Panjang nih, kayaknya.
Dua bulan menjelang ulang tahun kantor Gretha bekerja.
Para staf dan karyawan lebih rajin dan giat dalam melakukan pekerjaan mereka. Apapun yang ditugaskan, mereka akan lebih hectic dalam menyelesaikan pekerjaannya tepat waktu tanpa meminta waktu lembur.
Semua itu mereka lakukan untuk menarik perhatian para atasan agar mereka naik jabatan. Hari ulang tahun memang adalah hari yang paling ditunggu-tunggu oleh para staf dan karyawan, karena di hari itu selalu ada pengumuman kenaikan jabatan staf dan karyawan.
Padahal di hari-hari biasanya mereka semua cenderung mengerjakan pekerjaannya dengan santai dan berleha-leha, bahkan sering lembur semaunya hanya karena berkas-berkas yang mereka kerjakan belum selesai.
Tapi, tidak dengan Gretha. Wanita itu akan bekerja seperti biasanya, tanpa memedulikan hal-hal yang dilakukan oleh rekan sekantornya untuk menarik perhatian para atasan. Lagipula Gretha juga tidak terlalu berharap untuk naik jabatan ke yang lebih tinggi, walaupun dia juga ingin. Menurut Gretha hal-hal yang dilakukan oleh rekan sekantornya hanyalah sia-sia, dan terkesan hanya mencari muka.
Biarlah para atasannya yang menilai kinerja mereka.
*****
Seperti biasa, Gretha dan Febri akan makan siang bersama di kantin kantor. Bakso dan es teh manis selalu menjadi menu andalan mereka di saat makan siang. Bosan juga sebenarnya, tapi mau bagaimana lagi, hanya bakso Kang Elo yang menurut mereka paling enak di kantin ini, serta harganya yang murah dan porsinya yang cukup banyak, bakso ini menjadi menu favorit para staf dan karyawan di sini.Gretha menatap Febri heran, tidak biasanya temannya yang hari ini kelihatan lebih pendiam. Rasanya aneh saja tidak melihat Febri berulah dan bicara ceplas-ceplos seperti biasanya.
"Ada masalah?" tanya Gretha, dia sedang berusaha peduli dengan keadaan di sekitarnya termasuk keadaan temannya satu ini. Walaupun kenyataannya dia memang peduli, hanya saja dia tidak ingin terlalu ikut campur.
Febri terlihat heran, tumben sekali Gretha memperhatikannya, ah Febri jadi merasa terharu. "Gapapa." Febri berusaha mati-matian menahan dirinya untuk tidak tantrum. Dia mau lihat sejauh mana usaha Gretha untuk mengajaknya mengobrol duluan.
"Serius?"
"Hm ..." Febri benar-benar tidak tahan untuk tidak berbicara sedetik saja, mau dia dalam keadaan mood baik atau buruk dia tetaplah menjadi Febri yang mulutnya suka ceplas-ceplos.
Dia hanya sariawan, itu saja. Karena itulah Febri membatasi dirinya untuk tidak berbicara lebih banyak, bukan berarti dia akan diam seharian. Febri tidak akan tahan. Tapi melihat Gretha yang sedari tadi mengerutkan dahinya, membuatnya yakin Gretha sedang berusaha mencari topik untuk berkomunikasi dengannya.
Menjahili Gretha adalah kesenangan sendiri bagi Febri. Haha.
"Oh." Jawaban singkat padat dan tidak jelas dari Gretha membuat Febri kesal setengah mati dengan manusia kaku satu ini. Seharusnya Febri tidak terlalu menaruh harapan dengan Gretha, itu hanya membuat panas dirinya sendiri.
"Tapi, tumben banget lu nggak ambil sambal semangkok. Lu lagi sariawan, ya?" Sudah jatuh di terbangkan kembali, Febri baper dikit hanya dengan ditanya seperti itu, jarang sekali Gretha peduli dengan keadaan sekitarnya. Tapi, lagi-lagi dia tidak akan berharap lebih lagi dengan Gretha, bisa-bisa dia akan dijatuhkan kembali ke dasar bumi.
"Hm ...."
"Jawab yang bener!" sentak Gretha kesal. Gretha benar-benar aneh melihat Febri yang terlihat sok irit bicara. Hal itu membuatnya yakin si Febri sedang sariawan, melihat sedikitnya saus dan sambal dalam mangkuk baksonya yang sekarang kuahnya lebih berwarna coklat kehitaman karena kecap.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dewana [End]
FanfictionDewana dalam bahasa sastra, bermakna tergila-gila. Makna itu tepat untuk seorang Athalla Gretha ketika dirinya bertemu ... "Know that I truly love you. Agatha Lenathea." ..... Cast: Ashel as Gretha Marsha as Agatha Freya as Fray Olla as Febri Onie...