22. Switch

465 71 10
                                    

Sebuah notifikasi dari sebuah grup bernama 'gretha nt' membuat seorang wanita menukik alisnya tajam tak terima. Kegagalannya dipajang sebagai nama grup, Gretha merasa harga dirinya terinjak-injak.

gretha nt

Febri change the group name from "🙂‍↔️Penakluk wanita🙂‍↕️" to "gretha nt"

Febri

Uhuk uhuk shalom

Btw keren gak grupnya

Gua ada news ingpo

Gretha

ganti ga namanya!

bd

Chloe

Keren feb

Itung-itung merayakan ke nt an Gretha

Canda nt

Ingpo apa bro?

Febri

Send the picture *(ini foto Adel yang nangkup pipi Marsha waktu di bandara. Tapi bayangkan kalo latar tempatnya di teras rumah Agatha. Maaf nggak nemu fotonya)

Gimana met?

Rahangnya mengeras melihat foto yang dikirim Febri. Gadis pujaan hatinya menangis, dan yang menenangi bukan dirinya. Parahnya lagi,

GRETHA SENDIRI YANG MEMBUAT PUJAAN HATINYA MENANGIIISSS!!

Tanpa membalas pertanyaan dari Febri, Gretha melemparkan ponselnya ke atas kasur dengan kasar. Tubuhnya bermondar-mandir tak tenang, kelima jari lentiknya berkali-kali menyisir rambut panjangnya ke belakang. Dia frustrasi.

"Potong rambut, lah, njir. Stres gua."

*****

Di tengah suasana ramai di sebuah kafe, seorang gadis yang menjadi peran penting di kafe itu masih sempat-sempatnya menyelam pada dunianya sendiri hingga tak sadar pesanan pelanggan menumpuk. Temannya yang menyadari hal tersebut segera menegurnya,

"woi, Ga!" teguran Berryl membuat Agatha tersadar dari lamunannya.

"Eh, iya, Ryl."

Berryl mengangkat punggung tangannya untuk menyentuh kening Agatha, memastikan suhu gadis tersebut masih normal. "Dingin," dia menurunkan tangannya dan menatap Agatha khawatir. "Lu lagi ada masalah? Nggak biasanya keringet dingin, begini."

Agatha menggelengkan kepalanya meyakinkan kepada Berryl bahwa dirinya baik-baik saja. "Gapapa, gua cuma butuh sedikit napas di sini. Pelanggan lagi rame banget," tuturnya dengan tenang, dan menghindari tatapan Berryl agar tidak sadar bahwa dirinya sedang berbohong.

Menyadari ada yang tidak beres dengan gadis itu, Berryl hanya mengangguk acuh. Nanti akan dia selesaikan setelah perang ini selesai. Kedua tangannya mengangkat nampan berisi dolca latte pesanan pelanggan. Berryl menoleh ke arah Agatha sebelum dirinya berjalan ke meja pelanggan. "Nanti kita omongin lagi," setelah mengucapkan itu, barulah Berryl melangkah menjauh dari meja pantry. Meninggalkan Agatha yang kembali melakukan kegiatannya.

Dewana [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang