~Selamat Membacaaa~
Keesokan harinya suasana kamar menjadi canggung. Mereka sama-sama malu mengingat tadi subuh bangun dengan keadaan saling berpelukan erat. Apalagi Rafka yang mengingat kejadian semalam. Dia merutuki kebodohanya yang tidak bisa menahan panic attack yang dia derita selama beberapa tahun ini jika dalam kondisi gelap.
"Maaf," ucap Rafka tiba-tiba.
Pergerakan tangan Keisha yang sedang membereskan tempat tidur pun terhenti. Dia menatap ke arah suaminya yang sedang menunduk. Entah karena malu atau merasa bersalah.
"Gapapa. Tapi... aku boleh tanya sesuatu sama Kak Rafka?"
Rafka menghela nafasnya, tau pertanyaan Keisha pasti meyangkut pada kondisi nya semalam.
"Panic attack. Saya takut dan tidak suka gelap," jelas Rafka lebih dulu memberitahu.
"Apa ini semua ada hubunganya sama Abah Zaid?"
Rafka memandang Keisha dingin "Tolong jangan cari tahu atau menebak-nebak kehidupan saya Keisha. Lupakan masalah kemarin, anggap saja tidak pernah terjadi," ucapnya seraya berjalan menuju pintu kamar.
"Gimana mungkin aku bakalan lupain kejadian itu Kak? Aku ngeliat sendiri suami aku pulang dalam keadaan luka-luka lebam dan darah dimana-dimana. Gimana bisa aku diam aja tanpa cari tau? Bisa aja kejadian kaya gitu nanti bakalan terulang lagi kan?" sahut Keisha menghentikan langkah Rafka.
"Saya bilang jangan memasuki kehidupan saya terlalu dalam Keisha."
"Kak Rafka pikir aku mau kaya gini? Keadaan yang seret aku masuk ke kehidupan Kak Rafka! Semuanya ngalir gitu aja tanpa disengaja," bantah Keisha.
"Kalo begitu, usahakan kamu cegah keadaan apapun yang bersangkutan dengan saya. Sekalipun kamu tidak bisa menolak, kamu tidak usah mencari tahu lebih," balas Rafka santai kembali melanjutkan langkah kakinya.
Keisha tidak habis pikir dengan sikap suaminya yang tidak pernah bisa dia baca. Dia sangat yakin Rafka membutuhkan seseorang untuk menghangatkan kehidupanya yang gelap. Namun setiap kali dia berusaha untuk masuk, sebisa mungkin laki-laki itu menutup akses dan menolaknya mentah-mentah.
"Semakin lo tolak, semakin tinggi semangat gue buat dobrak hati lo Kak," gumam Keisha mode cegil.
Sedangkan disisi lain, Felix datang menghampiri Rafka tanpa berketuk pintu. Dia langsung masuk begitu saja bahkan memberikan salam pun tidak. Rafka yang sudah terbiasa dengan sikap sahabatnya itupun hanya tidah acuh.
"Hari ini jadwal lo dinas Raf," ucap Felix menatap Rafka penuh arti.
Rafka mendongak, matanya menatap berkas yang Felix bawa. Dia menghela nafasnya lelah, banyak beraktivitas sampai lupa melupakan hari penting dalam hidupnya.Padahal seingatnya, baru kemarin dirinya melakukan dinas.
"Gak bisa ditunda besok?"
"Mana ada! lo mau ngulang lagi dari awal?" bantah Felix.
"Masih banyak yang harus gue kerjain."
"Bodo amat gue gak peduli! Kita udah sepakat ya Raf waktu lo dirumah sakit kalo lo bakalan lebih rajin dan nurut," omel Felix seperti ibu-ibu.
Rafka menatap pekerjaan nya yang masih banyak. Dia sedang mengerjakan sesuatu dengan deadline yang sudah mepet.
"Lagian lo ngerjain apaan sih. Sebulan ini lo gak bisa jaga kesehatan tau gak. Kerja mulu tiap jam. BEM aja kadang sering gue yang handle."
Rafka tidak menghiraukan omelan Felix dan lebih memilih membereskan berkasnya untuk dia bawa. Jika dia tinggalkan, resikonya sangat besar. Rafka akan kehilangan suatu hal yang paling berharga dalam hidupnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Semesta Merindu
Fiksi Umum"Kamu cemburu?" tanya pria itu jail. "Enggak!" Dia tidak cemburu. Hanya saja hatinya panas melihat lelaki itu berdekatan dengan perempuan lain. "Masa?" "Iya!" "Masa sih???" "IYA!" pekik gadis itu membuat lelaki di hadapanya terkejut. "Iya apa?" "...