Lagi dan lagi, Agatha harus mengelus dadanya sabar. Gretha sangat sibuk akhir-akhir ini, hingga waktu mereka berkomunikasi sangat singkat. Hanya ucapan selamat pagi dan maaf yang selalu Agatha terima dari Gretha, hingga Agatha bosan sendiri.
Seminggu setelah acara kumpul itu, keduanya mulai jarang bertemu. Tapi, masih berinteraksi seperti biasa lewat ponsel. Namun, sejak tiga hari yang lalu, Gretha mulai jarang membalas chatnya, terakhir Agatha bertanya Gretha selalu menjawab. "Iya maaf ya, nanti dulu aku lagi sibuk bangeett," dan seterusnya seperti itu. Hingga membuatnya sedikit bosan.
Inilah tidak enaknya bekerja di bidang F&B, sangat jarang ada pelanggan yang berkunjung saat bulan atau hari-hari tertentu. Termasuk saat ini, bulan Ramadhan.
Bukannya Agatha tidak senang, dia hanya bosan jika hanya duduk-duduk saja dan tidak melakukan pekerjaan seperti biasanya. Untungnya saat bulan Ramadhan seperti ini, Ivanka memerintahkan mereka untuk membuka kafe saat pukul tiga sore. Karena orang-orang akan mulai berburu takjil di jam-jam itu.
Agatha mengguling-gulingkan badannya di kasur, dia bingung harus apa selain tidur, makan, menonton, dan bermain game. Dan terlintas ide di kepalanya, dia lupa belum memberikan hasil lukisannya kepada Gretha.
Agatha beranjak dari kasurnya, langkah kakinya membawanya ke arah lemari yang menyimpan hasil lukisannya. "Buseet, cakep banget," kata itu keluar dari mulut Agatha ketika matanya memandangi lukisan itu.
"Tambahin, ah. Biar makin cantik, kayak orangnya. Xixi."
*****
Jam pulang kerja telah berlalu, tetapi Gretha dan Febri serta beberapa staf lainnya masih berada di kantor. Mereka yang masih di sini, telah ditunjuk langsung oleh sekretaris direktur untuk mengatur jalannya acara ulang tahun kantor yang akan dilaksanakan besok malam.
"Oke, fix ya ... ada yang mau ditanyakan?" ucap sang sekretaris selaku pemimpin rapat saat ini.
"Tidak ada," jawab para hadirin dengan serempak.
"Oke, tidak ada ya. Baik, kita akhiri sesi rapat hari ini. Sekarang, silakan pulang ke tujuan masing-masing. Mulai besok laksanakan tugas masing-masing yang telah kita diskusikan tadi. Terimakasih," setelah mengucapkan itu, sang sekretaris pergi meninggalkan ruangan meeting.
Febri beranjak dari duduknya. "Oke guys, ayo kerja! Kerja! Kerja!" serunya membangkitkan semangat yang lainnya.
"Ayo pulang! Pulang! Pulang!" sahut yang lainnya tak nyambung dengan nada semangat dan disambut tawa ringan oleh para staf yang di dalam ruangan itu, membuat Febri mendengus kesal mendengarnya.
Satu persatu para staf keluar dari ruangan itu, hingga tersisa Febri dan Gretha di dalam ruangan itu. "Mau balik lu?" tanya Febri basa-basi.
Gretha beranjak dari duduknya setelah membereskan barang-barangnya, segera meninggalkan ruangan itu. "Ya, menurut lu aja," jawabnya sambil berjalan menuju pintu keluar. Merasa tidak ada suara kembali dari temannya, tangannya yang kini telah meraih kenop pintu terhenti, dia mengalihkan pandangannya kembali ke arah Febri yang masih berdiri sembari terpaku menatap ponsel yang berada di tangannya.
Dua bulu hitam yang berada di atas matanya terangkat, dahinya mengerut heran melihat temannya yang terlihat termenung. "Feb, lu kenapa?" tanyanya heran.
Kedipan cepat dari mata Febri semakin membuat Gretha yakin bahwa wanita itu sedang dalam masalah. "Lu lagi ada masalah sama siapa?" tanya Gretha to the point.
"E-enggak a-ada. Udah deh, mending lu balik!" jawab Febri gelagapan.
Senyum miring penuh makna terpantri di bibir Gretha, dia membuka pintu ruangan lalu meninggalkan ruangan itu dan Febri yang masih berada di dalamnya. Tetapi sebelum pintu ditutup oleh Gretha, netranya menatap mata Febri yang terlihat sendu, dan menyampaikan sesuatu yang membuat Febri membelalakkan matanya terkejut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dewana [End]
FanfictionDewana dalam bahasa sastra, bermakna tergila-gila. Makna itu tepat untuk seorang Athalla Gretha ketika dirinya bertemu ... "Know that I truly love you. Agatha Lenathea." ..... Cast: Ashel as Gretha Marsha as Agatha Freya as Fray Olla as Febri Onie...