Bab 6

80.8K 6.1K 200
                                    

Dari pagi Elin sudah repot mengurusi keperluan Aksa. Anak itu lumayan susah untuk dibangunkan. Padahal sebelum-sebelumnya Aksa selalu bangun pagi tanpa harus dibangunkan. Kemungkinan karena hari ini adalah hari pertama masuk sekolah, Aksa malas untuk bangun pagi.

Keriwehan Elin belum selesai sampai di situ. Saat sarapan bersama, ia sadar kalau penampilan Aksa seperti ada yang kurang. Anak itu tidak memakai dasi dan juga sabuk yang semalam sudah ia siapkan. Alhasil sembari Aksa makan, Elin memasangkan sabuk dan dasi dengan cepat.

"Pokoknya di sekolah kamu harus dengarin semua omongan gurumu. Jangan pernah ngelawan sedikit pun. Terus kenalan sama teman-teman yang lain. Temannya jangan diajak berantem. Tante nggak mau di suruh ke sekolah gara-gara kamu berantem."

"Iya Tante bawel," sahut Aksa pasrah.

"Tante juga sebenarnya malas bawelin kamu. Capek mulut Tante ngoceh mulu dari kemarin."

"Yaudah, kalo capek diam aja."

Elin menghela napas lelah. "Topinya udah ditaruh di dalam tas?"

"Topi apa?"

"Topi sekolah, Aksa," jawab Elin geregetan.

"Oh, masih di kamar," ucap Aksa dengan wajah datar.

Elin akhirnya berjalan cepat ke kamar Aksa untuk mengambil topi. Begitu kembali ke ruang makan, ia memasukkan topi itu ke dalam tas Aksa.

Tak lama Datu muncul di ruang makan. Barulah mereka mulai sarapan bersama. Pagi ini Mbok Ipah membuat sandwich untuk menu sarapan.

"Mas Aksa perlu bawa bekal nggak, Bu?" tanya Mbok Ipah ketika majikannya sedang sarapan.

Elin menoleh ke Aksa. "Kamu mau bawa bekal?" tanyanya menawari.

Aksa menggeleng. "Nggak usah. Kasih aku uang jajan yang banyak aja."

"Benaran nggak mau bekal?" tanya Elin memastikan.

"Nggak usah."

Akhirnya Elin beralih menatap Mbok Ipah. "Tolong buatin sandwich satu lagi, terus masukin ke kotak bekal ya, Mbok. Nanti takut kalo dia nggak sempat beli jajan, paling nggak dia udah bawa bekal dari rumah."

"Aku kan bilang nggak mau!" seru Aksa tertahan.

"Yaudah kalo nggak mau, nanti nggak usah dimakan. Bekal ini cuma buat jaga-jaga aja. Takut kalo kamu nggak sempat ke kantin buat jajan."

Aksa sudah merengut sebal. Meski begitu, ketika Mbok Ipah selesai menyiapkan bekal untuknya, ia dengan pasrah memasukkan bekal itu ke dalam tasnya.

Apa yang ditakutkan Datu tidak terbukti. Aksa sama sekali tidak marah meski diantar oleh Papanya. Selama perjalanan ke sekolah, Aksa lebih banyak diam. Begitu juga dengan Datu. Yang paling bawel tentu saja Elin. Perempuan itu mengingatkan banyak hal ke Aksa. Berharap anak itu benar-benar mau mendengarkannya.

Setelah mengantarkan Aksa, kini giliran Datu mengantar Elin ke kantor. Kebetulan lokasi kantor Elin sejalan dengan kantornya. Elin banyak diam ketika Aksa sudah tidak ada di mobil. Hanya ada sebuah lagu dengan suara rendah mengalun mengisi keheningan.

Sesampainya di kantor, Elin memastikan dandanannya terlebih dahulu sebelum turun dari mobil. Sebelum membuka pintu, ia melihat Datu mengulurkan tangan ke arahnya. Sepertinya ia kini sudah mulai terbiasa pamit dengan mencium punggung tangan Datu.

"Nanti mau dijemput?" tanya Datu.

Elin menggeleng.

"Biasanya pulang jam berapa sih?"

Happiness [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang