Chapter 14

2.2K 134 62
                                    

~Selamat Membacaaa~

   Rafka baru diperbolehkan untuk pulang setelah cairan infusan nya habis. Waktu sudah menunjukan pukul 8 malam, dan kini Rafka sedang dalam perjalanan pulang bersama Keisha, Rais, dan Felix yang masih enggan membuka suara. Sedangkan Zahra dan Naira, mereka sudah berpamitan untuk pulang sejak tadi sore.

   "Kalian berantem ya Kak?" tanya Keisha yang sudah gatal sedari tadi ingin bertanya.

   "Sepertinya pertanyaan itu sudah kamu siapkan sedari siang yah?" sindir Rafka tanpa menolehkan pandanganya kesamping. Mereka duduk berdua dibelakang, sedangkan Rais berada didepan bersama Felix yang sedari tadi fokus mengemudi.

   Keisha mencebikan bibirnya kesal, merasa tersindir dengan mulut pedas suaminya.

   "Untung suami gue ganteng," gumam Keisha yang masih bisa didengar oleh mereka semua.

   Remaja yang baru berusia 10 tahun itu hanya tersenyum tipis saja. Tidak menyangka kini status Abang nya sudah berubah menjadi suami. Dan perempuan yang dia nikahi adalah Keisha. Perempuan yang menurut Rais sangat menyenangkan dan terlihat apa adanya.

   "Jangan di ambil hati ya Kak," ucap Rais menolehkan pandanganya kebelakang, melihat sang Abang yang mulai memejamkan mata, dan Keisha yang ikut menatap kearah dirinya.

   "Tenang aja adik ipar, gue udah biasa," balas Keisha tersenyum bangga. Dibandingkan Rafka, Rais jauh lebih hangat menurutnya.

   Felix mematikan mesin mobil karena mereka sudah sampai. Keisha dan Rais turun lebih dulu. Jantung Keisha berpacu dengan cepat. Tanganya bergetar dingin. Dia gugup menghadapi karyawan Rafka yang nanti akan berpikiran seperti apa ketika dirinya yang kini akan tinggal di cafe ini bersama dengan Rafka. Terlebih dia juga mengenali mereka semua.

   "Thank Fel. Sorry buat kejadian tadi," ucap Rafka yang masih berada didalam mobil dengan Felix.

   Felix menghembuskan nafasnya kasar. "Lo tau kan gue kaya gitu bukan berarti benci sama lo? Apalagi sekarang gue harus ngebiarin si bajingan Angga berkeliaran," balas Felix tidak habis pikir dengan jalan pemikiran sahabat nya yang menurutnya terlalu baik.

   Rafka tersenyum tipis. "Lupain kejadian ini. Gue masuk dulu yah," ucapnya tanpa menawarkan Felix untuk mampir.

   Felix memandang Rafka yang masih berjalan tertatih-tatih dengan pandangan dingin. Matanya memanas. Tanganya mengepal erat, tanda bahwa jiwanya sedang di liputi oleh emosi.

   "Gak adil! Ketika semua Ibu bangga mempunyai anak yang berprestasi, seharusnya Ummi Ningrum jauh lebih bangga mempunyai anak yang nyaris sempurna berhati malaikat seperti lelaki itu!" gumam Felix memandang Rafka sendu.

   Para karyawan memandang Keisha, Rafka dan Rais dengan pandangan bertanya. Ada juga yang bisik-bisik tidak jelas, sampai membuat Keisha geram ingin menyumbat bibir mereka. Berani sekali mereka memperbincangkan atasan mereka sendiri.

   "Kembali bekerja," tegas Rafka ketika melihat para karyawan nya yang malah memandang ke arah mereka dengan tatapan beragam.

   Tania memberikan kode bertanya pada Keisha lewat gestur tubuhnya. Keisha hanya tersenyum simpul saja, tidak berani untuk bercerita. Dia rasa sebaiknya biar Rafka yang memberitahu karyawan nya sendiri.

   "Jangan terima pengunjung lagi. Tunggu mereka untuk pulang dan bubarkan karyawan dengan cepat khusus hari ini. Bereskan semuanya dan jangan ganggu ruangan saya," pesan Rafka pada para karyawan.

   "Baik Pak Rafka," ucap mereka serentak.

   "Ayo masuk," titah Rafka pada Keisha dan Rais"

   Menyadari keterkejutan para karyawan nya, Rafka menghembuskan nafasnya lelah.

Semesta MerinduTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang