"Bener ga ya apa yang Hyuka omongin?" Tanya Yeuna.
Yeuna, Rava dan Jaekar memilih untuk keluar dari rumah dan mencari angin.
Rava menghela nafas "Ntahlah gue gatau."
"Bisa aja Hyuka bener salah satu temen kita itu masuk dalam sekte sesat itu?" Tanya Jaekar serius.
"Gausah aneh - aneh, gue percaya 100% sama teman kita, ga mungkin ada yang bakal jadi pengkhianat." Kata Rava yakin.
"Kok lo bisa seyakin itu? Gue malah curiga sama Sean, gimana ga curiga, Sean yang rekomendasiin rumah itu, terus lo ga ingat waktu lo keracunan? itu sama Sean kan?" Jelas Jaekar panjang lebar.
"Kita ga bisa terlalu percaya sama seseorang sekarang, apalagi banyak temen kita yang diduplikat sama hantu, bahkan kita sendiri ga bisa bedain mana yang asli." Sambung Jaekar masuk akal.
"Sean ga mungkin kaya gitu, gue udh lama kenal sama dia, Jae. Dan dia itu anak baik - baik." Ucap Yeuna membela Sean.
"Hal kaya gini ga boleh di anggap main main, Na. Kita ga tau kubu yang baik yang mana." Sambung Jaekar kembali.
"Udahlah, Jae. Lo tadi bilang kan kalau ga boleh gampang percaya sama salah seorang dari kita, jadi gue boleh ngomong dong kalau kita ga boleh nuduh sembarang tanpa ada bukti jelas." Balas Yeuna tak mau kalah.
Jaekar menatap Yeuna Serius. "Ga ada bukti? Itu jelas loh buktinya? Atau jangan - jangan lo juga termasuk anggota sekte itu bareng Sean? Dan berusaha lindungi Sean?"
Yeuna tersulut emosi. "Pertanyaan lo sampah tau ga? Lo dengan cepat menyimpulkan sesuatu tanpa cari tau kebenarannya dulu, heran gue kita berteman udah dari jaman smp loh padahal? Lo ngomong gitu seakan akan baru berteman kemarin."
Yeuna memotong pembicaraannya lalu berdiri. "Harusnya gue yang curiga sama lo, lo berusaha nuduh Sean kan biar lo selamat dari kecurigaan?" Sambung Yeuna lalu meninggalkan mereka berdua.
Jaekar mengepalkan tangannya, ia ingin menyusul Yeuna namun di tahan Rava. "Puas lo? Berhenti nyudutin Sean, Jaekar. Kalau lo curiga kita hanya perlu cari bukti, mereka ga bakal percaya kalau cuman asal ngomong doang." Ucap Rava, diangguki Jaekar.
"Ternyata mereka se benci itu sama gua." Tanpa mereka sadari, Sean tak sengaja mendengar pembicaraan Yeuna dan Jaekar tadi, setelah Yeuna pergi ia langsung pergi begitu saja.
"Darimana lo berdua?" Tanya Sastra penuh intimidasi.
"Gue sama Rava abis jalan jalan, tadi yeuna ikut tapi pulang duluan." Jawab Jaekar seadanya, ia tak mau berdebat lagi.
"Terus Yeuna dimana?" Tanya Chaeri yang baru turun dari tangga.
"Loh emang dia ga pulang?" Tanya Rava kembali.
"Kalian emang ngapain si Yeuna? Ga mungkin dia langsung pulang kalau ga ada apa - apa." Balas Chaeri, ia hafal betul sikap Yeuna.
"Jaekar sama Yeuna berantem masalah kemarin, si Yeuna membela Sean dari tuduhan Jaekar, terus Yeuna pergi karena kesal." Jelas Rava.
Sastra terkejut. "Lo serius, Jae? Berantem sama cewe karena ini?" Tanyanya tak percaya.
Jaekar hanya diam, ia diam karena tak mau perdebatan ini panjang lebar. "Sekarang udh mau maghrib dan Yeuna juga belum pulang!" Sambung Sastra semakin prustasi.
Mereka terdiam, berusaha menghubungi Yeuna namun tak diangkat.
"Sekarang kita harus gimana?" Tanya Rava khawatir.
"Kita cari." Jawab Sastra final.
Chaeri, Jaekar, Sastra, dan Rava pun bergegas keluar untuk mencari Yeuna, mereka sengaja tak memberi tahu yang lain, mereka tak ingin temannya khawatir.
Tapi saat Sastra membuka pintu ruang tamu..
"Yeuna?"
Yeuna melihat temannya di depan pintu terkejut "Kenapa?" Tanyanya polos.
Rava langsung memeluk Yeuna. "Lo darimana aja, kita khawatir!"
Yeuna hanya terdiam, ia melepas pelukan Rava. "Udah ya gue ga kemana - mana, gue capek." Seketika balasan Yeuna mendadak jutek.
"Maafin gue." Sahut Jaekar.
Yeuna melirik Jaekar yang mengalihkan pandangan darinya pun hanya tersenyum. "Iya."
Mereka semua pun akhirnya masuk keruang tamu.
Perasaan mereka sedikit lega beberapa saat, namun tiba - tiba Tiandra datang dengan tergesa - gesa.
Tiandra menarik nafasnya dalam dalam. "SEAN MENGHILANG DARI TADI PAGI, DAN GA NINGGALIN JEJAK APAPUN!" Teriaknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
JANGGAL I TXT ITZY ATEEZ
Horror"yang kita lalui semua ini semuanya diluar akal sehat manusia."