janggal : 2

87 12 1
                                    

Pagi ini nampak berbeda dengan biasanya, sangat mendung dan pertanda hujan akan deras.

fyi, rumah ini tingkat 2. ada delapan kamar di bagian atas, 2 toilet, dan 1 gudang tak terurus. sedangkan di bawah ada 10 kamar dan 3 toilet. ke 5 toilet tersebut masing masing berada di dekat tangga.

Ada Yukaza, Lila, Rava, Chaeri, Yeuna, Hyuka, Ben, dan Sean yang berada di kamar atas, sisanya di bawah.

"Kalian ga bosen gitu? Ngapain kek gabut gue." Ujar Hyuka yang merasa bosan dengan temannya yang sibuk main ponsel.

"Ke kolam renang aja yuk, kepo gue sama kolam renangnya." Ajak Sean.

"Gamau ah, ntar lihat Rava palsu lagi." Sahut Willian.

"Pengecut banget jadi cowo." Sindir Machvell.

"Brisik lo, semua aja lo urusin." Jawab Willian tak kalah sinis.

"Udahlah, ayo ke kolam gue jamin gabakal terjadi apa - apa kok!" Seru Sean meyakinkan mereka semua.

"Ayolah tapi gue ga nyebur ya." Jawab Tiandra.

Mereka pun ke kolam renang itu, Sean selaku yang memimpin jalan pun membuka pintu itu.

Setelah pintu terbuka..

"Ga ada apa - apa kok."

Mereka kemudian langsung bermain ke dalam kolam renang itu.

"Gue bilang jangan ceburin gue!" Ucap Sastra berusaha menolak ajakan Yaska.

"Yaelah tinggi air itu cuman 1 meter bro, masih tinggian lo juga. Tuh si Yorald baek baek aja." Jawab Yaska

"Gue gamau! Gue gabisa berenang. Ngerti ga sih orang ngomong?!" Bentak Sastra yang emosinya sudah semakin memuncak.

Tapi tiba - tiba...

Sastra di dorong oleh Ben yang menyebabkan dirinya jatuh kedalam kolam renang.

Semuanya tertawa melihat Sastra. "Tuh lihat aja lo ga bakal tenggelam." Sahut Ben.

Sastra susah payah menghirup nafasnya. "Bercanda lo ga lucu sialan." Ucap Sastra kemudian naik kepermukaan dan segera meninggalkan mereka.

"Kan si Sastra ngambek." Ucap Machvell.

"Santai palingan ntar udh baik lagi." Jawab Ben dengan enteng.

Lila yang melihat itu langsung menyusul Sastra yang pergi dengan amarah.

"Udhlah kita lanjut aja paling Sastra ganti baju doang." Sahut Tian.

Mereka pun melanjutkan aktifitas masing - masing.

Berbeda dengan Lila yang menyusul Sastra kedalam.

Tapi saat melewati dapur fokus Lila teralihkan, tadinya ia ingin ke kamar Sastra namun hal brisik di dapur lebih membuatnya penasaran.

"Apasih yang ribut?" Gumamnya.

Ia perlahan berjalan ke dapur dan...

"Sastra?"

Sastra menoleh ke arah Lila. "Kenapa, Li?"

"Bukannya lo basah kuyup, ya?" Tanya Lila lagi.

"Lah emang gue habis ngapain?" Tanya Sastra balik.

Pikiran Lila benar - benar kacau, ia baru saja melihat Sastra di kolam renang tetapi sekarang di hadapannya ia melihat Sastra yang sedang memasak.

"Tadi lo di kolam renang di ceburin sama Ben, terus lo marah marah sambil masuk kedalam." Jelas Lila

"Loh ngga tuh, kan gue gabisa berenang ngapain ke kolam renang?"

Lila hanya diam ia mencerna apa yang terjadi barusan.

"Lo halusinasi kali, Li." Jawab Sastra

"Ga mung-"

"CEPETAN PANGGIL DOKTER!"

Lila dan Sastra sontak menoleh ke arah sumber suara, itu adalah suara samuel yang sedang menggendong Yukaza, dan terlihat basah kuyup?

Sastra dan Lila menghampiri mereka. "Yukaza kenapa?!" Tanya Lila panik.

