Pagi yang seharusnya cerah ini malah menjadi hari paling sial bagi anak lelaki itu.
Bagaimana tidak? Orang tuanya berjanji untuk mengajaknya piknik tapi sekarang mereka berdua malah berlumuran darah dirumah mereka sendiri.
Ia harus menerima kehilangan orang tuanya di umur 10 tahun.
"Ayah.. Ibu.." Lebih sedih lagi tak ada seorang pun yang akan menolong kedua orang tuanya.
Awalnya kedua orang tuanya ini adalah orang yang paling terkaya di kota itu, mereka di kenal karena sering berbagi dan juga kebaikan mereka yang disenangi banyak orang. Namun insiden dimana orang tuanya di fitnah korupsi oleh sahabat Ibunya itu membuat semuanya hilang.
Kedua orang tuanya di jauhi oleh semua orang, bahkan keluarganya sendiri.
"Mereka jahat, Bu.." Tangis anak itu pecah.
Kedua orang tuanya di bunuh karena berusaha menyelamatkan dirinya.
"Ayah.. Ibu.. aku bakal balas dendam buat kalian."
Anak itu menghapus air matanya, ia dengan mandiri membersihkan darah kedua orang tuanya dan mengangkat kedua orang tuanya ke tempat tidur.
Ia pergi ke dukun di usia sangat muda, awalnya dukun itu menertawakan anak itu.
Tapi setelah berbicara kembali, dukun itu akhirnya setuju dengan anak itu.
Tapi bukan ilmu gelap kalau tidak membutuhkan tumbal.
"Kalau kamu ingin Ibu dan Ayah mu bahagia di surga serahkan mereka nyawa, semakin banyak semakin baik."
"Bagaimana caranya? Saya masih kecil? Dan saya juga tidak punya senjata."
"Akan ku anugrah kan kau ilmu gelap, kau akan punya kekuatan tapi dengan syarat tadi." Anak itu mengangguk tanpa ragu.
"Saya siap lakukan."
"Tapi kamu punya kelemahan."
"Apa itu?"
"Indra perasa kamu bakal hilang kalau bunga mawar ada di sekitar kamu."
"Kamu juga bakal musnah begitu saja oleh manusia jika mereka menusuk jantungmu."
Anak kecil itu mengangguk.
"Tapi kamu punya kelebihan juga."
"Apa itu mbah?"
"Kamu bisa mengajak seseorang masuk pada kaummu agar kamu semakin kuat."
"Dan kedua orang tua mu juga akan tenang."
Tahun demi tahun berlalu, anak itu sudah memberi nyawa pada kedua orang tuanya sebanyak puluhan kali, dan itu tak pernah di curigai oleh siapapun bahkan pihak kepolisian.
Itu karena cara membunuhnya selalu tengah malam, dan setelah membunuh ia melukai titik tertentu dan seolah itu adalah bunuh diri.
Tentu saja orang pertama yang ia cari adalah sahabat Ibunya.
"Huft, tahun ini gue masuk smp." Keluh anak itu.
Ia kemudian berpikir bagaimana jika ia memberi ibunya nyawa anak sekolah?
Tentu itu terlintas dipikirannya, Ia sekarang berjalan ke sekolah dasarnya untuk pertama kali.
"Duh gue bakal punya teman ga ya.." Ia berjalan masuk ke kelasnya dan langsung duduk paling belakang.
"Hai! Lo sendirian?" Tanya siswa lain.
Anak itu mengangguk kecil.
"Ayo jadi teman gue!" Awalnya anak itu ragu namun akhirnya mengangguk.
"Oh iya kenalin gue Tiandra."
Singkat cerita mereka berdua semakin akrab, Tiandra memperkenalkannya banyak teman sampai akhirnya ia mereka berdua masuk SMA.
Dan di Sekolah Menengah Atas itu Tiandra memperkenalkannya banyak orang dan bahkan anak itu memiliki circle sebanyak delapan belas orang.
"Oh iya kan kita udah mau lulus nih, kalian mau ga sih kalau kita sewa rumah buat tinggal bareng - bareng?"
"Setuju aja sih! Gue bakal usahain nabung." Jawab anak berambut panjang bernama Chaeri.
"Gue ngikut." Sahut anak itu.
"Berarti fiks ya?"
Mereka mengangguk.
"Tapi gue masih baru masuk di circle kalian, gapapa?" Tanya anak itu kembali.
"Tenang aja! Kita ga mandang apapun kok, makanya ayo kita lebih akrab, bahkan gue aja sering lupa ingat nama lo." Jawab anak perempuan berambut pendek.
Mereka pun mengenalkan kembali nama mereka.
"Kalau gitu gue, Yaska!"
"Gue Sastra atau panggil anak ganteng."
"Gue machvell."
"Gue Chaeri paling manis."
"Ben."
"Samuel!"
"Gue Willian paling maco."
"Halah centil kali." Sindir Samuel, Willian merotasi bola matanya.
"Gue Yorald."
"Saya Yukaza."
"Gue Lila."
"Gue Jaekar slebew."
"Anjay barudak gacor." Timpal Willian.
"Yoi men."
Anak itu terhibur dengan lelucon temannya.
"Gue Hyuka."
"Gue Yeuna calon pacarnya Hyuka."
"Dih ngarep." Sahut Jaekar.
"Kenapa?! Lo cemburu?!" Hyuka hanya menggeleng kecil melihat kelakuan Yeuna yang mencintainya secara ugal - ugalan.
"Brisik kalian bocil, kenalin gue Yuanda."
"Kalian udah tau gue tapi biarin gue ngenalin diri lagi, gue Tiandra anak paling RAJIN." Ucap Tiandra menekankan perkataannya.
"Dih santai kali, kalau gue Rava!"
"Oh iya terakhir gue kali ya? Kenalin gue Sean."
Anak itu mengangguk dan berusaha menghafal wajah temannya.
"Kenalin Gue Havendra!"
KAMU SEDANG MEMBACA
JANGGAL I TXT ITZY ATEEZ
Terror"yang kita lalui semua ini semuanya diluar akal sehat manusia."