Pintu terbuka lebar. Sang gadis yang tengah menenteng helmnya merasakan hatinya benar-benar teriris melihat pemandangan di depannya. Tanpa pikir panjang, dia mengayunkan helmnya ke arah kepala laki-laki yang saat ini hampir melakukan hal menjijikkan kepada pujaan hatinya.
Si laki-laki bajingan itu memegang kepalanya yang berdenyut. Sedangkan gadis yang barusan memukulnya berdecih tak peduli, dia lebih memusatkan perhatiannya pada wanita yang terbaring ketakutan di atas kasur.
"Kak Gre!" gadis itu menghampiri Gretha yang sedang menangis ketakutan. Kedua tangannya menarik lengan Gretha untuk bangkit dan membawanya keluar dari kamar itu.
"Thea, kamu ngapain ke sini? Bahaya!" Agatha hanya menatap Gretha datar. Dalam keadaan seperti ini, siapa yang lebih dalam bahaya?
Tanpa mengucapkan sepatah kata apa pun, Agatha merangkul tubuh Gretha yang terlihat tak berdaya, dan berjalan keluar kamar. Namun, ketika sudah berada di ambang pintu Agatha merasakan tubuhnya tertarik ke belakang, sehingga rangkulannya pada Gretha terlepas begitu saja.
Saat itu lah Agatha merasakan lehernya dicekik kuat oleh Fadel, dia berusaha melepaskan cekikan itu dengan memukul lengan kekar Fadel. Walaupun dia tahu tenaganya tidak seberapa.
"Anda siapa! Berani-beraninya ikut campur."
"Tolong lepasin tangan Anda, Fadel!" sentak Gretha yang mendadak berubah menjadi dingin. Baginya, nyawa Agatha lebih penting sekarang.
Fadel terkekeh sinis dan melepaskan genggamannya pada leher Agatha, lalu berjalan mendekati Gretha yang saat ini menatap tajam ke arahnya. "Udah berani sekarang? Dulu kayaknya takut banget sama ayah," Fadel mendengus remeh. "Ngeliat kamu seperti ini, saya jadi semakin ingin kamu, Gretha." Ujarnya dengan nada sensual.
Gretha berdecih. "Najis."
Mendengar itu, wajah Fadel memerah menahan amarah. Tetapi, dia tetap tersenyum lebar menanggapinya. "Jangan kayak gitu, Gretha. Saya semakin mau nerkam kamu sekarang juga," Fadel menghentikan langkahnya sejenak lalu melirik sedetik ke arah Agatha. "Ah, atau kita threesome?"
Lagi, kepala Fadel dihantam helm yang berada di genggaman Agatha. Tapi kali ini, hidung Fadel telah mengeluarkan cairan merah, efek dari pukulan kuat yang Agatha berikan tadi.
Fadel terduduk dan memegang kepalanya yang semakin berdenyut, pandangannya mulai mengabur, ekor matanya menatap Agatha dengan tatapan permusuhan. "Anda siapa? Ngga usah jadi sok pahlawan, ini urusan saya dengan Gretha. Lagipula saya ayahnya." Dia berusaha bangkit di sisa kesadarannya.
"Hanya ayah tiri, kan?" tanya Agatha dengan remeh. Saat itu Gretha memang pernah bercerita padanya kalau ayahnya sudah meninggal, dan saat ini dia tinggal bersama ayah tirinya. Agatha tidak tahu jika sosok ayah tiri Gretha adalah laki-laki yang pantas dipanggil pedofil dan bajingan tentunya, karena Fadel berusaha melecehkan anak tirinya sendiri.
"Kalau Kak Gretha kenapa-napa, itu juga urusan saya!" lanjutnya tegas.
"Memang kamu siapanya? Sampai-sampai kamu keterlaluan sekali memukul saya," ucap Fadel penuh dendam.
Agatha mendengus kasar. "Om melecehkan anak tiri om sendiri, masih denial?" Agatha menggeleng miris. "Ah, perkenalkan saya Agatha, orang yang berharga untuk Kak Gre." Ujar Agatha dengan percaya diri.
"Berharga? Maksudnya apa?"
Gretha berubah panik, jangan sampai masalahnya bertambah lagi. "Kita saha–"
"Gretha pacar saya," sela Agatha entah penuh kesadaran atau tidak, dia terbawa emosi.
"Pacar?" mulutnya terbuka sedikit, lantaran shock dengan apa yang keluar dari mulut Agatha. Pacar? Pacar katanya? Sesama perempuan? Fadel memundurkan langkahnya, dan menatap keduanya dengan pandangan jijik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dewana [End]
FanfictionDewana dalam bahasa sastra, bermakna tergila-gila. Makna itu tepat untuk seorang Athalla Gretha ketika dirinya bertemu ... "Know that I truly love you. Agatha Lenathea." ..... Cast: Ashel as Gretha Marsha as Agatha Freya as Fray Olla as Febri Onie...