~Selamat Membacaaa~
Sudah 45 menit Dokter belum juga keluar dari ruangan Rafka. Diluar terlihat Keisha, Felix, Zahra, Naira dan Rais yang masih menangis menunggu sang Abang dengan cemas.
"Ck! Lama banget sih," gerutu Keisha yang sedari tadi mondar mandir tidak jelas.
"Duduk Kei. Sepet mata gue liat lo udah kaya gosokan," tegur Zahra membuat Keisha mendengus.
Ceklek
Terdengar pintu ruangan Rafka dibuka. Mereka semua dengan wajah khawatir buru-buru menghampiri Dokter.
"Gimana Dok? Lukanya parah yah? Kok lama banget?" tuntut Keisha beruntun.
"Lukanya memang parah. Ada sekitar 40 bekas cambukan di punggung pasien."
"Empat puluh?" beo mereka bingung.
"Bukanya tadi cuman dua puluh yah?" tanya Naira bingung.
"Luka yang baru memang dua puluh, tepatnya berada di punggung saja kan? Hanya saja saya melihat luka yang sepertinya baru juga dia dapatkan, terlihat luka itu sudah mengering namun kembali basah akibat dari cambukan yang hari ini dia terima. Ada di area bahu sampai dada. Saya juga melihat banyak bekas luka yang sudah mengering lainnya di area tubuh pasien. Apakah dia korban kekerasan?" tanya Dokter tersebut membuat mereka semua terkejut.
"Banyak luka kering?" beo Keisha.
"Shit! Pantes aja kemaren dia gamau gue rangkul. Ternyata ada luka. Nyari alesan malah bilang gue bau!" gumam Felix kesal.
"Satu hal lagi..."
"Eumm Dok, bisa kita bicara diruang tertutup?" tanya Felix memotong pembicaraan.
Dokter yang mengerti bahwa pasien mempunyai hak atas privasi mereka pun mengangguk.
"Anda keluarganya?"
"Saya sahabat nya Dok. Tapi saya tau semua hal tentang pasien," ucap Felix memberikan kode pada sang Dokter dengan menekankan satu kata.
"Baiklah. Mari ikut keruangan saya."
"Gue titip Rais sama Rafka dulu yah," pesan Felix yang langsung diangguki oleh mereka.
"Ada yang mau coba Kak Felix sembunyiin gak sih dari kita?" tanya Keisha memandang kepergian Felix.
"Mungkin terkait kondisi Kak Rafka Kei. Gapapa lagian kita juga gak punya hak buat tau kan," balas Naira bijak.
"Tapi kan sekarang Kekeyi istrinya Kak Rafka."
Mendengar ucapan Zahra barusan, seketika Keisha seperti baru saja ditarik lagi menuju dunia nyata. Jantung nya berpacu dengan cepat. Bagaimana mungkin sedari tadi dia melupakan fakta baru itu?
"Gaes? G-gue beneran udah nikah sama Kak Rafka," cicit Keisha malu-malu meong.
"Rezeki lo bagus bener Kei. Kayanya do'a orang terdzolimi emang langsung terkabul deh. Do'ain gue juga dong biar jodoh sama Suga."
Plak
Bunyi suara pukulan pada bahu Zahra terdengar begitu nyaring dilorong koridor rumah sakit.
"Lancar bener omongan lo diatas penderitaan gue."
"K-kak?" cicit Rais menunduk takut.
"Adek ipar lo tuh Kei," bisik Naira menghentikan aksi perdebatan para sahabat nya.
"Kenapa Adek manis?"
"Buset Kei merinding gue," ledek Zahra membuat Keisha melototkan matanya tajam.

KAMU SEDANG MEMBACA
Semesta Merindu
Ficción General"Kamu cemburu?" tanya pria itu jail. "Enggak!" Dia tidak cemburu. Hanya saja hatinya panas melihat lelaki itu berdekatan dengan perempuan lain. "Masa?" "Iya!" "Masa sih???" "IYA!" pekik gadis itu membuat lelaki di hadapanya terkejut. "Iya apa?" "...