasanya pulang ngerjain tugas mukanya suntuk. Sekarang malah cerah banget kaya matahari," ucap Dania mengelus surai panjang anak gadisnya.

"Iya nih ada apa? Kok gak cerita? Kamu dapet nilai bagus lagi?" tanya Rio selaku Papah tirinya.

"Tapi janji yah jangan marahin Oliv?"
Rio dan Dania saling pandang.

"Kenapa harus marah sayang?" tanya Rio lembut.

"Eumm.. kalo Oliv suka sama cowok boleh?"

Olivia memejamkan matanya kuat-kuat, takut bila kedua orang tuanya akan marah. Mamah nya sedari dulu tidak memperbolehkan dia untuk berpacaran. Tapi sekarang keadaanya berbeda. Dia sudah kuliah dan sudah dewasa. Wajar bukan jika kini dia sudah mulai menaruh perasaan pada lawan jenis?

Ketakutan Olivia seketika sirna saat mendengar tawa kedua orang tuanya mengudara. Dia melihat Rio dan Dania tertawa, membuat kening nya mengerut bingung.

"Haduh sayang perut Mamah sakit banget ngetawain kepolosan kamu," ucap Dania mengusap sudut matanya yang berair akibat lelah mentertawakan anak gadis nya.

"Kok ketawa sih?" rengek Olivia manja.

"Sayang dengerin Papah. Kamu kan udah dewasa, pasti udah bisa bedain mana yang baik dan yang buruk. Papah sama Mamah percaya sama pilihan kamu," ucap Rio terdengar sangat tulus.

"Tapikan dulu Mamah gak bolehin Oliv pacaran Pah."

"Ngadu yah kamu ngaduu," balas Dania membuat Olivia tertawa bahagia.

"Sekarang pertanyaanya, siapa yang udah berani buat putri satu-satunya Papah ini sebahagia ini hemm?"

Olivia dengan senang hati menceritakan kejadian tadi saat di cafe dirinya bertemu dengan Rafka. Semuanya dia ceritakan tanpa terlewati. Dari mulai sikap Rafka yang sangat berwibawa dan menghormati perempuan, sampai dimana dirinya dikenalkan oleh Felix pada laki-laki itu. Namun, Olivia tidak memberitahu bahwa Rafka lah yang telah menarik perhatianya. Gadis itu hanya menceritakan sosok Rafka dengan sebutan

"laki-laki yang dia sukai".

"Anak satu-satunya yah?" gumam Keisha terkekeh miris.

Selesai mencuci piring, niat hati ingin segera pergi ke kamar pun urung saat diruang keluarga dia melihat kehamonisan dari mereka. Tanpa mengajak dirinya. Tanpa memanggil dia untuk ikut bergabung. Membiarkan dirinya tetap menjalankan aktivitas di dapur seperti pembantu. Dan kini, dia harus mendengar kalimat pahit dari sang Papah yang menyebutkan Olivia adalah putri satu-satunya.

"Rupanya Lia udah gak dianggap anak lagi Mah."

Sesak. Sangat sesak rongga dadanya. Pahlawan yang dulu sering dia jadikan super hiro. Dengan bangga dia selalu ceritakan bagaimana baiknya sosok sang Ayah pada teman-temanya. Seorang pria yang dulu selalu menjadi garda terdepan untuk melindungi dirinya. Kini menorehkan luka yang sangat dalam pada kehidupanya.

"Lia juga mau cerita kaya gitu sama Mamah Papah lagi."

"Lia gatau salah Lia apa sampai Papah sebenci itu sama Lia," ucapnya yang mulai luruh, terduduk seorang diri didapur dengan kondisi memeluk kedua lututnya.

Semesta MerinduTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang