Tidak perlu menunggu hari Sabtu, Datu bahkan mengizinkan Aksa untuk menginap di rumah Awan mulai dari hari Jumat malam. Karena rencana Datu yang mendadak, membuat Elin harus menghubungi Awan dan menanyakan kesediaan Adiknya. Untung saja Awan menyanggupi dan menyuruh untuk mengantar Aksa setelah Awan pulang kerja.
"Gimana?"
"Kata Awan boleh. Nanti kita antarin Aksa sekitar jam tujuh aja. Nunggu Awan pulang dari kantor."
Siang ini Datu sengaja mengajak Elin makan siang di luar. Laki-laki itu menjemput Elin di kantor dan mereka berangkat bersama ke sebuah restoran. Di saat itulah Datu mencetuskan ide untuk mengantar Aksa menginap di rumah Awan. Makanya Elin langsung menelepon Adiknya.
"Kalo gitu setelah kita ngantar Aksa ke rumah Awan, kita sekalian langsung berangkat."
"Berangkat?" Elin mengerutkan keningnya, tampak tidak mengerti maksud ucapan Datu.
Datu mengangguk. "Waktu aku ngajak kamu liburan ke luar kota, kamu bilang mau ke Malang aja."
Elin menggaruk kepalanya. "Iya, sih aku emang bilang kita bakal liburan ke Malang. Tapi aku kira nggak akan secepat ini," sahutnya pelan. "Kenapa berangkatnya harus malam ini? Kenapa nggak besok aja?" tanya memasang wajah heran.
"Nggak papa. Biar kita punya lebih banyak waktu di Malang."
"Emang Mas nggak capek habis pulang kerja langsung nyetir ke Malang?"
"Surabaya ke Malang dekat banget. Udah ada tol, dua jam juga pasti sampai."
Elin menghembuskan napas pasrah. "Yaudah deh. Nanti aku bakal pulang lebih awal biar bisa siap-siap."
Datu senang mendengar itu. Setelah ini ia bisa menghabiskan waktu dengan Elin tanpa ada gangguan siapapun. Selesai makan siang bersama, Datu kembali mengantarkan Elin ke kantor. Sebelum Elin turun dari mobilnya, ia mencium kening perempuan itu cukup lama.
"Nanti pulanganya hati-hati. Nyetirnya nggak usah ngebut," ucap Datu begitu bibirnya lepas dari kening Elin.
Elin hanya mengangguk patuh. "Mas juga hati-hati," balasnya sebelum keluar dari mobil.
***
Sekitar jam lima sore Elin sudah sampai di rumah. Begitu sampai di rumah, ia belum mendapati keberadaan Datu. Kemudian ia mengabari Datu dan segera mandi. Selesai mandi ia masuk ke kamar Aksa dan membantu anak itu untuk mengemas pakaian.
"Kenapa siap-siap sekarang?" tanya Aksa kebingungan.
"Kamu bilang mau nginap di rumah Om Awan."
"Bukannya Mama bilang nginapnya besok. Kenapa harus siap-siap sekarang?" tanya Aksa lagi.
Elin menghentikan kegiatan mengemas pakaian Aksa. "Soalnya Papamu sok ngide nyuruh kamu ke rumah Om Awan malam ini juga."
"Emang Mama udah bilang ke Om Awan?"
"Tadi siang Mama udah telfon Om Awan, dan Om Awan nyuruh kamu datang jam tujuh aja, setelah Om Awan pulang dari kantor."
Aksa memekik kegirangan. "Jadi, malam ini aku beneran boleh nginap di rumah Om Awan?"
"Boleh."
"Yes!"
"Makanya, sekarang kamu bantuin Mama siap-siap."
Aksa mengangguk . Ia bangun dari posisi berbaringnya di kasur dan mulai menyiapkan keperluannya untuk menginap. "Kenapa Papa tiba-tiba nyuruh aku nginapnya mulai malam ini?" tanyanya.
"Soalnya Papamu ngajak Mama ke luar kota malam ini."
"Mau honeymoon?"
Elin sontak terbatuk karena tersedak air liurnya sendiri. "Cuma mau liburan aja," sahutnya. Dia diam agak lama, kemudian menatap Aksa. "Atau kamu mau ikut liburan juga ke Malang?" tanyanya menawari.
KAMU SEDANG MEMBACA
Happiness [Completed]
ChickLit"Nikah sama anak Tante, hutang-hutang almarhum Ayahmu akan Tante dan suami anggap lunas." Kalimat itu terus terngiang di kepala Elin Nafisah. Selama ini uang hasil kerjanya tidak pernah dinikmati sendiri. Ada hutang ratusan juta yang harus ditanggu...