Bab 23

83K 5.7K 165
                                    

Tidak pernah terbayang dalam benak Datu menikah dengan perempuan pilihan Mamanya. Perempuan yang sebelumnya tidak pernah bertemu dengannya. Perempuan yang tidak ia kenal. Perempuan yang bersedia menikah dengannya demi melunasi hutang. Saat itu Datu tidak bisa berharap banyak dengan masa depan pernikahannya.

Entah pelet apa yang dipakai Elin, sampai berhasil membuat Datu bertekuk lutut. Perempuan itu tidak berusaha kelihatan baik di depannya. Bahkan pernah terang-terangan Elin memarahi Aksa. Sikap tulus Elin berhasil membuat Datu terperosok jatuh ke dalam pesona perempuan itu. Tidak hanya berhasil membuatnya jatuh cinta, tapi Elin juga berhasil membuat Aksa juga sayang dengan sosok Elin. Tidak hanya menjadi sosok istri, tapi Elin berhasil memerankan sosok ibu yang selama ini tidak pernah dimiliki oleh Aksa.

Datu harus mengakui kalau dia terlalu posesif terhadap Elin. Kemana pun istrinya pergi, kalau bisa ikut, ia pasti akan ikut. Besarnya rasa cintanya ke Elin, membuatnya takut kalau suatu saat perempuan itu pergi dari hidupnya. Mungkin ia akan gila kalau benar-benar ditinggal pergi oleh istrinya.

Datu merasakan Elin sedikit bergerak. Ia tersenyum melihat wajah lelap istrinya. Tangannya tak tahan untuk menyentuh wajah bersih Elin. Kalau Elin bangun, pasti perempuan itu akan marah-marah kalau tahu dia menyentuh bagian wajah. Katanya sering menyentuh bagian wajah bisa menyebabkan jerawat.

Kemudian tangan Datu bergerak menyentuh perut Elin yang mulai membuncit. Selain perubahan pada perut, pipi Elin juga semakin gendut. Tentu saja ia tidak mengatakan itu secara langsung. Beberapa kali ia keceplosan mengatai Elin gendut, berakhir dengan istrinya ngambek.

Elin menggeram pelan, merasakan tidurnya terganggu.

Datu merasa hari ini berbeda dari biasanya. Elin sangat-sangat manja padanya. Tidak seperti sikap istrinya yang biasanya. Sejujurnya ia sangat senang dengan perubahan sikap Elin yang manja. Membuatnya merasa dibutuhkan oleh perempuan itu. Mulai dari bangun tidur, Elin tidak memperbolehkannya berangkat kerja. Saat ia tanya kenapa, bukannya menjawab, Elin malah terisak. Yang bisa ia lakukan adalah memeluk Elin dan menenangkannya.

Akhirnya, setelah mengantar Aksa ke sekolah, Datu kembali ke rumah. Saat itu Elin minta ditemani tidur. Tentu saja Datu mengabulkan keinginan istrinya. Sampai sekarang sudah jam sembilan, ia merasa Elin dan bayi di dalam perut butuh sarapan.

"El, ayo bangun. Kamu belum sarapan," bisik Datu, tepat di telinga Elin.

Bukannya bangun, Elin hanya menggeliatkan tubuhnya, mengganti posisi tidurnya.

"Bangun dulu, yuk. Kamu harus sarapan."

Akhirnya Elin membuka matanya. Ketika menoleh ke samping, ia menemukan wajah Datu yang tersenyum ke arahnya. "Mau makan di kamar aja."

"Yaudah, aku ambilin." Datu segera turun dari kasur, berjalan keluar kamar.

Tak perlu menunggu lama, Elin melihat suaminya berjalan memasuki kamar sambil membawa nampan. Elin bangun dari posisi tidurnya, lalu menata beberapa bantal di belakang tubuhnya untuk bersandar.

"Mbok Ipah bikin nasi uduk sama ayam goreng serundeng," ucap Datu sambil meletakkan nampan di atas nakas. "Aku bawain susu juga buat kamu."

Elin melirik nampan sekilas. Ada piring berisi nasi uduk dan ayam goreng dengan serundeng melimpah. Ditambah segelas susu putih. Itu bukan susu khusus ibu hamil. Ia tidak bisa meminum susu untuk ibu hamil. Saat berkonsultasi dengan dokter, akhirnya Elin disarankan untuk minum susu UHT.

"Mau aku suapin?" tanya Datu menawari.

Elin mengangguk.

Dengan telaten Datu menyuapi Elin. Perempuan itu mengunyah makanan sangat pelan. Satu suapan, bisa membutuhkan waktu lebih dari satu menit sebelum ditelan habis.

Happiness [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang