janggal : 3

69 12 0
                                    

hari hari berlalu belakangan ini tampak seperti hari biasanya.

"Ada yang mau ikut jogging ga?" Teriak Sean.

Ia yang paling pertama bangun di pagi hari ini, dan setelah membangun teman temannya ia berencana untuk lari pagi hanya saja ia tak mau jika sendirian.

"Ga, gue lagi males olahraga." Jawab Yorald kemudian kembali masuk ke kamarnya.

"Dih, ayo dong siapa gitu yang mau nemenin gue, masa dari sekian banyak orang di rumah ini gada yang mau."

"Emang kenapa sih kalau lo sendirian doang?" Tanya willian tak bersahabat.

"Gue gamau, ntar kalau ada yang apa apain gue gimana?"

"Siapa yang mau gangguin, orang - orang udh pada lari duluan lihat muka lo itu" Jawab Samuel dengan enteng.

"Dih kalau gamau nemenin juga gausah ngehina gitu kali."

"Ya maap."

"Gue pengen jogging tapi gue lagi ga enak badan, ajak yang lain aja." Sahut Tiandra tiba - tiba.

"Itu si Rava kayanya mau." Lanjutnya.

"Ayo sini bareng gue." Kata Rava mengiyakan perkataan Tiandra.

"Berdua doang?" Tanya Sean lagi.

"Yaudah kalau gamau."

"Iya - iya ayok, gitu aja ngambek."

Mereka berdua pun segera pergi untuk berlari pagi, tujuan mereka berdua kali ini adalah taman dekat dengan pinggiran kota.

"Istirahat aja yuk, capek nih gue." Ucap Rava yang kewalahan.

"Oke - oke, gue beliin air ya lo tunggu disini." Kata Sean, diangguki Rava.

Menunggu sekitar 5 menit, akhirnya Sean datang membawakan 2 air mineral.

Keduanya segera meneguk dengan cepat.

Setelah meminum air tersebut tiba - tiba Rava merasa tak enak badan.

"Sean, lo beli air dimana?" Tanyanya.

"Di penjual air, supermarket pada tutup semua jadi terpaksa gue beli air di penjual yang dekat jalanan tadi." Jelas Sean.

"Gue rasa air ini ga baik deh, tiba tiba kepala gue pusing." Tak lama setelah mengatakan itu, Rava tiba - tiba jatuh pingsan.

"EH EH VA?!" Teriak Sean terkejut melihat busa di bibir Rava.

Ia segera menelpon orang di rumah untuk membawa balik Rava pulang, setelah sampai mereka semua bergegas menelpon dokter.

"Lo apain Rava hah?!" Kesal Ben menarik kerah baju Sean.

Sean yang tak terima pun mendorong Ben. "Gue ga ngapa ngapain dia!" Belanya.

"Kalau lo ga ngapa ngapain, kenapa Rava sampai keracunan?!" Teriak Ben tak kalah tinggi.

"Gue gatau! Gue juga gatau kalau airnya ada racun."

"Lo sengaja ya buat Rava kaya gini?!"

"Berapa kali gue bilang, Ben! Apa untungnya gue nyelakain Rava?!" Jawab Sean.

"STOP!"

"Kalian berdua kaya bocah tau ga sih? Ben lo gausah nuduh sembarangan kaya gitu, bisa aja Sean bener bener ga ngeracunin Rava. Lo jangan ambil tindakan gegabah kaya gini deh." Jelas Lila panjang lebar.

"AH LO SEMUA AJA!"

"Awas aja lo sekali lagi akuin kesalahan ini. gue ga segan segan buat bunuh lo detik itu juga." Ucap Ben lalu pergi begitu saja.

Sean mengacak - acak rambutnya ia benar benar frustasi sekarang. "Tenang, gue percaya kok sama lo." Ucap Jaekar tiba - tiba dari samping.

"Kenapa sikap Ben tadi kaya seorang psikopat, ya?" Gumam seseorang yang tak dapat didengar oleh siapapun.






















Disisi lain, Yukaza dan Lila tengah asik berada di kolam renang, sore ini mereka memilih untuk bersantai karena suasana rumah sangat canggung akibat kejadian tadi.

"Li, lo mikir aneh ga sih sama rumah ini?" Tanya Yukaza tiba - tiba.

"Gak tuh, kenapa?" Jawab Lila masih enteng, bahkan tak menoleh ke arah Yukaza.

"Ish dengerin gue dulu! Gue bener bener ngerasa aneh sama rumah ini semenjak kita masuk."

"Perasaan lo aja kali Za."

"Ngga Li! Pertama kali masuk kita udh di kagetin dengan Rava palsu, kedua gue yang kecebur di kolam padahal itu yang dorong bukan yeuna gue ngerasa ada sengaja dorong gue." Lanjut Yukaza.

Lila yang merasa pembahasan ini serius pun langsung bangun dan duduk tegas menghadap Yukaza. "Iya iya gue inget! Dan lo tau ga? Kemarin waktu Sastra ngambek karena diceburkan sama Ben itu bukan Sastra asli, Sastra aslinya tuh ada di dapur lagi masak buat kita." Jelas Lila panjang lebar.

Yukaza berfikir keras. "Kita bahkan gabisa tau cara bedain mana yang palsu dan asli, Li." Ucapnya lesu.

"Kita gabisa gegabah, gue takut ini beneran ngancem nyawa kaya yang di bilang havendra waktu itu." Balas Lila di angguki Yukaza.

"Eh tapi kenapa Havendra sama Sastra tau kalau ini ngancam nyawa, ya?" Tanya Yukaza tersadar sesuatu.

"Kalian ngapain?" Tanya Machvell tiba - tiba.

Mereka berdua gelagapan. "Ga kok! ga ngapa - ngapain." Ucap Lila dengan cepat.

Machvell memicingkan matanya seperti curiga, Yukaza dan Lila semakin dibuat panik. Mereka berdua takut bro kalau pembicaraannya ada yang menguping.

"Kalian..."

"Lesbi ya?!" Tebak Machvell yang sontak dapat pukulan dari Yukaza.

"Mulut lo lemes bener, keluar ga?!" Bentak Yukaza kesal dengan machvell.

Machvell tertawa. "Masuk gih, si willian sama samuel mau ngomong sesuatu." Ucapnya serius.

Yukaza dan Lila pun hanya mengangguk kemudian segera membereskan diri dan masuk kedalam bersama Machvell.

JANGGAL I TXT ITZY ATEEZ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang