27. END : Someone Who Makes Her Crazy

848 77 17
                                    

Part sebelumnya hanya sebuah part sapaan guys wkwk

Selamat membaca

~~~~~

Seorang wanita berjalan terburu-buru di tempat umum yang hampir tidak pernah libur melayani jasa untuk para warga lokal dan mancanegara.

Bandara.

Seluruh anggota tubuhnya bergerak sibuk, kakinya berjalan cepat, tangan kirinya yang menggeret koper, dan sebelah kanannya berkutat dengan ponselnya memesan taksi online. Matanya sesekali melirik ke arah jalan agar tak tertabrak. Dan tak lupa hidung dan dadanya kembang-kempis mengambil nafas.

Tepat saat dirinya menginjak luar bandara, taksi online yang dipesannya telah sampai. Kopernya ia masukkan ke dalam mobil, lalu memasuki bangku belakang.

"Buru-buru amat, Neng?"

"Iya, Pak. Tolong jalan, ya, Pak."

"Siap."

Mobil tersebut mulai meninggalkan bandara dan menuju tujuan wanita itu.

*****

"Agatha ... sampe kapan kamu mau begini?"

Apartemen yang telah menjadi tempat tinggal Agatha dan Gretha, kini telah dipenuhi orang-orang terdekat yang selalu menemani dan menyemangati Agatha semenjak Gretha pergi meninggalkan gadis itu sendiri. Mereka semua khawatir dengan keadaan Agatha yang semakin terlihat kurang baik.

"Makan, dong, anime ... makan. Nanti Gretha yang marah-marah ke gua kalo lu ngga baik-baik aja," celetuk Febri yang berakhir pinggangnya menjadi sasaran cubit dari Neci.

"Please, lah, Bi. Liat sikon, dong," tegur Neci dengan nada berbisik.

Agatha menurunkan pandangannya. Matanya tidak berani menatap teman-temannya satu per satu. Dia terlalu malu karena sudah merepotkan mereka. "Maaf ..." cicitnya pelan, yang ternyata terdengar oleh Chloe yang duduk di sebelahnya.

"Hey, it's okay. Kamu udah kami anggap adik, Tha. Jadi, stop ngerasa bersalah. Kami semua ngelakuin ini karena khawatir sama kamu, bukan karena permintaan Gretha." Jemarinya mengelus kepala Agatha untuk menenangkannya.

"Tapi ...."

"Stop, Tha. Kita cuma mau liat kamu sehat, dan ngga semakin kurus kayak gini. Ayo, makan!" Ivanka menyodorkan piring yang berisi nasi goreng yang telah dibuatnya.

Dengan berat hati, Agatha mulai menyendokkan sesuap nasi ke dalam mulutnya yang sudah jarang mengunyah seperti dulu. Semua orang yang ada di ruang tamu bernafas lega, karena memang cukup sulit untuk membuat gadis tersebut untuk makan.

Seseorang yang bersandar di sofa tengah berkutat dengan ponselnya. Bibirnya yang tadi mengulas senyum mendadak cemberut ketika mendapati dua kabar sekaligus dari sang kekasih. Perubahan ekspresinya tak lepas dari gadis lainnya yang sedang rebahan di atas karpet bulu.

"Bipolar, ya, lu."

Semua orang memusatkan perhatiannya kepada Fray yang menyeletuk, dan mengikuti arah pandang Fray yang sedang memandang Berryl.

Berryl yang ditatap seperti itu, mulai memasang wajah bingung. "Hah? Apaan, sih, Fray."

"Itu tadi. Dikit-dikit senyum, abis itu cemberut."

"Ya, emang kenapa, sih? Urusin saja, tuh, bayi gede lu," Berryl menunjuk Flore dengan dagunya yang sedang bersandar di bahu Fray.

"Berisik. Lu sama aja kayak pacar lu. Untung dia ngga di sini," timpal Flore sewot.

Dewana [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang