Elin: Anakku lagi ngapain?
Datu: Aksa doang yang ditanyain?
Datu: Kamu kok pilih kasih gitu sihElin: Yaudah, aku ralat pertanyaanku
Elin: Mas sama Aksa lagi ngapain sekarang?Datu yang sedang duduk di sofa tersenyum membaca pesan dari Elin. Saat ini ia sedang berada di ruang tengah. Sementara ia duduk di sofa, Aksa duduk di lantai beralaskan karpet tebal. Mata anaknya fokus pada TV, sedangkan tangannya memegang stik PS. Akhirnya Datu memotret anaknya dari samping dan dikirim ke istrinya. Tak perlu menunggu lama, pesan balasan Elin masuk.
Elin: ITU APA MAS???
Elin: MAS BELIIN AKSA PS???Datu meringis. Ia berani bertaruh kalau Elin yang sekarang ada di Solo sedang kesal karena melihat Aksa menambah koleksi game console-nya.
Elin: Kok nggak dibalas sih?
Elin: Itu siapa yang beli PS buat Aksa?Datu: Aku yang beliin
Datu: Aksa yang mintaElin: Ngapain diturutin gitu aja sih?
Elin: Bagus banget main game-nya waktu hari sekolah
Elin: Lihat aja kalo aku pulang
Elin: Aku bakar semuaDatu terkekeh. Ia mencolek pundak Aksa dan menunjukkan layar ponselnya ketika anaknya menoleh ke belakang.
"Papa ngapain laporan ke Mama sih," decak Aksa sebal. "Harusnya Papa tuh diam-diam aja. Lagian aku nggak boleh main game kalo bukan hari Sabtu atau Minggu," lanjutnya.
"Tenang aja. Mamamu nggak bakal tiba-tiba muncul di depan pintu dan langsung ngebakar semua game console-mu."
Aksa menghela napas keras. "Bilang aja kalo aku udah selesai main dan sekarang lagi belajar," ucapnya sebelum pandangannya kembali ke layar TV.
Datu mendengus. Bisa-bisanya Aksa menyuruh dirinya berbohong ke Elin. Tentu saja itu tidak mungkin ia lakukan.
Datu: Aksa udah selesai main kok
Datu: Sekarang dia lagi belajarDemi kenyaman bersama, sedikit berbohong mungkin adalah solusi yang terbaik untuk mereka berdua. Ia tidak mau diamuk Elin karena dengan cuma-cuma membelikan Aksa PS tanpa bicara dulu ke istrinya.
Elin: Halah!
Elin: Kalo mau bohong jangan sama aku
Elin: Awas aja kalo nanti aku udah pulangKeesokan harinya, Datu pulang lebih awal dari biasanya. Setelah mandi dan mengganti baju, ia berjalan ke kamar anaknya. Tangannya terangkat mengetuk pintu kamar anaknya pelan. Begitu terdengar sahutan dari dalam, ia membuka pintu kamar Aksa.
"Kenapa, Pa?"
"Tumben nggak main PS?"
"Kemarin waktu video call, Mama ngomel lama banget sampai telingaku panas. Mama ingatin aku kalo main cuma boleh hari Sabtu sama Minggu doang."
Datu bersandar di kusen pintu sambil kedua tangan terlipat di depan dada. "Terus sekarang kamu ngapain?"
"Nonton youtube," jawab Aksa. "Tentang penyelesaian soal matematika yang belum aku ngerti," tambahnya.
Datu tersenyum mendengar jawaban anaknya. Ia diam sejenak, tanpa mengalihkan tatapan dari anaknya. "Mau belajar motor nggak?" tanyanya tiba-tiba.
"Hah?" Aksa yang semula sedang berbaring tengkurap, sontak bangun dari posisinya.
"Dulu seumur kamu, Papa udah bisa naik motor."
"Beneran boleh?" tanya Aksa antusias.
"Boleh banget." Datu mengangguk-anggukkan kepalanya. "Pada dasarnya sama aja kayak naik sepeda onthel. Kalo bisa naik sepeda onthel, pasti bisa naik sepeda motor."
KAMU SEDANG MEMBACA
Happiness [Completed]
ChickLit"Nikah sama anak Tante, hutang-hutang almarhum Ayahmu akan Tante dan suami anggap lunas." Kalimat itu terus terngiang di kepala Elin Nafisah. Selama ini uang hasil kerjanya tidak pernah dinikmati sendiri. Ada hutang ratusan juta yang harus ditanggu...