"Dia tadi tenggelam di kolam renang, kayanya yang dorong Yeuna deh." Ucap Rava.

"Ngga ya! Gue ga ngelakuin apa - apa, Yukaza sendiri yang jatuh." Elak Yeuna.

"Gue lihat lo yang dorong kaki Yukaza." Sahut Rava.

"Kok lo jadi nuduh gue kaya gini sih?" Tanya Yeuna tak menyangka.

"Diem! Kalian kaya bocah tau ga. Ini Yukaza nya gimana?! Udh panggil dokter belum?" Ucap Lila.

"Bentar lagi dokternya kesini." Jawab Havendra.

Yukaza pun langsung di tangani oleh dokter, cukup lama waktu yang di perlukan untuk membuat Yukaza siuman dari pingsannya.
























Kini mereka berdelapan belas berkumpul di ruang tamu atas perintah Havendra dan Sastra.

"Kenapa manggil?" Tanya Rava yang sepertinya sudah sangat mengantuk.

Bagaimana tidak, suasana rumah itu menjelang maghrib lain dari yang lain, seperti ada hawa lain yang datang di rumah tersebut.

"Cepetan dong, perasaan gue ga enak nih." Ucap Yuandra yang peka terhadap sesuatu.

"Kalian ga ada rencana pindah gitu?" Tanya Havendra to the point.

"Loh kenapa?" Tanya Jaekar kembali.

"Gue sama Haven udh ngobrol tentang ini, rumah ini kaya rumah angker banyak hal janggal yang kita alami, dan yang kita alami itu di luar nalar manusia." Jelas Sastra

"Gabisa gitu dong!" Tolak Sean mentah - mentah.

"Kenapa gabisa?" Tanya Sastra kembali dengan raut yang meremehkan.

"Kita udh beli rumah ini dengan susah payah, gue bahkan rela kerja sampingan buat nabung, kalian ga boleh seenaknya pindah gitu dong." Jawab Sean panjang lebar.

"Tapi nanti ini bagi ancaman nyawa bagi kita, Sean!" Tegas Havendra merasa tak setuju dengan opini Sean.

"Lo lupa? Lo bahkan rela ga makan tiga hari hanya karena nabung buat beli rumah ini?"

"KALIAN KENAPA SIH?! KALAU GABISA HARGAI PERJUANGAN KALIAN SENDIRI, INGAT PERJUANGAN ORANG LAIN, JANGAN EGOIS." Jawab Sean dengan nada tinggi.

Mereka terdiam dengan apa yang Sean katakan.

"Udh cape gue sama kalian, egois bener." Sahut Sean lalu ingin meninggalkan mereka semua.

Namun tiba - tiba..

BRUAK

Tiba - tiba saja mati lampu, reflek sebagian orang terkejut dan saling memeluk satu sama lain, Lila dan Yukaza contohnya.

"Mati lampu segala lagi."

"Bentar gue ambil lilin di laci."

Tiandra pun segera menyalakan lilin dan menyimpan di tengah - tengah mereka.

"Udh terang, lo bisa lepasin pelukan lo gue sesek, sean." Ucap Havendra menyadarkan Sean yang memeluknya karena takut.

Sean langsung melepas pelukannya dan terjadilah canggung satu sama lain.

"Gimana dong, anterin gue ke kamar gue!" Ucap Yeuna terkesan merengek.

"Diem napa sih, orang suasananya gini lagi." Sindir Jaekar.

"Tau tuh ribet bener, lihat noh teman teman lu yang cewe ga ribet." Tambah Hyuka.

"Gue ga ngajak kalian berdua ye." Kesal Yeuna.

"Gausah brisik pls, Rava bilang kalau lo ada di belakang gue kan?!" Ucap Lila tiba - tiba.

"Gausah nakut nakutin gue, gue aja di samping Ben dari tadi." Jawab Rava tak kalah takut.

"Balik ke kamar masing masing, gausah peduliin di sekitar kalian fokus ke depan aja!" Pinta Sastra.

Mereka kembali ke kamar masing - masing tapi sebelum Machvell masuk ke kamarnya, ia melihat seseorang sedang menatap tajam ke arahnya dari arah kamar Tiandra.

JANGGAL I TXT ITZY ATEEZ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang