Chapter 3

2.7K 159 55
                                        

~Selamat Membacaaa~

"Kei!!!" panggil Zahra dan Naira didepan Fakultas.

Keisha tersenyum kecil, kemudian melangkahkan kakinya lesu untuk mendekati para sahabatnya.

"Kei lo sakit?" tanya Naira khawatir ketika melihat wajah sahabatnya itu pucat.

"Enggak kok," jawab Keisha lemas.

"Terus lo kenapa? Belum makan?"

Keisha jadi teringat kejadian semalam. Para sahabat nya itu memang berhasil memberikan ia makanan tanpa diketahui oleh satpam. Namun naas, Dania yang nampaknya belum juga tidur mendengar suara aneh didalam kamar Keisha. Sepeninggalan Zahra dan Naira, Dania langsung memasuki kamar Keisha sambil berkacak pinggang. Wanita bengis itu dengan teganya mengambil makanan yang bahkan belum sempat Keisha sentuh. Tetapi, ada yang lebih menyakitkan lagi dari sekedar makananya yang dirampas secara paksa. Yaitu perkataan Dania yang berhasil membuat Keisha merasa tertampar.

"Hebat yah kamu berhasil manfaatin dua temen kamu itu. Kamu sadar dong Kei, hidup kamu itu selalu menyusahkan orang lain. Kamu gak malu sama dua teman kamu itu yang selalu kasih kamu segala hal sedangkan kamu sendiri gak pernah bisa balas kebaikan mereka?"

Malam itu Keisha menangis hebat. Entah karena perutnya yang sangat terasa lapar, atau karena perkataan Dania yang menusuk. Yang jelas dimalam itu Keisha tidak baik-baik saja. Dia menangis dengan perut yang kosong dan pikiran yang kacau.

"Kei? Kenapa ngelamun? Ini mata juga kenapa malah kaya vampire gini sih item? Lo mau cosplay jadi panda?" pertanyaan beruntun itu keluar dari mulut lemes Zahra.

"Gue gapapa kok."

"Stop bilang lo gapapa padahal kenyataanya lo kenapa-kenapa Keisha," tegas Naira tidak suka.

Keisha tidak membalas. Dia lebih memilih diam karena jujur saja saat ini perutnya sangat sakit. Sepertinya maag nya kambuh. Tadi pagi Dania lagi-lagi melarang dirinya untuk makan dengan alasan Hukuman. Bahkan Papah nya ada disitu saat Dania melarang nya untuk makan. Tapi laki-laki itu nampak tidak peduli. Dan sialnya lagi Olivia sudah berangkat pagi-pagi buta.

Keisha harus berusaha untuk baik-baik saja. Dia tidak mau kembali merepotkan dua sahabat baiknya ini. Dania benar, dia harus banyak tau diri karena sampai kapan pun dia tidak akan bisa membalas kebaikan dua sahabatnya itu.

"Eh ada neng Kekeyi sama Malika kedelai hitam."

"DIEM LO!" ucap Zahra dan Naira bersamaan.

"Buset," Felix terkejut mendengar nada senggol bacok dari dua perempuan itu.

"Eh Kei lo kenapa?" sadar bila Keisha tidak seperti biasanya diam anteng adem ayem.

"Diem Kak gue lagi males ngomong," ucap Keisha lesu.

"Lo pucet bener buset kaya mayat hidup," ucap Felix heboh.

Keisha mendengus. Manusia spesies Felix ini memang sangat layak untuk di binasakan. Mengganggu ketenangan hati dan jiwa raga.

"Fel."

Mendengar suara yang sangat amat familiar menembus indra pendengaranya, seketika Keisha menolehkan pandanganya kebelakang. Benar saja, disana berdiri sosok pangeran berkuda putih dengan wajah yang tampanya menurut Keisha sangat diluar angkasa.

"Hay Kak," sapa Keisha malu-malu meong.

"Dih sejak kapan lo punya sopan santun begitu?" Felix mendelikan matanya heran menatap adik tingkatnya itu terlihat lebih anggunly pada Rafka.

Semesta MerinduTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang