janggal : 14

30 9 0
                                    

Pagi cerah ini Machvell, Yorald, Samuel, dan Willian pergi ke pantai bersama.

"Tumben lo ngajak kita kesini." Ujar Samuel.

"Ya gapapa sih, cuman pengen nikmatin dunia bareng teman gue." Balas Yorald, Samuel mengangguk.

"Eh ada yang jualan makan tuh di sana." Ucap Samuel.

"Gausah, Sam. Kalau beli kaya gini pasti mahal." Balas Willian.

"Dih, tapi kan gue mau."

"Udah sana beli, gue yang traktir." Ujar Machvell.

"Serius?" Machvell mengangguk.

"Kayanya hari ini, hari spesial buat gue deh." Ujar Samuel, ia menarik pergelangan tangan Willian.

"GAUSAH NARIK - NARIK!" Teriak Willian.

Machvell dan Yorald hanya tertawa melihat tingkah laku kedua temannya.

"Vell." Panggil Yorald.

"Kenapa?"

"Lo pernah ga sih kepikiran kita bakal kaya gini ga kedepannya?" Ucap Yorald tiba - tiba.

"Maksud lo?" Balas Machvell tak mengerti.

Yorald menghela nafasnya. "Gue kangen kita berdelapan belas, Vell. Ntah kenapa gue ngerasa bentar lagi ajal gue dateng."

"Gausah ngaco, Rald."

Yorald tertawa hambar, ia menglap air matanya yang akan jatuh. "Hehe, gue becanda kok."

"Tapi gue beneran kangen sama teman kita." Lanjut Yorald bergumam tapi masih terdengar.

"Gue juga, Rald."

"Tapi lo ngerasa aneh ga sih?" Sahut Yorald kembali.

"Ngerasa aneh gimana?"

"Lo percaya ga teman kita pada bunuh diri?"

Machvell terkejut. "Gue gatau."

"Aneh ga sih? Polisi bahkan gamau lanjutin kasus meninggalnya Sean, kabar Chaeri bunuh diri persis banget kaya cara Jaekar bundir."

"Sialan kenapa harus nanya kaya gini sih."

"Vell?" Ucap Yorald menyadarkan Machvell yang melamun.

"Lo kenapa?"

"Gue lagi mikir kejadian ini, gue gatau kenapa polisi gamau lanjutin ini mungkin ada yang nyuruh?"

"Siapa yang suruh?"

"Bangsat, keceplosan lagi."

"Ng.. ngga maksudnya teman kita kan? atau polisi itu emang gamau." Yorald mengangguk.

"Terus tem-"

"Nih punya kalian." Ucap Willian tiba, ia memberikan makanan milik Yorald dan Machvell.

Ucapan Yorald tadi terpaksa ia hentikan. Mereka berempat pun menghabiskan waktu bersama.

"Kenapa ya vibesnya beda kalau ga lengkap?" Ujar Willian tiba - tiba.

"Kok bahas ini mulu sih anjing?"

"Ntahlah, tapi gue berharap setelah gue tiada nanti kalian tetap akur ya." Balas Yorald.

"Becanda lo ga lucu, Yorald!" Bentak Machvell ia kali ini benar benar kesal, Yorald sampai terkejut.

"Tau tuh, becanda kok mati - matian." Tambah Samuel.

"Udahlah pulang aja yuk, jangan keluar rumah lama - lama." Ajak Willian.

























Disisi lain, Yukaza dan Yaska berduaan pergi ke suatu tempat.

"Kenapa lo ajak gue kesini?" Tanya Yukaza.

"Za, kalau sesuatu besar terjadi, jangan tinggal di rumah itu, Lo langsung pergi kesini, paham?" Pinta Yaska.

"Maksudnya gimana sih?" Tanya Yukaza, ini semua terlalu mendadak.

"Kita bisa kabur dari rumah itu selama 3 hari berturut, tapi kalau misal lo nginap disini malam ini terus besoknya lo pulang juga bisa kaya gitu." Jelas Yaska.

"Pelaku pembunuh Sean teman kita, Za." Jelas Yaska.

"Siapa?!"

"Gue gatau, intinya ikutin aja perintah gua." Ucap Yaska, Yukaza mengangguk.





































Berbeda dengan Yukaza dan Yaska. Lila dan Sastra berada di taman pinggiran kota.

"Lo bawa kan apa yang gue minta?" Tanya Sastra, Lila mengangguk.

"Ini." Lila menyodorkan beberapa kertas.

Kertas itu, merupakan peninggalan Chaeri.

"Coba lo baca." Suruh Sastra.

Lila membaca beberapa kertas itu.

Ia membaca kertas pertama.

"Hari ini gue bareng yang lain, beli rumah di pinggiran kota. Gue senang kok sama rumah ini karena hasil tabungan kami, tapi kayanya Willian takut sama rumah ini, hahaha aneh ya? Gue ngerasa aneh juga apa lagi Rava yang di duplikat tapi kenapa ya ekspresi mereka biasa aja? Bodo ah gue gamau ambil pusing. Tapi kenapa gue ngerasa salah seorang dari kita itu mencurigakan ya.. atau mungkin perasaan gue aja kali."

Lila membaca kertas kedua.

"Gue sering di datengin arwah Sean.. ternyata ada maksud lain, gue nyesel gue telat menyadari kalau Sean udah meninggal. Dan Sean bilang pelakunya berhubungan dengan 02, dia gamau ngasih tau gue langsung karena dia gabisa.. pikiran gue langsung mengarah ke dia, ga ada cara lain gue cuman bisa ngomong sama Lila, gue kasih tanggung jawab ini ke dia."

Lila kemudian membaca kertas terakhir.

"Ternyata benar, orang yang gue curigai adalah pelaku pembunuhan Sean. Tapi gue ga bisa apa - apa.. gue suka sama dia sejak smp, dan gue bahkan ga nyangka dia pelakunya, dan lebih sialnya lagi dia udah mengincar gue dari awal dan sekarang tau bahwa gue sering di datengin Sean. Gue bingung harus gimana, ternyata gini ya yang Sean rasain di bunuh teman sendiri.. kalaupun gue tiada nanti semoga kedok pengkhianat itu terungkap."

Lila selesai membaca semua kertas peninggalan Chaeri itu. "Berarti Chaeri di bunuh?" Lila mengangguk.

"Kedepannya kita harus hati - hati, mereka beneran masuk sekte sesat itu, Li." Pinta Sastra, Lila mengangguk.

"Lo punya rencana ga, Sas?" Tanya Lila.

"Untuk saat ini masih belum, gue masih sibuk dengan ponsel Jaekar, sekarang di tambah lagi Chaeri di bunuh kita harus selidiki satu - satu."

"Kita juga belum tahu, gimana cara membunuh kelompok mereka, mereka bukan manusia biasa." Lila mengangguk, penjelasan Sastra terdengar masuk akal.

JANGGAL I TXT ITZY ATEEZ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang