Sepanjang acara pemakaman, ada seorang perempuan nampak diam saja. Tidak ada tetes air mata yang keluar dari mata perempuan itu. Banyak pelayat datang menepuk pundaknya, berusaha untuk menguatkan. Padahal dia tidak butuh tepukan di pundak, dia hanya butuh uang yang banyak untuk melunasi hutang seorang bajingan yang berlindung dibalik status sebagai Ayah.
Elin Nafisah hanya menatap nanar ke arah para pelayat yang datang. Kalau bukan sikap baiknya ke tetangga, mungkin tidak akan ada yang datang ke pemakaman Ayahnya hari ini. Tidak terlihat satupun keluarga yang hadir di rumahnya.
Hidup Elin rasanya tidak pernah benar-benar bahagia. Diusianya yang ke sepuluh tahun, Ibunya tiba-tiba pergi dari hidupnya dan Awan, Adiknya. Kala itu Awan baru berusia lima tahun. Elin dan Awan seperti dua anak kehilangan arah setelah kepergian Ibu mereka. Masih terekam jelas di ingatannya, hampir setiap malam Ayahnya pulang dalam keadaan mabuk dan marah-marah. Ada saja barang yang dirusak oleh Ayahnya. Elin dan Awan juga sering kali menjadi sasaran kemarahan Ayah mereka.
Setelah satu tahun Elin hanya tinggal bersama dengan Awan dan Ayahnya, akhirnya Nenek dari pihak Ayah tiba-tiba muncul. Di situlah keadaan mulai sedikit membaik. Meski secara ekonomi tidak ada perubahan, tapi paling tidak Nenek selalu melindungi Elin dan Awan ketika Ayahnya mulai murka. Mereka berdua sudah tidak pernah lagi dipukul oleh Ayahnya.
Begitu lulus SMA, Nenek meninggal. Elin jelas sangat ketakutan karena tidak ada lagi guardian angel-nya. Karena kepintarannya, dia mendapat beasiswa penuh serta uang saku setiap bulannya. Selain kuliah, Elin juga bekerja paruh waktu di berbagai tempat sampai lupa apa itu yang namanya tidur. Dia bertekad ingin mengajak Awan pindah dan pergi meninggalkan Ayah mereka.
Selama satu tahun Elin menguatkan dirinya untuk menabung dan menahan diri kembali menjadi sasaran kemarahan Ayahnya. Sudah banyak lebam biru menghiasi tubuhnya. Semua hasil kerjanya disembunyikan sebaik mungkin agar tidak diambil oleh Ayahnya yang berengsek. Setelah mendapat uang yang cukup, ia akhirnya keluar dari rumah dan memilih ngekos bersama dengan Awan. Untung saja ia memiliki Adik yang pengertian dan bisa diajak hidup berhemat. Bahkan setelah lulus kuliah, ia dan Awan memilih mengontrak rumah kecil untuk mereka tempati.
Kini sosok Ayah berengsek sudah tidak ada di dunia ini. Elin kira hidupnya sudah damai. Ternyata semua pikirannya salah. Setelah pergi meninggalkannya dan Awan, Ayahnya meninggalkan hutang ratusan juta yang kini menjadi tanggungannya. Makanya sepanjang pemakaman, tidak ada air mata yang keluar dari matanya.
Elin baru tahu kalau Ayahnya berhutang ke seorang teman lama. Mulanya Ayahnya berusaha membayar hutang itu secara mencicil. Ketika cicilannya belum selesai, Ayahnya nekat berhutang lagi. Begitu terus sampai bertahun-tahun. Kini hutang itu sudah menumpuk dan siap meledak. Sekarang Elin bingung bagaimana cara melunasi semua hutang Ayahnya. Ia saja tidak yakin selama hidupnya, bisa melunasi semua hutang itu. Mengingat gajinya hanya cukup untuk biaya hidup sehari-hari.
Teman Ayahnya yang memberi hutang bernama Lukman. Sosok pria baik hati dan dermawan. Meski baik hati dan dermawan, namanya hutang harus tetap dibayar. Bahkan pria itu datang melayat bersama istri dan menceritakan semua perihal hutang yang dimiliki Ayahnya. Elin hanya bisa termenung mendengar semuanya.
"Kamu bisa bayar dengan cara dicicil. Om tau kamu sama Adikmu belum mampu untuk melunasi semuanya."
Elin hanya bisa manggut-manggut mendengar itu. "Mungkin aku akan jual rumah yang selama ini ditempati sama Ayah. Siapa tau bisa buat bayar sebagian hutang Ayah ke Om."
"Maaf Elin sebelumnya. Rumah itu sudah bukan milik Ayahmu lagi."
Elin mengerjap, nampak terkejut mendengar fakta itu. "Maksudnya gimana ya, Om?"
"Beberapa tahun lalu Ayahmu menjual rumah itu ke suami Tante. Kami sudah bayar secara cash dan tetap membiarkan Ayahmu tetap di sana untuk sementara waktu," ucap wanita di samping Lukman. Dia adalah Indah, istri Lukman.
Elin sudah berusaha menahan diri agar tidak menumpahkan sumpah serapahnya. Ia menarik napas panjang, berusaha mengatur napasnya. "Berarti pembayaran rumah, berbeda sama hutang Ayah?" tanyanya memastikan.
"Awalnya Ayahmu memang hutang ke kami. Setelah beberapa kali hutang, Ayahmu menawarkan kami untuk membeli rumah yang sedang ditempatinya kala itu. Kami memberikan pembayaran uang rumah sudah dipotong dengan jumlah hutang Ayahmu sebelumnya."
Elin merasa kalau ucapan pria di hadapannya masih belum selesai.
"Setelah itu kami anggap lunas hutangnya. Karena kasihan Ayahmu tidak ada tempat tinggal, kami membiarkan rumah itu ditempati oleh Ayahmu. Satu tahun berlalu, ternyata Ayahmu datang lagi dan kembali meminjam uang. Berkali-kali seperti itu, sampai akhirnya jumlah hutang terakhir yang tadi sudah kami beritahukan ke kamu."
"Bajingan!" umpat Elin dalam hati.
Setelah menjual satu-satunya harta yang tersisa, Ayahnya malah dengan bodohnya kembali berhutang. Elin sudah tidak habis pikir dengan jalan pikiran Ayahnya. Padahal sebagai pegawai kantoran pada umumnya, gaji Ayahnya seharusnya bisa lebih dari cukup. Sejak kecil ia tahu kalau Ayahnya ketagihan main judi online. Akibat dari judi online membuat hidup Elin ke depannya akan dihantui oleh hutang.
"Kamu tenang aja. Ayahmu nggak pernah hutang di tempat lain. Cuma Om satu-satunya orang yang memberikan pinjaman ke Ayahmu. Sebagai teman lama, Om memberikan pinjaman tanpa bunga sepeser pun."
Kalimat itu tak lantas membuat Elin menjadi kegirangan. Fakta bahwa Ayahnya mewariskan hutang ratusan juta yang harus ia tanggung, membuat kepalanya pening.
"Elin...."
"Iya, Tante?"
"Tante punya penawaran menarik buat kamu."
Elin menunggu wanita di depannya memberitahu penawaran menarik apa yang bisa diberikan untuknya.
"Nikah sama anak Tante, hutang-hutang almarhum Ayahmu akan Tante dan suami anggap lunas."
Mendengar itu seperti ada bom yang meledak tepat di kepalanya. Elin tidak menyangka hutang-hutang Ayahnya yang begitu banyak bisa ditukar dengan sebuah status pernikahan.
***
Sorry for typo and thankyou for reading❤
Author Note:
Karena Swipe Right udah mau selesai, ini ada cerita baru untuk kalian. Semoga kalian suka sama ceritanya. Meskipun kelihatan agak berat, tapi aku jamin nggak akan seberat yang kalian bayangin kok.Btw, aku berencana nulis cerita baru di KaryaKarsa. Cerita yang udah banyak diminta sama kalian. Kemungkinan ceritanya akan slow update. Yang udah baca Not Finished Yet, pasti tau kisahnya siapa yang aku maksud. Aku emang sengaja posting cerita itu di KaryaKarsa. Jadi, jangan minta buat posting cerita itu di wattpad.
Kalian yang mau baca cerita tanpa ngeluarin uang, bisa nikmatin cerita ini aja. Aku tetap akan kasih bacaan secara gratis kok buat kalian. Emang ada cerita yang harus bayar buat kalian bisa bacanya. Semoga kalian semua bisa ngerti ya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Happiness [Completed]
ChickLit"Nikah sama anak Tante, hutang-hutang almarhum Ayahmu akan Tante dan suami anggap lunas." Kalimat itu terus terngiang di kepala Elin Nafisah. Selama ini uang hasil kerjanya tidak pernah dinikmati sendiri. Ada hutang ratusan juta yang harus ditanggu...