9. Reva?

703 75 2
                                    

Udara di pagi hari memang selalu segar dan sejuk, itulah yang dirasakan oleh Agatha. Mereka semua masih berada di homestay, dan akan pulang sore nanti.

Agatha, orang pertama yang bangun pagi ini. Dia hanya bisa tidur dua jam saja tadi. Mana mungkin ia bisa tidur nyenyak setelah kejadian malam itu.

Matanya memejam sejenak, dia tidak ingin memikirkan hal rumit untuk hubungan mereka ke depannya. Biarlah berjalan sesuai alurnya saja.

Hingga sepasang tangan yang melingkar di perutnya mengejutkannya. Agatha menoleh ke arah samping, terlihat Gretha yang masih dengan wajah barefacenya membuat Agatha tersenyum kagum melihat itu.

CANTIK BANGEET.

"Baru bangun banget?" tanya Agatha kepada Gretha yang terlihat masih sangat mengantuk.

"Hm, enggak ada kamu tadi di samping aku." Jawab Gretha dengan nada serak khas orang bangun tidur.

Agatha yang mendengar itu jadi salting sendiri. Setelah kejadian malam itu, Gretha lebih berani menunjukkan sifat clingy ke Agatha. Yang berarti Agatha harus siap dengan sifat Gretha lainnya yang belum ia ketahui.

Keduanya kembali menikmati udara pagi dan melihat burung yang beterbangan di udara. Sepasang tangan Gretha masih melingkar di tubuh Agatha, tangan Agatha hanya mengelus-elus tangan Gretha yang melingkar di tubuhnya.

Tahap PDKT memang cukup manis.

"Aduh, pagi-pagi udah liat orang bucin aja," celetuk seseorang, membuat mata Agatha melihatnya dengan tatapan sinis,

Bombastic side eye.

Berryl dengan cengiran tengilnya menghampiri mereka berdua yang kelihatannya tidak ingin melepaskan rengkuhannya satu sama lain. Lebih ke Gretha sih yang tidak ingin.

"Udah ngapain aja tadi malem?" tanya Berryl dengan wajah tengilnya yang khas.

Satu kaki Agatha yang bebas, menendang tulang kering Berryl dengan sedikit keras, yang membuat sang empu mengaduh kesakitan.

"Aduh! Sakit banget, anjir, Tha!" Berryl mengangkat satu kakinya yang ditendang Agatha, dan mengelus bagian kakinya yang sakit.

"Mampus! Makanya, enggak usah jail!" ucap Agatha galak. Gretha hanya tertawa kecil melihat itu.

"Itu bukan rencana gua! Tapi rencana dia tuh!" elak Berryl. Jari telunjuknya menunjuk Fray yang berjalan menuju ke arah mereka bertiga.

Fray yang ditunjuk, mengangkat satu alisnya bingung. Fray menunjuk dirinya sendiri, "gua? Kenapa?"

"Bilang dong, kalo yang tadi malem itu rencana lu," ucap Berryl. Hilang sudah ketengilannya tadi.

"Oh ... Iya. Lu juga terlibat, btw."

Berryl memelas, benar juga.

"Udah, udah lupain aja. Mending kita main sepeda aja," usul Gretha agar suasana tidak semakin memanas.

Ekspresi Agatha berubah sekejap, menjadi antusias mendengar itu. "Eh, serius, Kak? Ada sepeda di sini?" Gretha hanya mengangguk menanggapinya.

"Yes, Lets go, guys!" seru Berryl tak kalah antusiasnya.

Alhasil, mereka menuju garasi sepeda yang memang disediakan pihak homestay. Di perjalanan menuju garasi, mereka berempat saling merangkul dan tertawa bersama. Padahal mereka baru saling mengenal satu sama lain semalam, tapi sekarang sudah sangat akrab layaknya kawan yang sudah berteman lama.

*****

Tidak terasa hari sudah petang, yang berarti mereka bereempat harus pulang kembali ke rumah masing-masing. Selesai berkemas, para perempuan remaja dewasa itu berpamitan kepada pemilik homestay yang mereka jadikan tempat inap saat liburan tahun baru.

Dewana [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang